"AI-Qur'an"
selalu merujuk kepada (banyak) alam semesta atau 'alamin, di mana sains saat
ini baru menghasilkan satu hipotesis dan model tentang “multiple universes”
|
Seruan
Al-Qur'an tentang kebenaran sangat universal- timeless
and spaceless dialamatkan kepada seluruh manusia dan golongan jin.
Kadang-kadang Al-Qur'an menyebutkan makhluk yang ada di (banyak) bumi dan di
(banyak) langit-yang bermakna segenap makhluk yang telah diketahui maupun yang
belum diketahui. Barangkali ia adalah satu-satunya kitab suci yang seruannya
ditujukan kepada manusia dan makhluk alam gaib (jin).
Kritikus
Al-Qur'an mengatakan, "Mengapa
tidak sekalian saja dialamatkan kepada iblis, atau evil???"
JAWAB : Kritikus itu lupa atau tidak mengetahui bahwa iblis
dan setan adalah salah satu ras dari golongan jin. !!!!!
Ketika
Allah memberikan suatu perumpamaan kepada manusia, tidaklah perumpamaan itu
dijadikan Allah sebagai suatu omong kosong belaka. Setiap perumpamaan yang
Allah ungkapkan di dalam Al-Qur'an diungkapkan
agar manusia mau berpikir. Salah satu perumpamaan yang diungkapkan dalam Al-Qur'an adalah perumpamaan mengenai cahaya Allah.
An-Nur [24] Ayat 35
ALLahu NUru As-Samawati Wa Al-'Ardi Mathalu Nurihi Kamishkaatin Fiha Misbahun Al-Misbahu Fi Zujajatin Az-Zujajatu Ka'annaha Kawkabun Durriyun Yuqadu Min Shajaratin Mubarakatin
Zaytuniatin La Sharqiyatin Wa La Gharbiyatin Yakadu Zaytuha Yudi'u Wa Law Lam Tamsas/hu Narun Nurun
`Ala Nurin Yahdi ALLahu Linurihi Man Yasha'u Wa Yadribu ALLahu Al-'Amthala Lilnnasi Wa Allahu Bikulli Shay'in `Alimun
Dari Terjemahan umum
[[Allah
(Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya, adalah
seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar.
Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya)
seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak
berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu)
dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir
menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-
lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah
memperbuat perumpamaan- perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui
segala sesuatu. (QS. 24:35)]]
Dari Terjemahan Bebas
(Sains) An-Nuur [24] Ayat 35
[["Allah
(pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah
seperti sebuah lubang (hitam) yang tak tembus (misykat), yang di dalamnya ada
pelita besar (quasar). Pelita itu di dalam kaca
(dan) kaca (efek gravitasi lensa dari galaksi) itu seakanakan bintang (yang
bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan pohon (galaksi yang dicatu
oleh lubang hitam) yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon (galaksi) yang tumbuh
tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat (nya), yang
minyaknya (fusi nuklir) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api.
Cahaya di atas cahaya (efek gravitasi lensa), Allah membimbing kepada
cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan
bagi manusia,dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu."]]
Surah
An-Nuur [24]
berarti cahaya, dan ayat 35 dari ayat ini membicarakan mengenai cahaya
Allah.
Ketika
Allah mengumpamakan sesuatu, sebagaimana layaknya perumpamaan, Allah mengambil
contoh sesuatu yang dapat diketahui oleh manusia. "Cahaya" Allah jauh
lebih hebat dari pada itu, tetapi dalam menjelaskannya kepada manusia, Allah
menerangkan sesuatu yang dapat diketahui manusia. "Dapat diketahui"
disini adalah tetap dapat dimengerti oleh orang-orang pada masa ayat tersebut
diturunkan dan memiliki maksud tersirat yang tetap "dapat" dibuktikan
oleh orang-orang di masa yang akan datangnya.
Dalam usaha untuk menangkap maksud tersirat dari suatu ayat Allah dalam "Al-Qur'an", selalu kita lihat dalam redaksi aslinya. Mungkin ada sebagian orang yang mengatakan "Al-Qur'an tidak mengikuti tata bahasa Arab". Tetapi tentu saja "Al-Qur'an" tidak terikat kepada tata-bahasa/grammar. Kata-kata Allah lebih tinggi maknanya dari sekedar mengikuti tata bahasa, dan setiap kalimat yang dikatakan oleh beberapa golongan "tdak mengikuti tata bahasa", selalu ada maksud yang tersirat di baliknya. Tata-bahasa adalah rumus yang di definisikan oleh manusia. Orang-orang arab pada zaman nabi pun, baik yang muslim maupun yang kafir, mengakui ketinggian bahasa Al-Qur'an. Sebagian menganggapnya lebih indah daripada puisi manapun, yang mana kita ketahui puisi sendiri sering tidak terikat pada tata bahasa.
Dalam kaitannya dengan surah An-Nuur [24] ayat 35 di atas, secara tersirat menyebutkan apa yang telah ditemukan oleh ilmu pengetahuan modern saat ini sebagai :
- Listrik
- Kekekalan energi
- Spektrum cahaya
Sebelum
membicarakan lebih lanjut mengenai ketiga hal diatas, kita lihat terlebih
dahulu terjemahan kata per kata dari surah An-Nuur [24]
ayat 35
ini yang akan digunakan seterusnya dalam pembahasan ini, yaitu sebagai berikut
:
"Allah
cahaya langit dan bumi; perumpamaan cahaya-Nya seperti sebuah ceruk yang tak
bercelah, di dalamnya ada pelita; pelita itu di dalam kaca; kaca itu
seakan-akan bintang yang cemerlang; dinyalakan dari pohon yang diberkati -
zaitun; tidak timur dan tidak barat; yang hampir-hampir minyaknya memendarkan
sinar (terang) walaupun tidak disentuh api; cahaya diatas cahaya; Allah
membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki; dan Allah jadikan
perumpamaan bagi manusia; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu"
----
BAGIAN PERTAMA : LISTRIK DAN HUKUM KEKALAN ENERGI
Perhatikan potongan surah An-Nuur [24] berikut :
[24:35] ... perumpamaan cahaya-Nya seperti sebuah ceruk yang
tak bercelah, di dalamnya ada pelita; pelita itu di dalam kaca; kaca itu
seakan-akan bintang yang cemerlang; (pelita itu seperti) dinyalakan dari
pohon yang diberkati - zaitun; tidak timur dan tidak barat; yang
hampir-hampir minyaknya memendarkan sinar (terang) walaupun tidak disentuh
api ...
|
Allah
mengumpamakan "cahaya"-Nya sebagai sesuatu yang tidak sama dengan
cahaya yang diketahui pada masa ayat ini diturunkan. Digambarkan bahwa
cahayanya ini seperti suatu ceruk (lubang/cekungan) yang tak tembus
(kamisykaatin) yang di dalamnya ada
pelita/lampu di mana pelita ini berada di dalam suatu kaca (zujaajatin) (yang mengindikasikan ceruk itu terbuat
dari kaca, terlebih lagi kamisykaatin dan zujaajatin [merupakan bentuk feminin], sedangkan pelita (mishbaahun) merupakan bentuk maskulin) , yang
mengakibatkan kaca ini terlihat seperti bintang yang terang dilangit malam.
Pelita itu sendiri digambarkan seperti dinyalakan oleh minyak yang berasal dari
pohon yang diberkati, yaitu pohon-zaitun, dimana minyaknya mampu menerangi
walaupun tidak tersentuh api.
Mufasir
modern, seperti "Malik Ben Nabi",
menjelaskan bahwa misykat adalah lampu bohlam:
Pohon
yang dimaksud adalah kawat-wolfram yang berpijar karena efek listrik tanpa
disentuh api, dibungkus gelas kaca, untuk memantulkan seluruh sinarnya ke
segala arah sehingga dapat menerangi seluruh ruangan. Lampu bohlam adalah sekat
yang tak dapat ditembus, karena hampa udara, tidak ada oksigen di sana.
Apa
yang terpikir oleh kita, di masa sekarang, jika mendengar suatu lubang,
cekungan, ceruk terbuat dari kaca yang tak memiliki celah yang didalamnya
terdapat cahaya dimana cahaya itu dinyalakan tidak menggunakan api sebagaimana
lampu-lampu lentera yang digunakan di jaman dulu. Dan terangnya cahaya itu
membuat "sang kaca" seperti bintang yang cemerlang? Tentu saja
jawabannya adalah salah satu penemuan terbesar sepanjang sejarah manusia, yaitu
penemuan lampu listrik.
Abad 19 merupakan
abad dimana ilmu pengetahuan mengenai kelistrikan berkembang pesat. Dimulai dengan
penemuan baterai oleh Alessandro Volta, sampai akhirnya penemuan bola lampu
(lightbulb) listrik pertama oleh Thomas Alfa Edison
. Bola lampu ini berpijar dengan memanaskan lempengan filamen dengan suhu yang
tinggi dengan akhirnya bercahaya. Pemanasan ini dilakukan dengan menggunakan
arus listrik melalui kabel yang dihubungkan dengan lampu tersebut.
Lampu
tersebut tidak menggunakan minyak dan api, tetapi menggunakan filamen dan
listrik sebagai pengganti minyak dan api, dimana filamen tersebut jika dialiri
listrik mampu berpendar dan bercahaya. Listrik ini sendiri terbentuk dengan
sumber lain yaitu baterai atau pun sumber listrik lainnya. Terkait hal ini di
katakan pula dalam ayat tersebut :
[24:35] ... (pelita
itu seperti) dinyalakan dari pohon yang diberkati - zaitun; tidak timur dan
tidak barat; yang hampir-hampir minyaknya memendarkan sinar (terang) walaupun
tidak disentuh api ...
|
Dikatakan
bahwa pelita itu seperti dinyalakan dari minyak yang berasal dari pohon zaitun
yang khusus. Mengapa Allah mengumpamakan dengan pohon zaitun? Karena di zaman
dulu, terutama di daerah arab dan mediterania, minyak zaitun digunakan sebagai
bahan-bakar untuk lampu. Tetapi lebih lanjut Allah menyatakan bahwa pohon
zaitun ini, sebagai sumber penghasil "minyak", bukan pohon zaitun
biasa, akan tetapi pohon khusus yang mampu menghasilkan minyak yang mempu
menerangi tanpa adanya api.
Seperti
halnya kilat, lonjakan listrik sendiri mampu memberikan cahaya yang terang,
akan tetapi tidak lama. Untuk membuat listrik itu memberikan penerangan yang
lama, dibutuhkan media lain yaitu filamen, dimana listrik disini berfungsi
untuk memanaskan filamen sehingga akhirnya filamen berpendar. "Sang
pelita" lebih lanjut di katakan sebagai "laa
syarqiyyatin walaa gharbiyyatin [tidak timur
dan tidak barat]'. Sebagian tafsir
mengatakan bahwa "laa syarqiyyatin walaa
gharbiyyatin" =====>
mengindikasikan bahwa pohon zaitun disini adalah pohon yang tidak biasa, pohon
khusus yang tidak tumbuh di timur maupun di barat.
Hal
ini mengindikasikan bahwa pohon tersebut bukanlah pohon zaitun secara fisik,
akan tetapi sebagai suatu bentuk sumber energi yang nantinya akan menghasilnya
"minyak" yang merupakan simbolisasi dari energi itu sendiri. Listrik
sendiri, yang merupakan bentuk energi yang mengalir dari dari
"kutub-positif" ke "kutub-negatif", sering di asosiasikan
juga dengan magnet yang memiliki kutub utara dan selatan. Bukan timur dan bukan
barat. Dan energi listrik hampir-hampir menerangi, sebagaimana halnya
"kilat" (lightning), dan akan terus menerangi jika disalurkan ke
dalam media lain yaitu filamen yang akan berpendar jika dipanaskan dengan
energi listrik yang berubah menjadi energi-panas, yang disimbolkan dalam ayat
ini dengan "minyak", menggunakan istilah
metafora yang mampu diterima pada masa ketika ayat ini diturunkan dan
tidak bertentangan dengan ilmu pengetahuan yang akan membuktikannya di masa
kemudian.
Lebih
jauh perlu di perhatikan juga bahwa "laa
syarqiyyatin walaa gharbiyyatin" juga dapat di artikan sebagai
"tidak memiliki tempat terbit dan tidak memiliki
tempat tenggelam" dalam kaitannya dengan "sang pelita".
Ayat ini memberitahukan kita "sang pohon zaitun
" sebagai sumber minyak (baca: sumber-energi)
menghasilkan "sesuatu" yang mempu memberikan cahaya, akan tetapi
"sesuatu" itu tidak lah terbit maupun terbenam. Tentu saja, listrik
sebagai suatu bentuk energi sebagaimana yang diterangkan dalam hukum kekekalan
energi, tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan, hanya dapat di ubah
dari dan ke bentuk energi yang lain. Dalam kaitannya dengan lampu, listrik
berubah menjadi energi panas sehingga mampu memanaskan filamen yang mengubah
energi panas menjadi energi cahaya.
Menurut teori "relativitas umum ", kekekalan energi
ini bersifat relatif dan sebetulnya tidak bersifat kekal karena adanya lekukan
umum waktu-ruang "manifold" yang tidak memiliki simetri untuk
translasi atau rotasi. Dari sudut pandang agama, tentu saja semua bentuk energi
awalnya diciptakan oleh Allah dan dapat dimusnahkan jika Allah berkehendak. Itu
lah sebabnya dalam mengindikasikan energi yang dihasilkan oleh
"sang-sumber energi" atau "pohon zaitun khusus" ini
menggunakan istilah "laa syarqiyyatin walaa
gharbiyyatin", yang berarti pada awalnya di ciptakan, dan suatu
saat dapat dimusnahkan, akan tetapi dalam proses ditengah-tengah-nya tidak
dapat di terbitkan (baca: diciptakan) dan ditenggelamkan (baca: dimusnahkan)
oleh manusia, tetapi dapat di ubah dari dan ke bentuk energi lain, wallahu
a'lam
Dengan
beberapa pengecualian mereka akan menjelaskan bahwa "misykat", atau suatu lubang yang tidak dapat
ditembus, adalah lubang di rumah-rumah untuk tempat lampu obor, yang ada di
dinding rumah. Sedangkan pohon (zaitun) yang dimaksud adalah pohon (zaitun)
yang tumbuh di bukit-bukit, sehingga sinar matahari dapat menyinari, baik pada
saat matahari terbit maupun matahari terbenam.
---------
BAGIAN KEDUA : DALAM STUDI
ASTROFISIKA
Dalam
studi yang lebih mendalam tentang cahaya di langit oleh para astrofisikawan,
misalnya Mohamed Asadi dalam bukunya The Grand Unifying Theory of Everything,
perumpamaan ayat tersebut lebih mendekati kepada fenomena quasar dan gravitasi
efek lensa yang menghasilkan cahaya di atas cahaya. Quasar atau Quasi Stellar
adalah objek di langit yang ditemukan pertama kalinya pada tahun 1963. Mereka
mewakili objek yang paling terang di alam semesta, jauh lebih terang dari
cahaya matahari atau bintang. Para astronom menemukan bahwa objek "seperti
bintang' ini terletak miliaran tahun cahaya dari bumi. Objek ini tentunya
mempunyai energi yang besarnya sangat luar biasa supaya tetap terlihat dari
sini. Energi mereka berasal dari "pusat lubang hitam yang sangat
masif". Karakter pertama dari ayat ini yaitu misykat adalah "lubang
hitam", sedangkan karakter kedua yaitu "pelita dalam kaca" adalah
galaksi yang menghasilkan efek gravitasi lensa seperti quasar (pelita) yang
terbungkus oleh kaca (gelas). Coba simak keterangan quasar oleh astronom NASA [
http://antwrp.gsfc.nasa.gov/apod/ap950711.html
]
"Efek
gravitasi pada galaksi, quasar yang jauh, serupa dengan efek lensa sebuah gelas
minum yang memantulkan sinar lampu jalan yang menciptakan berbagai image
(lapisan cahaya atas cahaya).
Energi quasar
yang
berasal (dicatu) dari lubang hitam, terjadi ketika "bintang-bintang dan
gas" dari galaksi terhisap di dalamnya. Karakter lainnya yang disebut
"pohon" oleh "Al-Qur'an" adalah sebutan yang tidak lazim
oleh para astronom yang menggambarkan galaksi sebagai "pohon-pohon"
yang terdiri dari bintang-bintang. (Lihat saja
istilah diagram HertzprungRussel, dalam buku Timothy Ferris, The Whole Shebang,
1997 ).
Karakter
lainnya yang menarik dari ayat di atas adalah pernyataan :
[24:35] ... "diterangi
tanpa tersentuh oleh api"......
|
suatu
fenomena fusi nuklir yang menghasilkan cahaya yang sangat terang, di mana di
ruang angkasa nyaris tidak ada oksigen untuk pembakaran. Bintang-bintang
memulai hidupnya dengan unsur kimia yang paling ringan, yakni
"hidrogen". Gas berkontraksi, karena "gravitasi",
memanas; "atom-hidrogen" bertumbukan dan membentuk
helium, unsur yang lebih berat, ketika mengeluarkan energinya. Energi inilah
yang membuat objek "bintang- bintang" bersinar tanpa "disentuh
api', energi ini juga yang memelihara keseimbangan posisi bintang-bintang di
alam semesta. Sepanjang pengetahuan manusia yang ada sekarang, "fenomena-quasar" inilah yang paling tepat
untuk menggambarkan ayat di atas. Terlebih lagi perumpamaan dalam ayat
tersebut:
[24:35] ..."seakan-akan bintang yang bercahaya seperti mutiara"......
|
Bahkan
aslinya lebih terang dari sinar bintang, dan memang seperti "mutiara" bila kita lihat dari foto-foto
NASA yang ada, gemerlapan, sangat menawan. (CONTOH Gambar Galaxi Bima sakti)
---------
BAGIAN KETIGA : SPEKTRUM CAHAYA
[24:35] ...cahaya diatas cahaya (nuruun ala'
nuurin)...
|
"nuruun ala' nuurin"
menggambarkan bahwa cahaya itu memiliki lapisan. Sebagaimana Allah
menggambarkan bahwa langit itu berlapis-lapis dengan istilah "Dialah yang
menjadikan tujuh langit, satu diatas yang lain" pada surah Al- Mulk
[67] ayat 3, atau ketika Allah menggunakan ekspresi dan gaya bahasa yang
sama ketika mengatakan kemurkaan yang berlapis di surah :
Al-Baqarah [2] ayat 90 :
[2:90] "... Karena itu mereka mendapat kemurkaan diatas
kemurkaan (kemurkaan yang berlapis) ..."
|
atau pada Ali-Imran [3] ayat 153 :
[3:153]... karena itu Allah
menimpakan atas kamu kesedihan atas kesedihan (kesedihan yang berlapis) ...
|
Maka di
surah An-Nuur(24) ayat 35 ini juga menerangkan bahwa pada dasarnya
cahaya itu berlapis-lapis.
Ilmu
pengetahuan saat ini menyatakan bahwa cahaya itu terdiri dari beberapa lapisan
spektrum. Cahaya itu sendiri merupakan bagian dari spektrum elektromagnetik
dimana apa yang kita sebut sebagai "cahaya" adalah spektrum elektromagnetik yang dapat terlihat oleh
manusia (visible spectrume). Spektrum elektromagnetik
ini dibagi berdasarkan panjang gelombang dan frekuensinya, dimana yang
diketahui manusia saat ini adalah mulai dari sinar-gamma
sampai dengan gelombang-radio. Lapisan-lapisan
cahaya atau dapat dilihat pada gambar dibawah.
Sesuatu yang baru dapat diketahui dan dibuktikan saat ini akan tetapi telah
disebutkan di dalam Al-Qur'an 15 abad yang lalu. Lebih lanjut Al-Qur'an
menyebutkan mengenai zat pembentuk Jin sebagai berikut :
Al-Hijr [15] Ayat 27
Wa Al-Janna Khalaqnahu Min Qablu Min Nari As-Samumi
[[Dan Kami telah menciptakan jin sebelum
(Adam) dari Api yang sangat panas. (QS. 15:27)]]
Ar-Rahman [55] Ayat 15
Wa
Khalaqa Al-Janna Min Marijin
Min Narin
[[Dia
menciptakan jin dari nyala api. (QS. 55:15)]]
"Naari as-samuum"
artinya ["api yang juga memiliki sifat
angin". "samuum"] berdasarkan Arabic-English Lane's Lexicon
dikatakan bahwa umumnya diartikan sebagai angin. Di beberapa terjemahan Qur'an
dalam bahasa inggris dikatakan "samuum"
sebagai angin yang berputar atau angin yang merusak.
· Terjemahan sahih
international
[15:27] :
And the jinn We created before from scorching fire.
· Terjemahan Yusuf Ali
[15:27] :
And the Jinn race, We had created before, from the fire of a scorching wind.
· Terjemahan Dr.Ghalii
[15:27] : And
the jinn race We created earlier of the fire (The Arabic word samum is
sometimes understood to be pestilential wind) of a pestilential (fire)
Sedangkan
"maarijin" secara
literal berarti ["api yang tidak
berasap"]. Jadi kedua ayat tersebut di atas menjelaskan bahwa jin
diciptakan dari api yang juga memiliki sifat seperti angin dan tidak berasap.
Apakah sifat angin itu ? Jika api memiliki energi cahaya dan energi panas, maka
angin memiliki energi kinetik, yaitu : memiliki sifat bergerak dan mempunyai
kecepatan.
Saat ini diketahui bahwa sinar radiasi yang paling merusak yang pernah ditemukan manusia adalah sinar gamma (gamma ray), sebagaimana spektrum radioaktif lainnya, sinar-gamma bersifat panas dan membakar . Dengan nilai frekuensi yang tinggi (seperti yang terlihat pada gambar di atas), yang berarti memiliki lebih banyak energi, sinar gamma bersifat paling merusak daripada yang lain. Selain itu karena memiliki panjang gelombang yang sangat pendek, sinar gamma hampir tidak dapat terbendung. Jika partikel alpha dan partikel beta hanya menyebabkan kerusakan/luka bakar pada lapisan kulit, maka partikel gamma dalam sinar gamma , dikarenakan ukurannya yang kecil, mampu menembus kulit dan merusak organ-organ dalam manusia tanpa disadari oleh manusia itu sendiri. Radiasi sinar gamma ini umumnya dihasilkan dari proses reaksi fusi-nuklir.
Saat ini diketahui bahwa sinar radiasi yang paling merusak yang pernah ditemukan manusia adalah sinar gamma (gamma ray), sebagaimana spektrum radioaktif lainnya, sinar-gamma bersifat panas dan membakar . Dengan nilai frekuensi yang tinggi (seperti yang terlihat pada gambar di atas), yang berarti memiliki lebih banyak energi, sinar gamma bersifat paling merusak daripada yang lain. Selain itu karena memiliki panjang gelombang yang sangat pendek, sinar gamma hampir tidak dapat terbendung. Jika partikel alpha dan partikel beta hanya menyebabkan kerusakan/luka bakar pada lapisan kulit, maka partikel gamma dalam sinar gamma , dikarenakan ukurannya yang kecil, mampu menembus kulit dan merusak organ-organ dalam manusia tanpa disadari oleh manusia itu sendiri. Radiasi sinar gamma ini umumnya dihasilkan dari proses reaksi fusi-nuklir.
Dengan
sifat yang membakar dan sangat merusak, merambat, bergerak dan memiliki energi
sebagaimana layaknya angin, menjadikan "sinar-gamma"
sebagai ["api yang tidak berasap dan bersifat
angin"]. Jika membakar adalah sifat api (energi panas), maka sifat
angin yang dimiliki oleh "sinar-gamma" disini adalah memiliki energi
yang bergerak (energi kinetik, energy in motion), wallahu a'lam.
Dikatakan
dalam website NASA bahwa "Hanya object yang sangat panas sekali atau
partikel yang bergerak dengan kecepatan yang sangat tinggi yang dapat
menghasilkan radiasi berenergi tinggi seperti sinar-X dan
"sinar-gamma".
Jika benar jin itu dijadikan dari "api yang tak berasap"
seperti "sinar-gamma" (gamma ray), apakah ini menjadikan
"jin" itu kebal terhadap radiasi "sinar-gamma"? Ataukah
mengakibatkan "jin" itu mampu dideteksi manusia sebagaimana manusia
mendeteksi "sinar-gamma"? Menjawab
pertanyaan ini, kita kembalikan kepada penciptaan manusia. Sebagaimana adam
diciptakan dari tanah, pada dasarnya manusia itu berasal dari tanah. Apakah
manusia bersifat seperti tanah ? Apakah manusia bisa diperlakukan sebagaimana
kita memperlakukan tanah ? Apakah manusia tidak merasa sakit apabila dilempar
dengan tanah atau lumpur, apalagi dalam jumlah yang besar ? Dari tanah, cahaya
dan api, Allah menciptakan makhluk yang lain dan berbeda dari sifat bahan
pembentuknya .
Catatan :
Mengapa Al-Qur'an tidak mengatakan saja dengan jelas mengenai
listrik, energi, spektrum cahaya dan sinar gamma? sekali lagi pertanyaan ini
dikembalikan apakah orang-orang pada masa nabi Muhammad SAW pada saat Al-Qur'an
diturunkan, orang-orang sudah mengetahui atau mendengar mengenai listrik,
istilah energi, spektrum, maupun keberadaan snar gamma ? Sebagai wahyu Allah,
Al-Qur'an menggunakan gaya bahasa yang tetap dapat dimengerti oleh orang-orang
pada masa Al-Qur'an ini diturunkan dan tetap mampu selaras dengan apa yang
ditemukan oleh manusia di masa yang akan datang.
-----------
BAGIAN KEEMPAT : KEBERKAHAN ZAITUN
Sebagai
penutup, mari kita lihat kembali potongan surah An-nuur [24]
ayat 35
berikut :
[24:35] ... yang
dinyalakan dari pohon yang diberkahi, (yaitu) pohon zaitun ...
|
Ilmu
pengetahuan saat ini telah dapat membuktikan mengenai khasiat dari pohon zaitun
ini. Jika sedari dahulu buah zaitun (olive) dan "minyak-zaitun"
(olive oil) banyak dikonsumsi sebagai makanan, obat dan bahan bakar untuk
lampu, maka "keberkahan" pohon zaitun itu dibuktikan dengan
penelitian yang ada di masa ini.
Sebagian
besar asam-lemak yang dimiliki oleh buah zaitun dan "minyak-zaitun"
tergolong tipe mono-unsaturated, dimana asam-lemak golongan ini tidak
mengandung kolesterol. Dengan kata lain, buah zaitun dan minyak-zaitun tidak meningkatkan kadar kolesterol akan
tetapi menjaga kadar kolesterol Dalam
tubuh, sehingga minyak zaitun ini sangat bagik digunakan dalam memasak.
Kegunaan
lain dari minyak zaitun ini antara lain adalah pencegah kanker, mencegah radang
sendi, membantu pertumbuhan tulang, mencegah penuaan, berperan baik dalam
pengembangan otak anak, mengatur tekanan darah, dan mampu mencegah berbagai
macam penyakit yang berhubungan dengan organ dalam tubuh. Dengan banyaknya
manfaat dari buah dan minyak zaitun ini, yang dibuktikan secara klinis dan
eksperimen di masa sekarang, menjadikan pohon zaitun "pantas" dikatakan
sebagai "pohon yang diberkahi".
-Wallahu
a'lam-
Terima kasih ilmunya kak, ini sangat bermanfaat bagi saya dan semuanya untuk menambah wawasan🙂
BalasHapus