PENJELASAN TENTANG 7 VERSI QIRA’AT





I.  PENGERTIAN QIRAAT

Dalam pandangan ulama, Qiraat secara etimologis merupakan bentuk jama dari qiraah yang merupakan bentuk masdar dari qaraa yang berarti membaca.

Adapun secara terminologi,qirat dalam pandangan ulama memiliki beberapa pengertian.
  1. Qiraat berarti salah satu madzhab (aliran) pengucapan Quran yang dipilih oleh salah satu imam qurra sebagai suatu madzhab yang berbeda dengan madzhab lainnya berdasarkan sanad-sanadnya yang sampai kepada Rasulullah Saw.
  2. Menurut Imam Zarkasyi (W 794 H) qiraat ialah Perbedaan lafadz-lafadz yang tersirat dalam Al-Quran, baik mengenai huruf-hurufnya maupun tentangKaifiyyahnya dalam hal takhff, tatsqilmaupun antara keduanya 
  3. Qiraat menurut Az-Zarqni (W 1367 H) ialah, madzhab (aliran) pengucapan al-Quran yang dipilih oleh salah satu imam qurra sebagai suatu madzhab yang berbeda dengan madzhab lainnya, yang sesuai dengan riwayat dan sanadnya, baik perbedaan yang berkenaan dengan pengucapan dalam huruf ataupun dalamkaifiyahnya.
  4. Menurut Al-Banna ad-Dimyati, qiraat ialah ilmu untuk mengetahui kesepakatan pembaca atau pembawa al-Quran dan perbedaan mereka dalam halhadzaf, itsbat, tahrik, taskin, fasal, wasaldan lain-lain yang berkenaan dengan pengucapan, penggantian dan lainnya dari aspek pendengaran.

Dari pengertian qiraat diatas dapat kita simpulkan bahwa text Al-Quran telah diturunkan dalam bentuk ucapan lisan, dan dengan mengumumkannya secara lisan pula berarti Nabi Muhammad Saw, Secara otomatis menyediakan teks dan cara pengucapannya pada umatnya, kedua-duanya haram untuk bercerai.

Sejak zaman Rasulullah telah dikenal variasi bacaan Al-Quran, yang Nabi sendiri menyatakan hal itu. Namun bukan berarti umat muslim boleh membaca sesuai DIALEK mereka. Variasi bacaan tersebut telah ditetapkan sejak masa Rasulullah yang sudah diakui kebenarannya oleh Rasulullah sendiri.

dari Ubay bin Kaab mengatakan : Rasulullah bertemu dengan Jibril, maka beliau berkata :
Wahai Jibril, sesungguhnya saya diutus kepada umat yang buta huruf, diantara mereka ada orang-orang tua dan sudah udzur, anak-anak, wanita, hamba sahaya serta orang-orang yang tidak pernah membaca buku sama sekali, Jibril berkata : Wahai Muhammad sesungguhnya Al-Quran itu diturunkan atas 7 macam huruf

Dari hadits diatas dapat diketahui bahwa Rasulullah menerima wahyu melalui malaikat Jibril dalam 7 macam huruf. Tujuh macam huruf ini yang biasa disebut Qiraat Sabah (tujuh macam bacaan). Varian bacaan ini diperbolehkan oleh Rasulullah dan hanya terbatas apa yang diajarkannya. Selanjutnya umat Islam tidak boleh berani membaca dengan selain yang diajarkannya. Dan perbedaan cara baca itu pun tidak melahirkan suatu pertentangan makna.

Mengenai bacaan, Al-Qur`an dibaca dengan beberapa model bacaan. Ibn Mujahid menuturkan dalam kitabas-Sabah fil-Qiraat, bahwa Nabi SAW bersabda, Al-Quran diturunkan dengan tujuh huruf. 

Karenanya, bacaan pada masa itu sangat beragam, sampai dirumuskannya tujuh bacaan (Al-Qiraat As-Sabah) dengan menisbahkan setiap Qiraat kepada salah seorang dari tujuh imam yang terkenal sebagai huffadz al-Qur`an pada masa itu, yaitu:
  1. Nafi (w. 169 H) di Madinah, dengan rawinya Qalun dan Warsy.
  2. Ibn Katsir (w. 120 H) di Makkah, dengan rawinya Qunbul dan Bazzy.
  3. Abu Amr (w. 154 H) di Kufah, dengan rawinya Duri dan Susi.
  4. Ibn Amir (w. 118 H) di Damaskus, dengan rawinya Hisyam dan Ibn Dzakwan.
  5. Ashim (w. 128 H) di Kufah, dengan rawinya Hafsh dan Syubah.
  6. Hamzah (w. 80 H) di Halwan, dengan rawinya Khalaf dan Khallad.
  7. Al-Kisai (w. 189 H), dengan rawinya Duri dan Abul-Harits.
Perlu diperhatikan bahwa varian dalam Al-Quran sama sekali berbeda dengan kasus berbagai versi injil ke seluruh bahasa di dunia (tidak ada istilah terjemahan injil, yang ada hanyalah Injil bahasa ingris, injil bahasa Indonesia dan seterusnya) ataupun revisi pada setiap percetakan.

Satu hal lagi yang dipertegas bahwa masalah Qiraah Sabah bukan suatu hal yang ditutup-tutupi dalam kajian keilmuan Islam. Bagi anda yang sekolah di madrasah ataupun kuliah di universitas Islam pasti akan mempelajari hal ini di dalam mata kuliah Ulumul Quran. Begitu pun dengan naskah kuno yang dapat anda temukan di beberapa perpustakaan di berbagai belahan dunia. Agaknya hal inilah yang disajikan oleh para missionaris kepada para muslim yang belum mengetahuinya agar meragukan keaslian Al-Quran saat ini.


Jaminan atas keotentikan Al Quran langsung diberikan oleh Allah SWT yang termaktub dalam firman-Nya :

Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan adz-Dzikr (Al-Quran), dan kamilah yang akan menjaganya (QS.Al-Hijr 15:9)

Untuk mempercepat pembahasan kita langsung saja fokus pada kodifikasi Al-Quran pd jaman Ustman bin Affan, karena pada periode inilah para Musuh Islam menuduh bahwa bahwa 7 versi Mushaf itu itu dihilangkan dan ditinggalkan hanya 1 versi
---


II. AL-QURAN PADA JAMAN KHALIFAH USTMAN BIN `AFFAN
 
Pada masa pemerintahan Ustman bin Affan terjadi perluasan wilayah Islam di luar Jazirah arab sehingga menyebabkan umat islam bukan hanya terdiri dari bangsa arab saja (Ajamy). Kondisi ini tentunya memiliki dampak positif dan negatif.

Salah satu dampaknya adalah ketika mereka membaca Al Quran, karena bahasa asli mereka bukan bahasa arab, maka mereka membaca Al-Quran sering bercampur dengan dialeg bahasa mereka. Fenomena ini di tangkap dan ditanggapi secara cerdas oleh salah seorang sahabat yang juga sebagai panglima perang pasukan muslim yang bernama Hudzaifah bin al-yaman.


Imam Bukhari meriwayatkan dari Anas r.a. bahwa suatu saat Hudzaifah yang pada waktu itu memimpin pasukan muslim untuk wilayah Syam (sekarang syiria) mendapat misi untuk menaklukkan Armenia, Azerbaijan (dulu termasuk soviet) dan Iraq menghadap Usman dan menyampaikan kepadanya atas realitas yang terjadi dimana terdapat perbedaan bacaan Al-Quran yang mengarah kepada perselisihan.  

Ia berkata : wahai ustman, cobalah lihat rakyatmu, mereka berselisih gara-Gara bacaan Al-Quran, jangan sampai mereka terus menerus berselisih sehingga menyerupai kaum yahudi dan nasrani .
 
Lalu Usman meminta Hafsah meminjamkan Mushaf yang di pegangnya untuk disalin oleh panitia yang telah dibentuk oleh Usman yang anggotanya terdiri dari para sahabat diantaranya Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Said bin alAsh, Abdurrahman bin al-Haris dan lain-lain.  

Kodifikasi dan penyalinan kembali Mushaf Al-Quran ini terjadi pada tahun 25 H, Usman berpesan apabila terjadi perbedaan dalam pelafalan agar mengacu pada Logat bahasa suku Quraisy karena Al-Quran diturunkan dengan gaya bahasa mereka.
 
Setelah panitia selesai menyalin mushaf, mushaf Abu bakar dikembalikan lagi kepada Hafsah. Selanjutnya Ustman memerintahkan untuk membakar setiap naskah-naskah dan manuskrip Al-Quran selain Mushaf hasil salinannya yang berjumlah 6 Mushaf.  

Mushaf hasil salinan tersebut dikirimkan ke kota-kota besar yaitu Kufah, Basrah, Mesir, Syam dan Yaman. Usman menyimpan satu mushaf untuk ia simpan di Madinah yang belakangan dikenal sebagai Mushaf al-Imam.
 
Tindakan Ustman untuk menyalin dan menyatukan Mushaf berhasil meredam perselisihan dikalangan umat islam sehingga ia manuai pujian dari umat islam baik dari dulu sampai sekarang sebagaimana khalifah pendahulunya Abu bakar yang telah berjasa mengumpulkan Al Quran. Adapun Tulisan yang dipakai oleh panitia yang dibentuk Usman untuk menyalin Mushaf adalah berpegang pada Rasm alAnbath tanpa harakat atau Syakl (tanda baca) dan Nuqath (titik sebagai pembeda huruf).
 
Namun standarisasi pada jaman Ustman tidaklah menafikkan bahwa ada 7 macam Qiraad yang telah dibenarkan oleh Rasulullah SAW. Sampe sekarang 7 Qiraad itu masih ada. Hal itu secara tidak langsung mengakibatkan berkembangnya ilmu Al-quran (Ulumul Quran) saat itu hingga kini. Khalifah Ustman hanya berpesan untuk menggunakan Logat bahasa suku Quraisy (bahasa asalnya) karena Al Quran diturunkan dengan gaya bahasa mereka agar tidak terjadi perpecahan karena perbedaan dialeg antar suku yg nota bene bukan hanya berasal dari Arab dan bisa menimbulkan perpecahan, tidak menghilangkan Qiraad sama sekali. Silahkan Lanjutkan di: SEJARAH RINGKAS PEMELIHARAAN AL-QURAN (Baca)
 ---

III. KESIMPULAN: 

Sangat keliru jika menyimpulkan Qiraat adalah versi Alquran yang berbeda, karena pada dasarnya Qiraat hanya perbedaan cara baca/pelafalan, sedangkan tulisan Al-Quran yg dibaca dengan qiraat apapun tetap saja sama.



12komentar:

  1. Ah alibi.menutup2i fakta = berdusta
    Baca lbh banyak dr tulisan sejarahwan2 dan peneliti om

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bukannya sejarawan2 barat itu yg seneng ngerubah sejarah itu sendiri? giamna mau dipercaya?

      Hapus
    2. ente belajar lagi lah sebelum bicara,..
      ini artikel bagus kok...
      coba cari di shahih imam bukhori hadist tentang pertengkarang sahabat umar dengan hisyam bin hakim... itu udah cukup jelas kok

      Hapus
    3. Alibi gmn?? Qm yg sdg memfitnah d sini bung.. blm liat makhthuth (manuscript aslinya) udh bilang berdusta.. verifikasi dlu sono.. internet itu cm pusat informasi bkn pusat kebenaran.. mknya verifikasi dlu (tabayyun) sblm asal ngomong.. sejarahwan siapa dan dr mana? Gmn kredibilitasnya?.. belajar lg gih..

      Hapus
    4. Alibi ?
      ngga pernah belajar yah om ?
      mangkannya jangan kebanyakan makan micin :v
      Bacaan al-qur'an yg biasa kita pakai itu juga ada qiraatnya, dan yg biasa kita pakai itu ashim dengan rawi hafsh :)

      Hapus
    5. Alibi? dikasih 100,000,000,000 sel otak ditambah 1,000,000,000,000 sel pendukung otak itu dipake bukan cuma disimpen dikepala doang.mikir.

      Hapus
  2. alibi? pffft... ndeso~

    BalasHapus
  3. maaf sebelumnya
    SEPEDA kalo yang baca orang batak gimana bunyinya?

    SEPEDA kalo yang baca orang jawa / jakarta gimana bunyinya?

    Sama apa beda bunyinya?

    itulah yang dimaksud qiraah tulisannya sama cuma dialegnya beda

    BalasHapus
  4. Terima kasih infonya saya terpaksa mencari dan mengingati semula info ini kerana banyak video-video yg dibuat orang bukan islam/barat mengatakan alquran itu di ubah.
    #Salam dari saudara Malaysia.

    BalasHapus
  5. mau tanya, yang dilarang disini itu logat bacaan yang berbeda sehingga merubah makna, bagaimana kalau logat bahasa yang tidak merubah makna, misalnya membaca dengan logat jawa, tetapi tajwid dan maharijul hurufnya benar?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tidak boleh gan, tapi jika mampunya seperti itu silakan diamalkan sesuai kadarnya. Namun ttp diusahan belajar baca al quran yg standard internasional, minimal 1 qiraah yaitu hafz yg terkenal di Indonesia.

      Hapus
  6. Boleh di copy buat baca mas?

    BalasHapus