"Apakah Al-Qur'an mengajarkan bahwa tata surya itu
geosentris?"
wajar di pertanyakan mengingat banyaknya ayat di dalam Al-Qur'an bahwa
matahari, bulan, dan bintang "beredar", tetapi sepertinya tidak ada
satupun ayat yang mengatakan dengan jelas bahwa bumi beredar. Jadi, apakah
Al-Qur'an menyatakan bahwa tata surya kita itu geosentris, dimana bumi menjadi
pusatnya dan matahari, bulan, dan benda langit lainnya mengelilingi bumi?
Sementara ilmu pengetahuan saat ini menyatakan bahwa bumi mengelilingi matahari,
dan matahari pun beredar bersama-sama galaksi. Manakah yang harus lebih kita
percayai, wahyu ataukah ilmu?
Terlebih lagi Al-Quran diturunkan pada masa dimana
mayoritas penduduk dunia menganggap bahwa bumi itu tetap, diam, tak bergerak
dan matahari serta bulan beredar mengelilingi bumi ke atas dan ke bawah bumi,
karena seperti itulah yang terlihat dan dirasakan oleh orang-orang di bumi. Pernyataan
bahwa bumi bergerak mengelilingi matahari pada saat diturunkannya Al-Quran,
tentu saja akan menimbulkan bahan olok-olokan terhadap Islam, dan bahkan
kecaman dari beberapa kalangan ahli kitab.
"Bumi bergerak? Apakah kau merasa bumi ini
bergerak? Ide yang bodoh. Jelas-jelas kita melihat matahari terbit di timur,
bergerak ke atas dan tenggelam di barat, setelah itu bulan muncul seperti
halnya matahari", mungkin seperti itulah tanggapan orang-orang terdahulu
tentang ide heliosentris ataupun ide bahwa bumi, bulan, bintang, dan bahkan
matahari bergerak di orbitnya masing-masing dan bahwa bumi mengelilingi
matahari.
Muslim percaya dan tidak membantah bahwa Al-Quran
merupakan wahyu Allah yang Maha Sempurna, yang karenanya, isinya tidak perlu
dipertanyakan lagi kebenarannya. Di sisi lain, setiap muslim pun percaya
bahwa Al-Quran diturunkan Allah dengan ilmu, menjelaskan dan membenarkan
tanda-tanda Allah yang tersebar di alam. Jadi, bagi muslim, hanya ada dua
kemungkinan, Al-Quran membenarkan bahkan mendahului ilmu pengetahuan, ataukah
ilmu pengetahuan yang salah.
Sekarang
mari kita lihat, benarkah Al-Qur'an menyatakan bumi itu pusat tata surya?
Berikut adalah beberapa ayat yang menyatakan peredaran matahari dan bulan :
Yasin [36] Ayat 37-40
Wa 'Ayatun Lahumu Al-Laylu Naslakhu Minhu An-Nahara Fa’idha Hum Muzlimuna
[[Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah
malam; Kami tanggalkan siang dari malam itu, maka dengan serta merta mereka
dalam kegelapan, (QS. 36:37)]]
Wa Ash-Shamsu Tajri Limustaqarrin Laha Dhalika Taqdiru Al-`Azizi Al-`Alimi
[[dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah
ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.
(QS.
36:38)]]
Wa Al-Qamara Qaddarnahu Manazila
Hatta `Ada
Kal`urjuni Al-Qadimi
[[Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga
(setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah diasebagai bentuk
tandan yang tua . (QS. 36:39)]]
La Ash-Shamsu Yanbaghi Laha 'An Tudrika Al-Qamara Wa La Al-Laylu Sabiqu An-Nahari Wa Kullun Fi Falakin
[[Tidaklah mungkin bagi mataharimendapatkan bulan dan malampun
tidak dapat mendahului siang. Dan masing- masing beredar pada garis
edarnya.
(QS. 36:40)]]
Dari
surah Yaasiin ayat 37-40 di atas, dapat
diambil KESIMPULAN :
1. Allah
menggunakan bahasa menanggalkan siang dari malam, menandakan bahwa sesungguhnya
alam semesta itu didominasi oleh malam (gelap), dan siang itu adalah sesuatu
yang "ditempelkan" kepada kegelapan
(malam) itu. Menanggalkan pigura
dari tembok, berarti yang dominan adalah temboknya dimana piguranya sebelumnya
ditempelkan di tembok.
2. Matahari
pun ber-evolusi
( berjalan) mengitari orbitnya sendiri, mengitari pusat dari galaksi, menuju
"tempat peristirahatannya".
Limustaqarrin Laha"
[[yang
diartikan "di tempat peredarannya"]] ---------> yang
secara literal [[berarti
"menuju (tempat/waktu) yang telah ditentukan"]]
berarti pula :
·
"menjadi keadaan stabil/tetap”
·
"menuju tempat peristirahatan/pemberhentiannya"
Garis edar sendiri
bahasa arabnya adalah ["falak"].
Ayat ini ingin menunjukkan bahwa matahari beredar "sampai waktu yang ditentukan, ketika telah sampai ke tempat
peristirahatannya atau dalam kondisi stabil/tidak bergerak lagi".
3. Penetapan Manzilah-manzilah
bagi bulan, hanya dapat dilakukan apabila bumi juga berotasi serta berevolusi
dan bulan juga mengelilingi bumi, akan dipaparkan di bawah insya Allah.
4. Orbit
[ falakin ]
yang berbeda antara matahari dan bulan (masing-masing).
5. Garis edar matahari dan Garis
edar bulan hal sebagai penegasan "Tidak mungkin matahari mendapatkan bulan" karena masing-masing memiliki garis edar yang
berbeda, matahari mengelilingi galaksi, bulan mengelilingi bumi, dan "malam tidak dapat mendahului siang",
karena bumi berbentuk bulat dan berputar . Matahari dan bulan mungkin saja
sejajar, tetapi tetap "matahari tidak mungkin mendapatkan bulan".
Dalam
kaitannya dengan pernyataan peredaran matahari dan bulan, Allah selalu
menyertakan malam dan siang bisa jadi dengan maksud ( wallahu a'lam) :
PERTAMA : Agar peredaran
matahari dan bulan tidak disamakan dengan pergantian malam dan siang,
karenamatahari beredar tidak mengelilingi bumi, akan tetapi sebaliknya bumi
yang mengelilingimatahari, sehingga penyertaan siang dan malam itu sebagai
penegasan bahwa "peredaran matahari dan bulan" dan "pergantian
malam dan siang " adalah dua hal yang berbeda.
KEDUA : Penggunaan kata "malam dan siang " [
laila wan nahaar], dimana kata "malam"
selalu disebutkan lebih dulu daripada "siang", menandakan
bahwa malam lebih dulu diciptakan daripadasiang, sebagaimana matahari
diciptakan terlebih dahulu daripada bulan, menurut Al-Qur'an, karena kata
" matahari" selalu disebut lebih dahulu daripada "bulan",
dengan pengecualian surah Nuh ayat 16, namun dalam konteks dan objek
yang berbeda, yang akan dijelaskan kemudian di bawah, insya Allah .
KETIGA Selain itu penggunaan kalimat "malam dan
siang", bukannya "siang dan
malam", dimaksudkan agar tidak dapat
dipasangkan dengan "matahari dan bulan", apabila seseorang
melihat kedua kalimat tersebut dari segi urutan kata-katanya, sehingga semakin jelas bahwa "peredaran matahari dan
bulan" berbeda dengan "pergantian malam dan siang", karena matahari yang selalu lebih dulu disebut daripada bulan
, hal ini berbeda dengan malam (yang berasosiasi dengan bulan/gelap) yang
disebut lebih dulu daripada siang (yang berasosiasi dengan matahari/ terang ).
Ayat-ayat lain yang menyebutkan mengenai beredarnya matahari
danbulan, yang dapat kita lihat selalu pula disebutkan "malam" dan
"siang", juga dimaksudkan agar orang-orang dapat mengerti bahwa
"peredaranmatahari danbulan" dan "malam dan siang"
merupakan dua hal yang berbeda . Ayat-ayat itu adalah Q.S
14:33, 21:33, 31:29, 35:13 , dan 39:5
.
Sekarang
kita lihat di ayat yang lain :
Ar-Ra`d [13 ] Ayat 2
ALLahu Al-Ladhī Rafa`a
As-Samāwāti Bighayri `Amadin Tarawnahā Thumma Astawá
`Alá Al-`Arshi Wa Sakhkhara Ash-Shamsa Wa Al-Qamara Kullun Yajrī Li'jalin Musammáan Yudabbiru
Al-'Amra Yufaşşilu Al-'Āyāti La`allakum Biliqā'i Rabbikum Tūqinūna
[[Allah-lah yang
meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia
bersemayam di atas 'Arsy, dan menundukkan matahari dan
bulan. Masing- masing beredar hingga waktu yang
ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda
(kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan(mu) dengan Rabbmu. (QS. 13:2)]]
"masing-masing beredar"[ adalah
terjemahan dari "wa kullun yajri"]. penggunaan kata "kullun "disini, yang berarti" semua"
( indefinite ). Perhatikan
bagaimana Al-Qur'an menggunakan bentuk
indefinite" kullun" (tidak mengacu secara spesifik kepada objek
tertentu), bukannya kata indefinite "killahunna
" yang berarti "keduanya" .
Al-Qur'an
ingin mengatakan bukan hanya matahari dan bulan yang beredar, tapi semua yang
ada di alam semesta, dilangit, itu beredar. Matahari, bumi, bulan,
planet-planet dan bintang-bintang semuanya beredar.
Kata "kullun" ini dipakai di semua
ayat yang menyatakan peredaran matahari dan bulan seperti di surah Yaasiin (36)
ayat 40 diatas, diikuti pula kata benda/sifat/keterangan bentuk indefinite , seperti kata "musamman" (yang berarti "ditentukan") merupakan
bentuk indefinite, yang berarti tidak terbatas pada matahari dan bulan.
---
INFORMASI
DARI AL-AQUR'AN TENTANG ADANYA ROTASI DAN REVOLUSI BUMI
Mengenai
pernyataan Al-Quran tentang apakah bumi berotasi dan berevolusi, atau dengan
kata lain bergerak, marilah kita lihat, dimana Allah berfirman :
Luqman [31] Ayat 29
'Alam Tará 'Anna ALLaha
Yūliju Al-Layla Fī An-Nahāri Wa Yūliju
An-Nahāra Fī Al-Layli Wa Sakhkhara Ash-Shamsa Wa Al-Qamara Kullun Yajrī 'Ilá
'Ajalin Musammáan Wa 'Anna Al-Laha Bimā Ta`malūna Khabīrun
[[Tidakkah kamu
memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam
dan Dia tundukkan matahari dan bulan masing-masing berjalan sampai kepada waktu
yang telah ditentukan, dan sesungguhnyaAllah Maha Mengetahui apa yangkamu
kerjakan. (QS. 31:29)]]
Perhatikan kata-kata memasukkan ( yuuliju ) malam ke dalam siang dan
memasukkan siang ke dalam malam menandakan bahwa
bumi berotasi . Sebagian bagian bumi yang mengalami siang "dimasukkan"
ke daerah yang membelakangi matahari sehingga mengalami malam dan demikian pula
sebaliknya. Itu sebabnya Al-Qur'an menggunakan kata "memasukkan (yuuliju)"
untuk mendiskripsikan pergantian siang dan malam.
Di
surah An-Naml [27] Ayat
88 Allah berfirman :
Wa Tará Al-Jibāla Taĥsabuhā
Jāmidatan Wa Hiya Tamurru Marra As-Saĥābi Şun`a ALLahi Al-Ladhī 'Atqana
KullaShay'in 'Innahu
Khabīrun Bimā Taf`alūna
[[Dan kamu lihat gunung-gunung
itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya
awan.(Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu;
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. 27:88)]]
Al-Qur'an adalah sejak 15 abad yang lalu
menyatakan bahwa gunung-gunung itu tidaklah diam, akan tetapi bergerak
sebagaimana yang disebutkan dalam ayat diatas. Surah An-Naml (27) ayat 88 di
atas menjelaskan dua hal.
PERTAMA
Gunung-gunung
dihasilkan oleh lempengan-lempengan tektonik bumi, dimana lempengan-lempengan
itu terus bergerak. Sesuatu yang baru dapat dibuktikan berabad-abad setelah
turunnya Al-Qur'an .
KEDUA
Gunung-gunung
sebagai hasil dari pergerakan dan tumbukan lempengan-lempengantektonik bumi,
dimana kokoh dan diam, yang dalam hal ini merepresentasikan tanah dan bumi itu
sendiri dikatakan bergerak "sebagaimana jalannya awan".
Awan, di ketinggian tertentu dari permukaan bumi, dalam hampir semua kasus selalu bergerak dari barat ke timur, dengan pengecualian di daerah equatorial dan kutub dimana terkadang awan bergerak dari timur ke barat. Hal ini dikarenakan karena rotasi bumi yang juga dari barat ke timur. Maka ayat ini juga menerangkan bahwa bumi bergerak dan arah pergerakannya (rotasi-nya) adalah yang "sebagaimana jalannya awan", yaitu dari barat ke timur. Meskipun lempengan-lempengan tektonik yang mana membentuk gunung-gunung itu sendiri bergerak tidak selalu dari barat ke timur, namun gunung-gunung yang kokoh sebagai hasil dari tabrakan lempengan-lempengan ini bergerak dari barat ke timur, yang mana merepresentasikan bumi itu sendiri, bergerak dari barat ke timur sebagai akibat dari rotasi bumi.
Sekarang
mari kita lihat surah Al-Furqaan [25]
ayat 45-46
berikut :
'Alam Tará 'Ilá Rabbika
KayfaMadda Až-Žilla WaLaw Shā'a Laja`alahu Sākināan Thumma Ja`alnā Ash-Shamsa `Alayhi Dalīlāan
[[Apakah kamu tidak
memperhatikan (penciptaan) Rabbmu, bagaimana Dia memanjangkan (dan memendekkan)
bayang-bayang; dan kalau Dia menghendaki niscaya Dia menjadikan tetap
bayang-bayang itu, kemudian Kami jadikan matahari
sebagai petunjuk atas bayang-bayang itu,(QS. 25:45)]]
Thumma Qabađnāhu 'Ilaynā
Qabđāan Yasīrāan
[[kemudian Kami
menarik bayang- bayang itu kepada Kami dengan tarikan yang perlahan- perlahan. (QS. 25:46)]]
Perhatikan
kalimat "Kami jadikan matahari atas
bayang-bayang itu sebagai petunjuk (syamsa 'alaihi daliilan)". Sesuatu yang
dijadikan sebagai petunjuk/patokan (dalil dalam bahasa arab) adalah sesuatu
yang tetap, relatif terhadap objek yang dimaksud.
Jika seseorang berkata "Kamu pergilah kesana,
petunjuk bahwa kamu sudah sampai adalah kamu melihat ada pohon jambu yang besar
disamping rumah berwarna merah " disini "pohon jambu yang besar
disamping rumah berwarna merah" adalah petunjuk, sesuatu yang secara
relatif diam terhadap orangnya. Atau jika seseorang mengatakan "Mobil
berkecepatan 100 km/jam" berarti mengacu terhadap sesuatu yang secara
relatif diam terhadap mobil tersebut. Atau jika seseorang berkata "kita
membutuhkan dalil yang kuat untuk masalah ini", maka dalil yang dimaksud
adalah sesuatu petunjuk yang relatif tetap terhadap sang masalah, tidak
berubah-ubah.
Lihatlah bagaimana Allah melakukan pemilihan kata, agar
menjadi suatu kalimat yang diterima pada masa itu, diterima pula pada masa
sekarang, dan tidak bertentangan dengan ilmu pengetahuan, karena sesungguhnya
segala ilmu datangnya dari Allah.
"Dan
kalau Allah menghendaki niscaya dia menjadikan tetap bayang-bayang itu ...
kemudian Kami menarik bayang-bayang itu kepada Kami sedikit demi sedikit"
.
Posisi
bumi dalam mengitari matahari mengikuti orbit yang elips dengan posisi tidak
tegak lurus terhadap matahari. Ayat ini mengindikasikan pula bahwa bumi
berrevolusi terhadap matahari dengan posisi yang tidak tegak lurus dan tidak
tetap, sehingga ada kalanya bayang-bayang di jam yang sama menjadi lebih pendek
atau lebih panjang, tergantung pada musim yang terjadi. Kalau Allah
menghendaki, Allah menjadikan bayang-bayang itu tetap panjangnya di jam yang
sama, akan tetapi Allah menghendaki lain. Di dalam surah An-Naba'
[78] ayat 6, Allah berfirman :
'Alam Naj`ali Al-'Arđa Mihādāan
[[Bukankah Kami
telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan? (QS. 78:6)]]
Hamparan disini [adalah terjemahan dari
"mihaadan"] dimana arti kata "mihaadan"
ini adalah " tempat beristirahat" atau "ayunan/buaian
(cradle)", dari akar kata "al-mahd".
Di
terjemahkan sebagai "hamparan"
kemungkinan dengan mengambil akar kata "madaad"
yang dipakai di ayat lain dengan arti "hamparan". Penggunaan kata
mihaadan [sebagai "tempat
beristirahat"] dapat dilihat di ayat lain di dalam Al-Qur'an yaitu
di dalam Q.S 7:41, 13:18, 38:56, 3:197. 3:12, dan 2:206.
Al-'A`raf [7]
Ayat 41
Lahum Min Jahannama Mihādun Wa Min Fawqihim Ghawāshin
ۚ Wa Kadhalika Najzī Až-Žālimīna
[[Mereka mempunyai tikar tidur(Tempat Istrahat) dari api neraka dan di
atas mereka ada selimut (api neraka). Demikianlah Kami memberi balasan kepada
orang-orang yang zalim. (QS. 7:41)]]
Ar-Ra`d [13] Ayat 18
Lilladhīna Astajābū
Lirabbihimu Al-Ĥusná Wa Al-Ladhīna Lam Yastajībū LahuLaw 'Anna Lahum Mā Fī
Al-'Arđi Jamī`āan Wa Mithlahu Ma`ahu Lāftadaw Bihi 'Ūlā'ika Lahum Sū'u
Al-Ĥisābi Wa Ma'wāhum Jahannamu Wa Bi'sa Al-Mihādu
[[Bagi orang-orang
yang memenuhi seruan Rabbnya, (disediakan) pembalasan yang baik. Dan
orang-orang yang tidak memenuhi seruan Rabb, sekiranya mereka mempunyai semua
(kekayaan) yang ada di bumi dan (ditambah) sebanyak isi bumi itu lagi
besertanya, niscaya mereka akan menebus dirinya dengan kekayaan itu.
Orang-orang itu disediakan baginya hisab yang buruk dan tempat kediaman mereka
ialah jahannamdan itulah seburuk-buruk tempat
kediaman [ Tempat Istrahat ]. (QS. 13:18)]]
Sad [38] Ayat 56
Jahannama
Yaşlawnahā Fabi'sa Al-Mihādu
[[(yaitu
neraka Jahannam, yang mereka masuk ke dalamnya; maka amat buruklah Jahannam itu
sebagai tempat
tinggal [ Tempat Istrahat ]. (QS. 38:56)]]
'Ali `Imran [3] Ayat 12, 197
Qul Lilladhīna
Kafarū Satughlabūna Wa Tuĥsharūna 'Ilá Jahannama Wa Bi'sa Al-Mihādu
[[Katakanlah
kepada orang-orang yang kafir: "Kamu pasti akan dikalahkan (di dunia ini)
dan akan digiring ke dalam neraka Jahannam. Dan itulah tempat
yang seburuk- buruknya [Tempat Istrahat]". (QS. 3:12)]]
Matā`un Qalīlun
Thumma Ma'wāhum Jahannamu Wa Bi'sa Al-Mihādu
[[Itu
hanyalah kesenangan sementara, kemudian tempat tinggal mereka ialah Jahannam;
dan Jahannam itu adalah tempat yang seburuk- buruknya [Tempat Istrahat]. (QS.
3:197)]]
Al-Baqaraah
[2] Ayat 206
Wa 'Idhā Qīla Lahu
Attaqi Al-Laha 'Akhadhathu Al-`Izzatu Bil-'Ithmi Faĥasbuhu Jahannamu Wa
Labi'sa Al-Mihādu
[[Dan apabila
dikatakan kepadanya: "Bertaqwalah kepada Allah", bangkitlah
kesombongannya yang menyebabkannya berbuat dosa. Maka cukuplah (balasannya)
neraka Jahannam. Dan sungguh neraka Jahannam itu tempat tinggal yang seburuk-
buruknya [Tempat Istrahat].(QS. 2:206)]]
Yang menarik adalah penggunakan "mihaadan" dengan artian ayunan/buaian, dimana kata yang sejenis digunakan di dalam surah Maryam
[19] ayat 29 :
Fa'ashārat 'Ilayhi
Qālū Kayfa Nukallimu Man Kāna Fī Al-Mahdi
Şabīyāan
[[maka Maryam
menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata: "Bagaimana kami akan berbicara
dengan anak kecil yang masih dalam ayunan".
(QS. 19:29)]]
Disini
Al-Qur'an menggunakan mihaadan dalam bentuk Al-Mahdi [ tunggalnya
] yang di artikan ayunan atau buaian. Buaian atau ayunan untuk anak bayi
biasanya di buat bergoyang ke kiri dan ke kanan, sehingga sang bayi pun merasa
nyaman dan tertidur. Demikianlah Al-Qur'an mendeskripsikan bumi seolah-olah
berada dalam ayunan/buaian, sehingga surah An-Naba' ayat 78 dapat di
terjemahkan "Bukankah kami telah menjadikan bumi
itu seperti ayunan/buaian ?"
Fakta ilmu pengetahuan mengatakan bahwa dalam perputaran bumi mengelilingi sumbunya dan
matahari tidak tegak lurus melainkan miring dan tidak tetap, bergerak
kadang menjauhi kadang mendekati sumbu tegak lurus orbitnya. Fakta yang baru-baru
saja diketahui ini sudah disebutkan di dalam Al-Qur'an 15 abad yang lalu.
Bahkan
di ayat selanjutnya Allah menyatakan dalam Al-Qur'an An-Naba' [78] Ayat 7
Wa
Al-Jibāla 'Awtādāan
[[dan gunung-gunung sebagai pasak? (QS.78:7)]]
Di
sini Allah menyatakan bahwa gunung-gunung di
jadikan di bumi sebagai dan seperti pasak. Tentunya timbul pertanyaan, apa
tujuannya Allah menjadikan gunung sebagai pasak? Mengenai hal ini Allah
menjelaskan di ayat yang lain :
An-Nahl [16]
Ayat 15
Wa 'Alqá Fī Al-'Arđi Rawāsiya
'An Tamīda Bikum Wa 'Anhārāan Wa Subulāan Lla`allakum Tahtadūna
[[Dan Dia
menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak goncang bersama kamu,
(dan Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat
petunjuk, (QS. 16:15)]]
Luqman [31] Ayat 10
Khalaqa As-Samāwāti Bighayri
`Amadin Tarawnahā Wa 'Alqá Fī Al-'Arđi Rawāsiya 'An Tamīda Bikum Wa Baththa
Fīhā Min Kulli Dābbatin Wa 'Anzalnā Mina As-Samā'i Mā'an Fa'anbatnā Fīhā Min
Kulli Zawjin Karīmin
[[Dia menciptakan langit tanpa
tiang yang kamu melihatnya dan Dia meletakkan gunung- gunung (di permukaan)
bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu;dan memperkembang biakkan padanya
segala macam jenis binatang. Dan
Kami turunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan padanya segala macam
tumbuh- tumbuhan yang baik. (QS. 31:10)]]
Jadi salah satu fungsi dijadikan
gunung-gunung di bumi adalah sebagai penyeimbang, menstabilkan rotasi bumi,
yang bersama-sama dengan gravitasi bumi, mengakibatkan goyangan akibat rotasi
bumi tidak dirasakan oleh manusia, sehingga manusia di bumi tetap merasakan
bahwa bumi itu "datar" dan "diam", tidak ikut menggoyangkan manusia yang hidup di
permukaannya. Demikianlah ketetapan Allah, Rabb semesta alam.
Al-'Anbya' [21]
Ayat 31
Wa Ja`alnā Fī Al-'Arđi Rawāsiya 'An Tamīda Bihim Wa Ja`alnā Fīhā Fijājāan
Subulāan La`allahum Yahtadūna
[[Dan telah Kami jadikan di
bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi
ini (tidak) goncang bersama mereka,dan telah Kami jadikan (pula) dibumi itu
jalan-jalan yang luas, agar mereka mendapat petunjuk. (QS.
21:31)]]
Qaf [50] Ayat 7
Wa Al-'Arđa Madadnāhā Wa
'Alqaynā Fīhā Rawāsiya Wa 'Anbatnā Fīhā Min
Kulli Zawjin Bahījin
[[Dan
Kami hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya gunung-gunung
yang kokoh dan Kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah
dipandang mata. (QS. 50:7)]]
Di
dalam surah Al-Anbiyaa (21) ayat 31 dan surah Qaf (50) ayat 7 di
atas,
a).
Gunung-gunung yang kokoh" adalah terjemahan dari "rawasiya".
b).
Gunung" sendiri dalam
bahasa arab adalah "jabal" atau "jibala".
c). Rawasiya" merupakan turunan dari "
arsa" yang berarti "kokoh/stabil", dalam bentuk partisipal
aktif-nya sering diartikan gunung-gunung. Dengan demikian rawasiya sendiri dapat diartikan sebagai pengokoh, penstabil, atau gunung-gunung penstabil/pengokoh.
"Dan telah Kami jadikan di bumi ini (gunung-gunung) penstabil supaya bumi itu tidak goncang bersama mereka ...", sekali lagi dikarenakan karena salah satu fungsi gunung-gunung adalah sebagai penyeimbang, menstabilkan rotasi bumi, yang bersama-sama dengan gaya gravitasi bumi, mengakibatkan goyangan dan putaran akibat rotasi bumi tidak dirasakan oleh manusia. Dengan jelas dalam Q.S 16:15, 31:10, dan 21:31 di sebutkan bahwa bumi itu sebetulnya bergerak, bergoyang dan bergoncang, akan tetapi Allah menciptakan gunung-gunung sehingga pergerakan bumi itu mencapai gaya dan kecepatan yang sesuai dan stabil sehingga manusia yang tinggal di permukaannya tidak merasakan goyangan itu.
Hal lain yang dikatakan Al-Qur'an adalah mengenai peredaran bulan, seperti yang difirmankan Allah dalam surah Yaasiin [36] ayat 39 :
Wa Al-Qamara
Qaddarnāhu Manāzila Ĥattá `Āda Kāl`urjūni Al-Qadīmi
[[Dan telah Kami
tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah,
sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah diasebagai bentuk tandan yang tua . (QS.
36:39)]]
'urjuuni" disini (di artikan sebagai "tandan")
dimana arti sebenarnya adalah "batang pohon kurma".
Penterjemahan kata-perkata dari ayat di atas adalah menjadi :
"dan bulan telah kami tetapkan baginya fasa-fasa sampai dia
kembali lagi (berulang-ulang), seperti halnya batang pohon kurma yang tua (kal
'urjuuni al qadiimi)".
Pernyataan Al-Qur'an mengenai "kal 'urjuuni al qadiimi" disini
patut di cermati, karena orbit bulan , baik
dalam paham geosentris maupun heliosentris
harusnya adalah berbentuk lingkaran atau elips,
tetapi di sini dijelaskan bahwa bagi bulan sudah di tetapkan fasa-fasa (bulan
mati, bulan baru, bulan sabit, purnama) dan terus berulang, seperti halnya
batang pohon kurma yang tua, yang juga menjelaskan bahwa bumi sebenarnya
berotasi dan beredar mengelilingi matahari, karena fasa-fasa bulan akan menjadi
seperti "batang pohon kurma" hanya terjadi jika bumi bergerak.
Gambar
di bawah akan menjelaskan, betapa ayat ini tidak hanya membuktikan bahwa bumi
dan bulan ber-rotasi, akan tetapi bumi yang diiringi oleh bulan pun
ber-revolusi mengelilingi matahari.
[70:40] Maka aku
bersumpah dengan Tuhan Yang memiliki (semua) timur (masyaariq - plural) dan
(semua) barat (maghaaribi - plural), sesungguhnya Kami benar-benar Maha Kuasa.
Seperti
yang telah dijelaskan di "HAMPARAN
BUMI MENURUT AL-QUR'AN (baca)", bahwa adanya banyak barat dan banyaknya timur
pada ayat ini menandakan bahwa bumi itu bulat. Akan tetapi dijelaskan pula di
postingan tersebut bahwa dalam bahasa Arab,
Masyaariq dan maghaaribi selain
berarti sebagai "timur" dan "barat" juga berarti
"tempat terbit matahari" dan "tempat terbenam matahari", sehingga
ayat ini pun menyatakan bahwa bumi dalam melakukan rotasi (yang menyebabkan
matahari terbit dan terbenam , seperti yang terlihat dari bumi) tidak tegak
lurus, melainkan condong atau miring dari sumbu tegak lurus.
Ilmu pengetahuan membuktikan bahwa bumi berotasi dalam sudut 23,5 derajat dari
sumbu tegak lurus, kadang bagian utara bumi mendekati matahari, kadang bagian
selatan bumi yang mendekati matahari (seiring dengan perubahan musim, karena
kecondongan bumi terhadap matahari untuk suatu tempat kadang mendekati dan
menjauhi matahari).
Hal ini membuat titik terbit dan terbenam matahari
selalu berbeda-beda bagi orang-orang yang berada di utara dan selatan ekuatorial
(khatulistiwa), terutama pada musim yang berbeda dan selalu tetap bagi
orang berada di sekitar daerah ekuatorial. Hal ini juga membuat tidak hanya
tempat, waktu terbit dan terbenamnya pun berbeda-beda di setiap tempat dan
setiap hari, dan semuanya diungkapkan Al-Qur'an dengan kata masyaariq dan maghaaribi yang merupakan bentuk
plural atau jamak.----Masyaariq dan maghaaribi hanya dapat ada apabila bumi itu bulat, berotasi,
berrevolusi dan lebih spesifik lagi dalam sudut yang miring, tidak tegak lurus. !!!
Jadi, Al-Qur'an menggunakan gaya bahasa dan perumpamaan
yang dapat diterima oleh orang-orang pada masanya, akan tetapi sejalan dengan
ilmu pengetahuan dan akan dapat dibuktikan kebenarannya yang tersirat
berabad-abad setelah Al-Qur'an diturunkan.
-------
Surah Asy-Syams ayat 1 dan 2 menyatakan geo-sentris ? "Tunggu
dulu, bagaimana dengan Asy-Syams ayat 1-2 ?", sebagian orang
mungkin menanyakan hal tersebut. "Bukankah jelas-jelas dikatakan bahwa
bulan mengiringi matahari? berarti matahari beredar yang diikuti dengan bulan,
yang berarti mendukung dan menyatakan mengenai geosentris ?"
Menjawab
pertanyaan ini, mari kita lihat surah Asy-Syams ayat 1-2 :
Asy-Syams [91] Ayat 1-2
Wa Ash-Shamsi Wa Đuĥāhā
[[Demi
matahari dan cahayanya di pagihari, (QS. 91:1)]]
Wa Al-Qamari
'Idhā Talāhā
[[dan bulan
apabila mengiringinya , (QS.91:2)]]
Dari kedua ayat tersebut dapat dijelaskan :
1. Sekali lagi ditegaskan bahwa tidak disebutkan
bahwa yang dikelilingi adalah bumi, bahkan tidak ada kata-kata mengelilingi
ataupun bumi dalam kedua ayat ini. Sebagai ayat yang diturunkan 15 abad
yang lalu, kedua ayat ini tampak masuk akal, karena sebetulnya itulah yang
terlihat dari bumi. Bulan mengiringi matahari setelah datangnya malam. Namun
itu adalah pengertian berdasarkan pengamatan mata, yang mana dapat diterima
orang 15 abad yang lalu.
2. Kata
"mengiringi"
adalah terjemahan dari "talaha" dengan asal-kata "tala" yang berarti "mengikuti", atau "bergantung
pada"..... "Tala" ini memiliki akar kata "talaw" (ta lam
waw) yang
berarti "membaca
dan memperdengarkannya (recite)", dimana kata dengan akar kata "talaw" ini
digunakan tidak kurang dari 60 kali dalam Al-Qur'an.
3. Bulan
adalah sesuatu yang "mengikuti" matahari. Sedangkan jika kita lihat
di ayat lain dijelaskan bahwa orbit bulan berbeda dengan matahari, dan orbit
bulan
berbentuk seperti batang kurma yang tua, dimana bulan
bersama-sama dengan bumi mengelilingi matahari. Ayat ini ternyata mengandung
kebenaran ilmiah, dimana dibuktikan dengan ilmu pengetahuan saat ini yang
menyebutkan bahwa bulan cenderung "mengikuti" matahari dikarenakan
gaya-tarik matahari (gravitasi matahari), seperti yang ditunjukkan pada gambar
berikut :
4. Diketahui saat ini bahwa bulan sebenarnya ber-"talaha"
yaitu "membaca" sinar matahari dan "memperdengarkannya"
kepada bumi. Cahaya yang dimiliki bulan merupakan pantulan dari cahaya matahari. Itulah juga
yang menyebabkan Al-Qur'an mengatakan bahwa matahari
"bersinar (dhiyaan)" dan bulan
"bercahaya (nuur)", karena "bersinar" ((berarti memiliki sumber cahaya sendiri)), sedangkan "bercahaya" ((bergantung
pada objek lain yang memiliki sinar)).
Yunus [10] Ayat 5
Huwa Al-Ladhī Ja`ala Ash-Shamsa Điyā'an Wa Al-Qamara
Nūrāan Wa Qaddarahu Manāzila Lita`lamū `Adada As-Sinīna Wa Al-Ĥisāba
Mā Khalaqa Al-Lahu Dhālika 'Illā Bil-Ĥaqqi Yufaşşilu Al-'Āyāti Liqawmin
Ya`lamūna
[[Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan
bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan
bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah
tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan
tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui. (QS. 10:5)]]
Mengenai point 4 di atas, lebih lanjut dijelaskan di surah Qs.
Nuh [71] ayat 16.
Wa Ja`ala Al-Qamara Fīhinna Nūrāan Wa Ja`ala Ash-Shamsa Sirājāan
[[Dan Allah menciptakan
padanya bulan sebagai cahaya dan menjadikan
matahari sebagai pelita (QS.
71:16)]]
Dalam ayat ini bulan di sebutkan lebih dulu sebelum
matahari bukan berarti bulan lebih dulu ada daripada matahari karena konteksnya
tidak demikian.
Terjemahan literal kata per
kata ayat di atas adalah "dijadikan bulan baginya cahaya dan dijadikan
matahari sebagai lampu (bagi cahaya bulan)".
Jadi ayat Tersebut bukan berfokus kepada bulan itu
sendiri , akan tetapi berfokus kepada
cahaya bulan (light of the moon) tersebut, dimana dikatakan bahwa untuk
bulan, Allah jadikan baginya (bulan) cahaya, tapi cahaya itu berasal
dari sumber lain, yaitu matahari yang berfungsi sebagai lampu (sirajan di sini secara
literal, menurut Arabic-English
Lane's Lexicon, memiliki
arti "lampu" ).
Jika "matahari sebagai lampu" disebut terlebih dahulu, menjadikan ayat ini hanya menginformasikan bahwa "matahari
bersinar" sebagaimana surah 10 ayat 5. Akan tetapi dengan
disebutkannya "matahari sebagai lampu"
setelah "dijadikan bagi bulan cahayanya",
menginformasikan bahwa cahaya bulan ini berasal dari "sang lampu", bukan berasal
dari dirinya sendiri. Jadi ayat ini menegaskan
lebih jauh point 4 di atas bahwa sebetulnya bulan itu ber-talaha .
Sebagai penutup :
Bukan cuma menyatakan bahwa bumilah yang
mengelilingi matahari, Al-Qur'an pun mengatakan bahwa matahari pun beredar di
orbitnya, mengelilingi pusat galaksi, sebagaimana benda-benda lain pun beredar.
Dan ini juga termasuk galaksi pun beredar orbitnya sendiri , wallahu a'lam.
Fajir [35] Ayat 41
'Inna ALLaha
Yumsiku As-Samāwāti Wa Al-'Arđa 'An Tazūlā Wa La'in Zālatā 'In 'Amsakahumā Min 'Aĥadin Min Ba`dihi 'Innahu
KānaĤalīmāan Ghafūrāan
[[Sesungguhnya
Allah menahan langit dan bumi supaya jangan lenyap; dan sungguh jika
keduanya akan lenyap tidak
ada seorangpun yang dapat menahan keduanya selain Allah. Sesungguhnya Dia
adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun. (QS. 35:41)]]
"Tazula" atau "zalata" memiliki asal-kata "zala"
yang artinya "menyimpang dari keadaan
bergerak" atau "menjadi
bergerak tidak teratur dari sebelumnya dalam keadaan bergerak yang teratur",
menandakan bahwa sesungguhnya langit (matahari, planet, bulan, bintang) dan
bumi, pun bergerak sesuai dengan orbit yang ditentukan masing-masing oleh
Allah.
Kalaupun ada ayat-ayat di dalam Al-Qur'an yang menyatakan
matahari terbit dari timur (dalam kisah nabi Ibrahim menghadapi orang-orang
kafir , Q.S 2:258), atau tempat terbenamnya matahari serta melihat
matahari terbenam (dalam kisah zulkarnain, Q.S 18:86), Al-Qur'an menggambarkan
bahwa itulah yang dirasakan oleh orang-orang yang menjadi objek pengisahan itu
(dalam hal ini nabi Ibrahim dan Zulkarnain), dan bahkan itulah yang dirasakan
semua orang dibumi, "matahari terbit dari timur dan tenggelam di barat",
akan tetapi tidak menyatakan bahwa matahari mengelilingi bumi. Bukankah kita
di sekolah diajarkan bahwa "matahari
terbit ditimur dan tenggelam di barat" ? Istilah
"matahari terbit" atau "matahari terbenam" pun kita gunakan
dalam kehidupan sehari-hari, walaupun kita tahu (dan telah diajarkan) bahwa
sebetulnya bumi yang berotasilah yang menyebabkan hal tersebut.
Mengenai hadist nabi yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim yang mengatakan bahwa matahari berjalan sampai ke tempat beredarnya di bawah Arsy, kemudian bersujud dan setelah memperoleh ijin Allah kembali terbit dari tempat terbitnya, sehingga banyak yang megatakan berdasarkan hadis ini Islam mengajarkan bahwa matahari mengelilingi bumi, dapat di baca di dalam postingan "HADIST NABI : MATAHARI MEMPUNYA ORBIT (baca)"
Sekali lagi perumpamaan-perumpamaan dibuat oleh Allah
agar manusia mau berpikir, karena potensi terbesar yang diberikan kepada
manusia adalah akal pikiran untuk dapat memahami tanda-tanda keberadaan dan
kekuasaan Allah.
Al-`Ankabut [29] Ayat 43
Wa Tilka Al-'Amthālu Nađribuhā
Lilnnāsi Wa Mā Ya`qiluhā 'Illā
Al-`Ālimūna
[[Dan
perumpamaan- perumpamaan ini Kami buatkan untuk
manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali
orang yang berilmu. (QS. 29:43)]]
Wallahu a'lam
Sumber :
1 Al-Quran dan Hadist
2. https://id.wikipedia.org/wiki/Matahari
0 komentar "GARIS EDAR MATAHARI, BULAN DAN BUMI ", Baca atau Masukkan Komentar
Posting Komentar