Mungkin
benar terutama di Indonesia masih belum bisa memisahkan antara Arab dan Islam.
Hal itu karena Islam yang dibawa Nabi Muhammad
lahir di Arab, berbahasa Arab dan bertuliskan Arab. Sehingga apa-apa yang
bertuliskan Arab dianggap bagian dari Islam. Padahal orang Kristen Arab juga
berbicara dan menulis dengan tulisan Arab, itulah mengapa terkadang kaligrafi
Arab dianggap bagian dari Al-Quran padahal isinya adalah ajaran Kristen.
Sebelum Nabi
Muhammad lahir Islam merupakan agama yang sudah ada sebelumnya. Islam mulai
disebarkan oleh Nabi Ibrahim ,dan terus diteruskan oleh anak cucu Nabi
Ibrahim melalui garis keturunan Ishaq yang berakhir kepada Nabi Isa (Jesus) dan melalui garis keturunan
Nabi Ismail yang berakhir kepada Nabi Muhammad sebagai penutup garis Nabi Ibrahim .
Yusuf
[12] Ayat 2
'Inna 'Anzalnahu Qur'anaan `Arabiyaan
La`allakum Ta`qiluna
[[Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al-Qur'an dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya. (QS. 12:2)]]
Ayat diatas mengandung arti
bahwa Nabi Muhammad menyampaikan Al-Quran dalam bahasa Arab, mengapa?. Karena kaumnya saat itu adalah bangsa Arab. Tidak mungkin
nabi Muhammad berbicara dalam bahasa Eskimo.
Nah menyinggung masalah Eskimo,
seandainya nabi Muhammad diturunkan di daerah Eskimo, apakah kita harus memakai
baju dan membentuk rumah layaknya orang eskimo?. Tentu tidak. Bayangkan memakai
baju ala eskimo di tengah padang pasir, bisa-bisa tubuh ini matang direbus.
Dari sini kita bisa berfikir bahwa Islam tidak dibatasi budaya. Dalam artian
budaya yang berasal dari bangsa Arab tidak harus dipakai oleh bangsa lain
sebagai bagian Islam.
Yang jelas Islam memiliki batas-batas yang jelas. Misalnya tentang
berpakaian Islam memberi batasan bagaimana wanita harus berpakaian tak harus
bermodel sama !!! [Lihat di Sini
: SEBAB-SEBAB ADAM DAN HAWA DI KELUARKAN
DARI SURGA (Baca)] INTINYA Adalah MENUTUPI AURAT BUKAN MEMBUNGKUS ATAPUN
MEMBALUT !!!
Sebagaimana
kita ketahui pakaian muslim ala Indonesia dan Arab pun beda, misalnya di
Indonesia memakai sarung tetapi di Arab tidak. Yang penting tidak keluar dari
adab berpakaian. Kalau masalah adab, bangsa manapun yang memiliki adab, selama
itu baik dan tidak merusak moral (menimbulkan nafsu negatif) merupakan bagian
dari kekayaan Islam. Jadi Islam ada dimana-mana demikian juga halnya Setan
(sisi negatif) yang ada dimana-mana.
Berhubung
Wahyu Al-Quran turun dalam bahasa Arab maka muncul juga pemikiran di beberapa
kalangan. Pemikiran itu antara lain apakah wahyu Tuhan itu hanya sebatas makna
atau makna dan lafadz Arabnya. Para imam pun berbeda pendapat soal hal ini.
Imam Hanafi menganggap bahwa makna lebih bersifat wahyu, sedangkan imam Syafi'i
menganggap wahyu merupakan makna dan lafadz Arabnya.
Mungkin
pendapat Imam Hanafi lebih bisa dipakai sebagai jawaban bahwa Wahyu adalah
makna tak mencakup lafadz, mengapa?. Karena di dalam Al-Quran terdapat banyak
kisah-kisah nabi Allah sebelumnya dari jaman Nabi Ibrahim, Musa dan Isa.
Sebagian cerita tersebut tentu dilafadzkan dalam bahasa kitab suci sebelumnya
sebelum turun Al-Quran dimana bukan bahasa Arab. Dan secara makna kisah-kisah
tersebut diulang lagi di dalam Al-Quran. Selain itu bahasa Arab juga mengalami
perkembangan dalam penulisan, dari yang semula memakai tulisan sederhana
menjadi tulisan yang dipakai sekarang.
Tetapi meski
demikian bukan berarti kita mengesampingkan bahasa dan tulisan Arabnya
(terutama lafadznya). Hal ini penting untuk menjaga keaslian lafadz karena hal
ini berguna dalam menterjemahkannya (mencari pemahaman yang tepat). Apalagi
lafadz Al-Quran bagian dari bacaan Shalat yang memang tidak boleh diganti
bahasa lain. Karena lafadz bukan bagian dari budaya Arab. Karena secara bahasa,
bahasa Arab dan bahasa Al-Quran tidaklah sama. Itulah mengapa dalam percakapan
sehari-hari banyak ditemui ketidaksamaan diantara keduanya. Al-Quran dari segi
tulisan tetap saja penuh dengan mukjizat
Lalu
bagaimana cara megetahui dan membedakan antara Arabisme dan Islamisme?. Tidak mudah memang. Ketika Islam belum hadir bangsa
Arab sudah mempunyai budayanya yang kuat. Islam hanya sebatas memperbaiki budaya
yang salah. Meski demikian bukan berarti budaya yang salah itu hilang. Tetapi
budaya yang negatif juga masih ada. Itulah mengapa jika kita melihat budaya
Arab yang negatif di televisi pikiran kita seolah-olah menganggap Islam masih
membolehkan budaya tersebut. Padahal tidak sama sekali. Mengapa pikiran kita
seperti itu?. Karena budanya tersebut berbau Arab dan kita masih menganggap
sesuatu yang berasal dari Arab berhubungan dengan Islam. Bahkan budaya saling
serang entah perang atau teror yang merupakan warisan jahiliyah pun masih ada
sampai sekarang dimana ini sangat merusak citra Islam. Seperti kita ketahui
sepeninggal Nabi Muhammad umat Islam saling berebut kekuasaan dan saling bunuh,
bahkan para khalifah juga ikut terbunuh termasuk cucu nabi
Muhammad .
Untuk mengkaji bagaimana agar bisa BER-ISLAM TANPA HARUS MEMBAWA ARABISASI bisa dibaca dari buku karya Prof. Dr. Jeffrey Lang, seorang Profesor Matematika
dari Universitas Kansas yang masuk Islam.
Jeffry Lang menulis sebuah buku yang berjudul Even
Angel Ask yang berarti Bahkan Malaikat pun Bertanya.Judul ini diambil dari
salah satu ayat Al-Quran 2:30 tentang pertanyaan Malaikat kepada Allah sebagai
berikut :
Al-Baqarah [2] Ayat 30
Wa ‘Idh Qala Rabbuka
Lilmala’ikati ‘Inni Ja’ilun Fi Al-‘Ardi Khalifatan Qalu ‘Ataj’alu Fiha Man Yufsidu
Fiha Wa Yasfiku Ad-Dima’a Wa Nahnu Nusabbihu Bihamdika Wa Nuqaddisu Laka Qala ‘Inni
‘A’lamu Ma La Ta’lamuna
[[Ingatlah ketika
Rabb-mu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "MENGAPA ENGKAU HENDAK MENJADIKAN (kHALIFAH) DI BUMI ITU
MANUSIA YANG AKAN MEMBUAT KERUSAKAN PADANYA DAN PERTUMPAHAN DARAH, PADAHAL KAMI
(MALAIKAT) SENANTIASA BERTASBIH DAN MEMUJI ENGKAU.??"Rabb
berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui".
(QS. 2:30)]]
Buku ini
susah dicari untuk dibaca secara online dalam terjemahan bahasa Indonesia.
Sedangkan dalam bahasa Inggris bisa anda baca secara lengkap DISINI
Menurut Jeffrey Lang sikap bertanya merupakan hal yang sangat
dianjurkan. Terkadang di beberapa tempat kita tidak boleh bertanya berkaitan
dengan agama atau dogma agama dan diantara anda mungkin ada yang
dimarahi.
Banyak kaum
muda muslim yang lahir di luar Arab terkadang banyak menghadapi kendala, apakah
untuk menjadi Muslim yang baik harus menjadi Arab?. Terkadang banyak muslim
yang belum puas jika tidak menggunakan kata seru berbahasa Arab.
Dr. Lang
dengan bercanda menceritakan kawannya, yang tertarik dengan Islam dimana sudah
menemukan kunci agar diterima penuh dalam masyarakat Islam. Kuncinya yaitu:
"Pakai tutup kepala timur tengah, pelihara janggut panjang, katakan
alhamdulillah, masyaAllah, assalamualaikum, dll dalam situasi yang tepat."
Sedangkan kawan Dr. Lang yang lain, yang sudah masuk Islam, berkomentar bahwa
orang Islam itu tampaknya menduga Tuhan hanya mengerti Bahasa Arab. Kesan bahwa
Islam itu agama orang Arab adalah salah satu di antara stereotip yang popular
di Barat.
Setelah
menjadi Mualaf Dr. Lang melihat bagaimana kaum
Muslim saling mendengki, saling memaki, dan saling memfitnah. Seorang mualaf
baru kawan Dr. Lang pernah berkata kepadanya bahwa hiburan favorit orang Islam
adalah bergunjing dan menyebarkan fitnah diantara umat Islam. Dengan sedih ia
harus menyaksikan kawannya, seorang Muslim barat yang akhirnya pindah ke agama
Budha, karena dalam agama Budha ia menemukan pemeluk agama yang mempraktekkan
apa yang diajarkan agamanya. Dengan kecewa ia harus melihat di depan matanya bagaimana
orang-orang Islam yang saleh itu menjual --Dr. Lang
menggunakan kata "melacurkan"-- agamanya untuk tujuan-tujuan duniawi.
Tetapi kemungkinan Dr. Lang dan temannya hanya
melihat umat Buddha sebagaimana di Wihara. Dimana umat Buddha tersebut memang
taat. Padahal diluar itu banyak juga umat Buddha yang melenceng. Karena di
setiap agama pasti punya pemeluk yang beraneka ragam. Jika teman Dr Lang melihat di Pesantren mungkin pemikirannya
tentang Islam akan lain.
Maka dari
itu delapan tahun setelah bersyahadat Dr. Lang dan keluarganya hijrah ke Arab
Saudi untuk menemukan Islam yang benar. Tetapi setelah tinggal disana Dr. Lang
merasa tercekik secara ruhaniah. Beliau berkata :
Di
negeri yang menyaksikan kebangkitan Nabi Muhammad, yang mengandung dua kota
Islam yang paling suci dan Ka'bah yang menjadi arah salat saya, negeri yang
didominasi oleh kaum muslimin, dan tanah air bagi kebudayaan yang dipenuhi
agama, saya merasa beku secara spiritual, tanpa harapan sama sekali.
Di
Arab Saudi, Islam berhenti sebagai kekuatan untuk perkembangan kepribadian, dan
iman saya segera kehilangan daya hidupnya. Bukan karena negeri itu kekurangan
orang-orang saleh dan beragama --sebaliknya, saya banyak berjumpa dengan kaum
Muslimin yang ihklas dan taat di sana-- tetapi dalam pandanganku, gerakan Islam
di kerajaan Saudi diarahkan menuju masa lalu yang diidealisasikan. Saya tidak
bisa menjadi bagian daripadanya; sesuatu pemahaman agama yang didasarkan pada
penafsiran Islam, yang secara cepat kehilangan kepercayaanku.
Dr. Lang
ingin meninggalkan watak ke-amerika-annya tetapi gagal. Beliau tidak bisa
menghindar "no escape from being American". Beliau menemukan
pencerahan baru bahwa untuk menjadi Islam tidak harus meninggalkan
ke-Amerika-annya (tentu dalam hal yang positif). Lagian menurut Dr. Lang
pakaian orang Arab sekarang berbeda dengan pakaian abad 6 di Arab jaman
Rasulullah, dimana sebenarnya model pakaian Muslim India lah yang lebih
mendekati.
Seorang
mantan Komunis yang menjadi Muslim, Dr. Roger Garaudy
menegaskan bahwa ada hambatan besar bagi kaum muslimin untuk mengembangkan
ijtihad (pemikiran). Hal itu karena keterikatan kepada masa lalu dan taklid
kepada Barat.
Yang pertama
melihat masa lalu sebagai rujukan ideal. Pemikiran Islam terdahulu, hasil
ijtihad orang-orang Islam ratusan tahun yang lalu dianggap begitu sakral
sehingga sebagian kaum Muslim dengan bangga menyebut dirinya Salafi (Secara harafiah berarti merujuk kepada yang
terdahulu, masa lalu, masa yang sudah lewat) atau sejenisnya. Karena ratusan
tahun pertama sejarah Islam bergabung dengan sejarah Arab, maka Islam berbau
ke-Arab-an. Salafi menekankan ajaran konservatif dimana berusaha hidup dengan
cara lama (Arab dijaman Rasul). Sehingga bagi anda yang mengikuti ajaran Salafi
akan lebih merasakan benturan dengan peradaban sekarang. Karena anda hidup
dengan nuansa lama ditengah jaman yang semakin maju dan berubah. Dari sinilah
muncul anggapan bahwa menjadi Muslim adalah menjadi orang Arab. Mereka tidak
bisa memisahkan antara kebudayaan Arab dengan ajaran Islam. Islam yang melintas
ruang dan waktu sekarang dibatasi pada ruang Arab dan Waktu yang lalu. Yang
kedua "Liberal", Kelompok ini melihat Barat sebagai puncak peradaban.
Mereka kemudian membungkus kebudayaan Barat dengan kemasan Islam.
Seperti
halnya kaum fundamentalis yang mengekor Arab dan kaum Liberal yang mengekor
Barat, keduanya terjebak dalam hal yang sama yaitu sulitnya memisahkan Islam
dan Arab. Dan agar tidak jatuh ke salah satunya diperlukan sikap kritis setiap
saat.
Mungkin
benar adanya pendapat yang mengatakan Amerika Islamnya banyak tetapi Muslimnya
sedikit; di Arab Saudi, Muslimnya banyak tapi Islamnya sedikit. Hal ini terjadi
karena di Arab pergerakan Islam sudah tidak seperti Islam dijaman keemasan
kekalifaan Cordoba atau Bagdad, tetapi sudah seperti gerakan kerahiban Buddha
atau kepausan Katolik
------------------
KESIMPULAN
********Memisahkan Islam dengan Arab lebih dilihat
dari segi kebudayaan, bahwa kebudayaan Arab tidak selalu identik dengan Islam********
-Wallahu a'lam-
0 komentar "MENGHILANGKAN STIGMA ARABBISASI ISLAM", Baca atau Masukkan Komentar
Posting Komentar