Al-Jinn [72] Ayat 28
Liya`lama 'An Qad 'Ablaghū Risālāti Rabbihim Wa 'Aĥāţa Bimā Ladayhim Wa 'Aĥşá
Kulla Shay'in `Adadāan
[[Supaya Dia mengetahui, bahwa sesungguhnya
rasul-rasul itu telah menyampaikan risalah-risalah Rabbnya, sedang (sebenarnya)
ilmu-Nya meliputi apa yang ada pada mereka, dan Dia menghitung
segala sesuatu satu-persatu. (QS. 72:28)]]
"ALLAH " menciptakan
segala sesuatu dengan hitungan[ al-adad ] yaitu:
o
Peredaran bintang
o
Keseimbangan alam semesta
o Pembentukan manusia, atom, kuantum
mekanik, dsb.
o Bahkan ayat-ayat dalam al-Qur'an sendiri.
Mereka terstruktur dengan hitungan yang sistematis dan teliti.
“AI-Qur'an” secara literal bahasa Arab berarti
"Bacaan/pembacaan"/”satu-satunya Baca’an”/”Baca’an Itu”/dll].
“AI-Qur'an” mungkin kitab yang paling
banyak dibaca di dunia. Perlu
diketahui, sesungguhnya kata Kitab-Suci tidak ada di Al-Qur'an. Yang ada adalah sebutan Kitab Mulia,
Kitab Agung, Kitab Pemurah, dan lainnya.
“Kitab-Suci” dikenal karena media, terpengaruh
sebutan “Kitab-Suci” lainnya.
Kesempurnaan dalam bahasa tidak dapat ditentang oleh para pujangga. Bahasa dan makna dipadukan. Irama,
keselarasan melodi, ritmenya menghasilkan sebuah efek hipnotis yang kuat.
Barangkali bagi orang awam, kandungan “AI-Qur'an” sulit dimengerti, karena ia tidak
dimulai secara kronologis ataupun narasi-narasi sejarah seperti halnya "kitab-Yahudi".
Ia juga tidak mendasarkan teologinya dalam cerita-cerita dramatis sebagaimana
epik-epik India. Tidak pula Tuhan diungkap dalam bentuk manusia sebagaimana
dalam "Bibel" dan Bhagavad Gita .
AL-QUR'AN berbicara langsung soal
pendidikan-sebagaimana sering dikemukakan oleh para penulis modern-berbicara
mengenai membaca, mengajar, memahami dan menulis (al-'Alaq 96 : 1-5).
Di dalam “AL-QUR'AN ” sendiri ada pemakaian kata "AL-QUR'AN" dalam arti bacaan, sebagaimana tersebut dalam Al-Qiyamah [75] Ayat 17-18
Inna
`Alaynā Jam`ahu Wa
Qur'ānahu
[[Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan
(membuatmu pandai) membacanya
[Qur'anahu] . (QS.
75:17)]]
Fa'idhā Qara'nāhu Fa Attabi` Qur'ānahu
[[Apabila
Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya [Qur'anahu] itu (QS. 75:18)]]
Kata pertama di dalam “Al-Qur’an” dan Islam adalah sebuah perintah yang ditujukan kepada Nabi, yang "secara-linguistik" menunjukkan bahwa penyusunan teks “Al-Qur’an” berada di luar kewenangan Nabi Muhammad saw [Ahmad bin Abdullah ]. Gaya serupa ini tetap dipertahankan di sepanjang “Al-Qur’an”. Ia berbicara kepada atau tentang Nabi dan tidak mengizinkan Nabi berbicara atas kehendaknya sendiri.
“Al-Qur’an” menggambarkan dirinya sendiri
sebagai sebuah kitab yang "diturunkan" Sang-Kholiq [sang-Pencipta]
kepada “Sang-Mahluq [sang-diciptakan]” dalam Hal ini kepada
Sang-Utusan/Sang-Nabi [sang Pembawa Berita
(“naba”—Berita—Pesan--Kabar)/Sang-Rasul (Sang-Pembawa Risalah)”
Ungkapan kata “anzalna[diturunkan]" atau
dalam berbagai bentuk digunakan lebih dari 200-kali. Secara intrinsik,
ini berarti bahwa konsep dan isi “Al-Qur’an”
benar-benar diturunkan ALLAH. Sebagaimana dalam beberapa ayat yang lain, ALLAH juga
menurunkan “Al-Hadid
[besi]”, mizan (keadilan, keseimbangan, Neraca,
harmoni) dan 8 pasang binatang ternak.
"Al-Qur'an" diturunkan secara bertahap dalam
berbagai peristiwa yang memakan waktu 22 tahun 2 bulan dan 22 hari. Ia
dikutip langsung dari catatan di Lauh-Mahfuzh [yang SECARA
MAKNA Kitab-Utama/ "PUSAT ARSIP"].
“Al-Qur’an” berpandangan bahwa bacaan tersebut
tersusun rapi, sempurna dan tidak ada yang ketinggalan. Ia dalam
penggambarannya sangat unik. Nabi pun kadang-kadang dikritik dan ditegur dalam
beberapa peristiwa. “Al-Qur’an” juga selalu menyisipkan ayat-ayat
tertentu, seperti "intan yang berkilauan", dalam pelajaran
metafisisnya. Ia mendesak pembaca agar menggunakan kemampuan intelektualnya,
mengenali isyarat isyarat ilmiah berupa "intan yang berkilauan",
tanda-tanda kebesaran Pencipta melalui “Alam-semesta”,
sumber Metafisis Tertinggi. Muslim modern mengatakan ada sekitar 900
ayat yang memuat tanda-tanda ini, dari total ayat “Al-Qur’an”. Hanya 100 ayat yang berbicara persoalan peribadatan, dan puluhan ayat
yang membahas masalah-masalah pribadi, hukum perdata, hukum pidana, peradilan
dan kesaksian.
“Al-Qur’an”
berbeda cara
penyajiannya, bisa saja membahas masalah keimanan, moral, ritual, hukum,
sejarah, alam, antisipasi masa mendatang, secara sekaligus dalam satu surat.
Ini memberikan daya persuasi yang lebih besar, karena semua berlandaskan
keimanan kepada ALLAH Yang Esa dan Hari Akhir. Jumlah surat
dalam "Al-Qur’an" ada 114, nama-nama tiap surat,
batas-batas tiap surat dan susunan ayat-ayatnya merupakan ketentuan yang
ditetapkan dan diajarkan oleh Nabi sendiri.
-Wallahu a'lam-
0 komentar "KETERPELIHARAAN AL-QUR’AN", Baca atau Masukkan Komentar
Posting Komentar