Salah satu kisah yang menarik di dalam Al-Qur'an adalah
kisah mengenai nabi Sulaiman yang mendengar perkataan semut yang memperingatkan
akan kedatangan nabi Sulaiman dan tentaranya yang mendekati sarang mereka.
Dikisahkan salah satu semut dalam kawanan tersebut memperingatkan kawan-kawannya
untuk segera kembali ke sarang-sarang mereka agar tidak terinjak oleh tentara
nabi Sulaiman. Kisah tersebut tertuang dalam dua ayat di surah An-Naml [27] ayat 18-19 yang mengatakan :
Hatta 'Idha 'Ataw `Ala Wadi An-Namli Qalat Namlatun Ya 'Ayyuha An-Namlu Adkhulu Masakinakum La Yahtimannakum Sulaymanu Wa Junuduhu Wa Hum La Yash`uruna
[[Hingga apabila mereka sampai di lembah semut
berkatalah seekor semut: "Hai semut- semut, masuklah ke dalam sarang- sarangmu,
agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak
menyadari"; (QS. 27:18)]]
Fatabassama Hahikaan Min Qawliha Wa Qala Rabbi 'Awzi`ni 'An 'Ashkura Ni`mataka Allati 'An`amta `Alayya Wa `Ala Wa A-Dayya Wa 'An 'A`mala Salihaan Tardahu Wa 'Adkhilni Birahmatika Fi `Ibadika As-Salihina
[[maka dia tersenyum dengan tertawa karena(mendengar)
perkataan semut itu. Dan dia berdo'a: "Ya Rabbku, berilah aku ilham untuk tetap
mensyukuri ni'mat-Mu yangtelah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang
ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah
aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh". (QS.
27:19)]]
Orang yang membaca kedua ayat di atas mungkin akan
bertanya, apa maksudnya Allah mengungkapkan kisah tersebut di ayat Al-Qur'an.
Suatu kisah yang sepele dan tidak pernah ada di kitab-kitab sebelumnya.. Banyak
yang menganggap cerita di atas hanyalah dongeng, karena yang dikatakan dapat "
mendengar " perkataan sang semut hanyalah nabi Sulaiman.
Dilain pihak, Muslim percaya apa yang tertulis di dalam
Al-Qur'an tidak ada yang sia-sia, sehingga mengembalikan kita pada pertanyaan
"apa maksudnya Allah menceritakan kisah semut tersebut ? Apakah sekedar
menceritakan sebuah dongeng ? "
An-Naml berarti "Kawanan semut [semut dalam bentuk jamak ]. Dari 93 ayat yang ada di dalam surah ini, kata "semut" hanya di sebutkan di dalam satu ayat, yaitu ayat 18. Jika di ayat 19 di atas, sepertinya terlihat ada kata "semut" di sana, tapi sebenarnya"perkataan semut itu" [terjemahan literalnya adalah perkataannya sang-semut ]".
Nama surah ini di berikan judul "Kawanan
semut ", walaupun dari 93 ayat, hanya 1 ayat yang
menyebutkan tentang semut. Hal ini mengindikasikan ada sesuatu yang penting
tentang kisah semut yang dikisahkan dalam ayat di atas.
Ilmu pengetahuan saat ini mengungkapkan bahwa semut menggunakan komunikasi kimia dengan cara memberikan alarm atau peringatan kepada kelompoknya sehingga terjadi pertukaran informasi secara cepat. Zat-zat kimia ini dikeluarkan oleh kelenjar-kelenjar di dalam semut , di mana kebanyakan dari jenis spesies semut, zat-zat ini di hasilkan denga kadar yang berbeda-beda oleh kelenjar-mandibula dan juga kelenjar-racun, tergantung jenis situasi yang dihadapi. Menurut buku " Encyclopedia of Entomology " karangan John L. Capinera halaman 92, dikatakan setidaknya ada 4 jenis senyawa kimia yang dikeluarkan semut dalam berkomunikasi, dengan mengambil contoh semut African weaver :
The major workers produce a secretion from the mandibular
gland comprising four active componens : hexanal,
hexanol, (E)-2-butyl-2-octenal, a dimer of hexanal produced chemically by self
condensation, and 3-undecanone.
A Hexanal, a higly volatile component with an active space of 5-10cm
(the area around a emission where the concentration is at or above required for
a behavioral response), causes the ants to be alerted, making quick runs in
random and changing direction with mandibles open and antennae
waving.
B Hexanol attracts directly to the source at a range of 1-5cm;it is
repellent at very close range and also causes further excitement.
As the Hexanol disperses, 3-undercanone is attactive over this close range and, along with (E)-2-butyl-2-octenal, acts as a marker for attack and biting to hold the source occurs.
Sedangkan M.Yadav di dalam bukunya Biology of
Insects halaman 337 ketika membicarakan mengenai komunikasi semut
menyatakan bahwa :
The defensive behaviour consists of four stages.
(1) alerting, in which ants raise their heads and open
their jaws;
(2) attraction toward the disturbance;
(3) stopping near the source of the
disturbance;
(4) bitting
and holding for several minutes
--
Sekarang mari kita lihat percakapan semut pada surah An-Naml [27] ayat 18 di atas, ketika salah seekor semut
di antara kawanan semut itu berkata berkata :
1. Hai para semut : dalam tahap ini, Hexanal di keluarkan,
memasuki fasa alerting dimana semut tersebut meminta perhatian semut yang
lain.
2. kembalilah ke sarangmu : dalam tahap ini, Hexanal lebih intense dikeluarkan,
menyebabkan apa yang dikatakan oleh John L. Capinera di atas, semut-semut
berlari dengan cepat dan acak, serta mengubah arah.
3. agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan
tentaranya : dalam tahap ini, Hexanal di keluarkan,
mengakibatkan fasa attraction dan stopping dimulai, di mana perhatian para semut
di arahkan kepada source atau sumber bahaya, dalam hal ini adalah Sulaiman dan
tentaranya.
4. sedangkan mereka tidak menyadari : dalam tahap ini, semut-semut itu di perintahkan untuk holding, bukan bitting. 3-undercanone dan (E)-2-butyl-2-octenal dalam kadar tertentu
bersama-sama menentukan jenis pertahanan apa yang harus mereka buat untuk
mempertahankan diri dan sarang mereka. Dalam hal ini yang diperintahkan adalah
"hold" atau tunggu. "Jangan serang, karena mereka tidak menyadari. Mereka tidak
sengaja akan menginjak kita dan menyerang kita".
Empat tahapan di lalui oleh
para semut tersebut dalam memberikan alarm pertahanan diri kepada
kawanannya.wahum laa
yasy'uruun [atau sedangkan
mereka tidak menyadari] memainkan peranan penting dalam cerita ini,
karena frasa inilah yang paling tidak penting untuk diceritakan jika
diperhatikan secara sekilas. Tidakkah cukup ketika semut tersebut mengatakan
"Hai semua, balik ke sarang! Sulaiman dan tentaranya datang, jangan sampai
terinjak!" ?
Kenapa Allah harus menambahkan sedangkan
mereka tidak menyadari dimana sebenarnya ada atau tidak ada frasa ini
terlihat tidak begitu berpengaruh? Jawabannya, karena memang itulah yang
terjadi. Frasa tersebut memang di-"ucapkan" oleh sang semut dengan mengeluarkan
3-undercanone dan (E)-2-butyl-2-octenal dalam kadar yang diketahui semut lain sebagai "tunggu,
jangan serang, mereka bukan musuh yang sesungguhnya".
Bahkan dalam mengungkapkan suatu kisah yang terkesan tidak
berarti, Allah memasukkan kebenaran di dalamnya. Cara yang disampaikan surah An-Naml ayat 18 di atas adalah cara yang paling jujur
yang dapat diterima 15 abad yang lalu saat ayat ini
diturunkan, tetapi dapat dibuktikan kebenarannya berabad-abad kemudian dengan
ilmu pengetahuan, karena orang-orang 15 abad yang lalu
tidak mengetahui apa itu komunikasi kimiawi, hexanal, hexanol dan
sebagainya.
Satu lagi fakta menarik adalah penggunaan kata namlatun dalam kalimat "qallat namlatun ya-ayyuha l-namlu" [berkata seekor semut "Hai semut-semut"].
"Namlatun" merupakan [kata
benda feminin ] walaupun
"namlu" [yang berarti kawanan semut ] merupakan kata benda maskulin (dalam bahasa
arab, kata benda jamak yang merupakan campuran dari maskulin dan feminin
seringkali dijamakkan dalam bentuk kata maskulin). Al-Qur'an mengindikasikan
bahwa semut-semut pekerja di dominasi oleh semut-semut betina, karena surah Al-Naml [27] ayat 18 di atas bercerita tentang kawanan semut pekerja. Fakta
ilmu pengetahuan membuktikan bahwa memang semut-semut pekerja di dominasi oleh
semut betina dan semut-semut jantan bekerja di dalam sarang untuk membuahi sang
ratu semut.
Di ayat selanjutnya, ayat 19, dikatakan " maka dia (Sulaiman) tersenyum dengan tertawa karena perkataannya (semut itu)". -----------> Disini Al-Qur'an dihindari dari menyebutkan kata "mendengar" karena komunikasi kimiawi semut itu memang tidak dapat di "dengar".
Di terjemahan bahasa Indonesia untuk An-Naml [27] ayat 19 ini memang ada kata mendengar
akan tetapi berada di dalam kurung (mendengar), yang merupakan tafsiran dari
penerjemahnya. Di dalam terjemahan Al-Qur'an, semua yang berada di dalam kurung
merupakan tambahan atau tafsiran dari penterjemah, karena Al-Qur'an itu sendiri
tidak mengenal tanda "dalam kurung".
Dan juga perhatikan penggunaan kata "masakinakum" yang di artikan ["sarang-sarang (jamak) kalian]", [[BUKAN "maskanakum" yang artinya "sarang (tunggal) kalian"]], menandakan adanya unikoloni-semut.
Tatiana Giraud, Jes S. Pedersen dan Laurent Kelle dalam
bukunya Evolution of supercolonies:
The Argentine ants of southern Europe" mengatakan walaupun
biasanya semut-semut dari sarang yang berbeda cenderung menyerang satu dengan
yang lain, tetapi ada fenomena yang dinamakan unikonoli dimana semut-semut
pekerja bercampur dengan bebas dengan semut-semut pekerja dari sarang lainnya.
Unikoloni dalam skala besar membentuk apa yang dinamakan
superkoloni.
Lihat bagaimana satu ayat singkat dalam Al-Qur'an yang
sepertinya remeh memberikan begitu banyak informasi, dengan bahasa yang dapat
diterima di semua jaman dan merefleksikan kekuasaan Allah, sang Pencipta.
~wallahu a'lam~
0 komentar "KOMUNIKASI SEMUT", Baca atau Masukkan Komentar
Posting Komentar