Ilmu pengetahuan tidaklah mungkin bertentangan dengan Ajaran/Religion/agama. Dan Ajaran/Religion/agama tidak mungkin bertentangan dengan ilmu pengetahuan. Ciri
keaslian dan keotentikan suatu kitab suci benar-benar berasal dari Sang-Kholiq
adalah apa yang dijabarkan, baik tersirat apalagi yang tersurat tidak boleh
bertentangan dengan Ilmu Pasti Alam, karena keduanya diturunkan dari
Sang-Kholiq. Itulah yang selalu ditekankan Islam melalui Al-Qur'an sebagai
kitab suci. Di berbagai ayat, banyak perintah untuk memperhatikan dan berfikir
mengenai berbagai fenomena yang terjadi. Bahkan dikatakan juga bahwa
tanda-tanda Allah di alam ini ditujukan bagi orang yang berfikir. Menarik untuk
dicermati bahwa tanda-tanda itu adalah untuk orang yang berpikir, bukan untuk
orang yang beriman (saja). Dengan memikirkan fenomena alam sekitar maka akan
semakin yakin seseorang akan keberadaan Sang-Kholiq dan akhirnya mampu
memilih agama yang benar yang membawa kebenaran.
Salah satu ayat yang menarik adalah surah Al-Waaqi'ah [56] ayat
71-72 adalah sebagai berikut :
'Afara'aytumu An-Nara Allati Turuna
[[Maka
terangkanlah kepadaku tentang api yang kamu nyalakan (dari gosokan- gosokan
kayu). (QS. 56:71)]]
'A'antum
'Ansha'tum Shajarataha 'Am Nahnu Al-Munshi'una
[[Kamukah yang
menjadikan kayu (Pohon) itu atau Kami-kah yang menjadikannya?? (QS. 56:72)]]
Disini sekali lagi pemilihan kata di dalam
Al-Qur'an membuktikan bahwa Qur'an adalah memang benar diturunkan dan berasal
dari Allah. Surah Al-Waqiaah [56] ayat 72 menggunakan kata :
"syajarataha" [[yang artinya "pohon itu"]] (di banyak terjemahan bahasa Indonesia mengartikannya sebagai
"kayu itu ").
“Kayu” sendiri dalam bahasa arab adalah "khusyub", seperti yang digunakan di surah Al-Munafiqun [63]
ayat 4 :
|
Al-Munafiqun [63]
ayat 4 :
Wa 'Idha Ra'aytahum Tu`jibuka 'Ajsamuhum Wa 'In Yaqulu Tasma`
Liqawlihim Ka'annahum Khushubun Musannadatun Yahsabuna Kulla Sayhatin `Alayhim Humu Al-`Aduwu Fahdharhum Qatalahumu ALLahu 'Anna Yu'ufakuna
[[Dan apabila melihat mereka, tubuh-tubuh
mereka menjadikan kamu kagum. Dan jika mereka berkata kamu mendengarkan
perkataan mereka. Mereka seakan-akan kayu
yang tersandar. Mereka mengira bahwa
tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka. Mereka itulah musuh
(yang sebenarnya) maka waspadalah terhadap mereka: semoga Allah membinasakan
mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan (dari kebenaran)? (QS. 63:4)]]
Menarik untuk diperhatikan bahwa Allah
menggunakan kata "pohon itu" [syajarataha), bukannya "kayu itu" [khusyubuha] dalam kaitannya dengan penyalaan api. 15
abad yang lalu ketika ayat ini diturunkan, bahkan masih
ada sampai sekarang, dalam menyalakan api, manusia menggunakan
potongan-potongan kayu dan menggosok-gosokkan potongan kayu tersebut. Sepertinya tidak ada yang menggunakan "pohon" untuk
menghasilkan api untuk keperluan sehari-harinya. Akan tetapi Qur'an memakai
kata "pohon" dan bukannya
"kayu" untuk menjelaskan mengenai api.
Satu sifat api adalah agar dapat bertahan, ia membutuhkan
Oksigen(O 2). Tanpa oksigen(O 2), api akan segera padam,
karena tidak akan dapat melakukan reaksi kimia yang mana membutuhkan oksigen.
Seperti yang kita ketahui, pohon melakukan fotosintesis yang mana mengubah karbondioksida
(CO2) dan air menjadi glukosa dan Oksigen(O2)
6CO 2 + 6H
2 O + sinar matahari + klorofil -------> C6H 12O 6
+ 6O2
Oksigen(O2) ini akan dilepaskan oleh pohon sebagai
hasil tambahan dari fotosintesis. Dengan Oksigen(O2) inilah sehingga
manusia dapat menyalakan api. Oleh karena itu setelah Allah melalui Al-Qur'an
menyatakan "Tidakkah kamu perhatikan api yang kamu nyalakan?" Allah langsung bertanya "Apakah kamu yang menjadikan
pohon itu ataukah Kami yang menjadikannya?" Karena tanpa
pohon, tidak akan ada oksigen(O2) dan tanpa oksigen(O2)
tidak akan ada api.
Jadi, fakta yang baru ditemukan pertengahan abad ke-18 (mengenai
fotosintesis) telah di jelaskan oleh Al-Qur'an 15 abad yang lalu. Tentu saja,
15 abad yang lalu mungkin tidak ada yang menyadari maksud sebenarnya dari ayat
ini, karena istilah oksigen(O2 ) dan fotosintesis sama sekali belum
dikenal pada masa itu, terpikirkan pun mungkin saja tidak, sehingga "syajarataha" dalam ayat ini ditafsirkan
oleh para ahli tafsir terdahulu sama dengan "khusubuha" dimana dalam membuat api, orang menggosok-gosokkan kayu atau
menggunakan kayu sebagai bahan bakar.
Lebih dalam lagi, Al-Qur'an menjelaskan hal yang sama dengan
narasi yang berbeda di ayat-ayat yang lain : Yasin [36] Ayat 80 yaitu ALLA Tuhan yang menjadikan
untukmu api dari pohon yang hijau [As-Syajari Al-Akhdhari], maka tiba-tiba kamu nyalakan daripadanya"
Yasin [36] Ayat 80
Al-Ladhi Ja`ala Lakum Mina Ash-Shajari Al-'Akhdari Naraan Fa'idha 'Antum Minhu Tuqiduna
[[yaitu
Rabb yang menjadikan untukmu api dari kayu(Pohon) yang hijau, maka
tiba-tiba kamu nyalakan (api) dari kayu itu". (QS. 36:80)]]
Al-'An`am [6] Ayat 99
Wa Huwa Al-Ladhi 'Anzala Mina As-Sama'i Ma'an Fa'akhrajna Bihi Nabata Kulli Shay'in
Fa'akhrajna
Minhu Khadiraan Nukhriju Minhu Habbaan Mutarakibaan Wa Mina An-Nakhli Min Tal`iha Qinwanun Daniyatun Wa Jannatin Min 'A`nabin Wa Az-Zaytuna Wa Ar-Rummana Mushtabihaan Wa Ghayra
Mutashabihin Anzuru 'Ila Thamarihi 'Idha 'Athmara Wa Yan`ihi 'Inna Fi Dhalikum La'ayatin
Liqawmin Yu'uminuna
[[Dan
Dialah yang menurunkan air hujan dari langit lalu kami tumbuhkan dengan air itu
segala macam tumbuh-tumbuhan, maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu
tanaman yang menghijau, Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir
yang banyak; dan dari mayang kormamengurai tangkai- tangkai yang menjulai, dan
kebun-kebun anggur, dan (kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan
tidak serupa. Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah, dan (perhatikan
pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda
(kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman.(QS. 6:99)]]
Di dua ayat diatas, dimunculkan kata "akhdar" [yang berarti "hijau"] dalam kaitannya dengan pohon [syajara] dan tumbuh-tumbuhan [nabaata].
Pada surah keYaasiin (36), lebih spesifik lagi dikatakan api dijadikan
dari "pohon yang (memiliki) hijau" [as-syajari al-akhdari], karena hanya pohon yang memiliki zat-hijau daun [klorofil] yang dapat melakukan fotosintesis dan menghasilkan oksigen(O2).
Klorofil dalah zat yang berperan untuk mengubah
cahaya matahari menjadi energi yang dibutuhakan tumbuhan untuk mengubah karbondioksida dan air (H2O)
menjadi glukosa serta menghasilkan oksigen(O2). Tanpa klorofil, tumbuhan-tumbuhan tidak akan
dapat melakukan fotosintesis yang tentu saja tidak akan dapat
menghasilkan oksigen(O2) sehingga api pun tidak akan dapat dinyalakan.
Di surah Al-An'aam (6) ayat ke 99 Allah melalui Quran
menyatakan :
"fa-akhrajna [lalu Kami keluarkan/hasilkan/adakan] min'hu [darinya] khadiran [sesuatu yang hijau]".
Selanjutnya
dikatakan bahwa sang
"khadiran" [sesuatu yang hijau atau istilah populernya
"klorofil"]......tersebut
mampu menghasilkan bagi tumbuh-tumbuhan butir yang banyak, karena dengan
adanya klorofil maka proses fotosintesis dapat berjalan sehingga menghasilkan
makanan yang dibutuhkan bagi tumbuh-tumbuhan untuk menghasilkan buah.
|
Jika disurah 36 dan 56 di atas Allah
menggunakan kata "syajara"[pohon] dalam kaitannya dengan api, maka dalam
menjelaskan "sesuatu yang hijau" [khadiran] di surah 6, dimana tidak disebut-sebutkan kaitannya dengan api, Allah
memasangkannya dengan kata "nabata"
[tumbuh-tumbuhan]. Hal ini karena jika terkait dengan api, "syajara"[pohon] selain menghasilkan oksigen(O2),
juga memiliki kayu yang juga dibutuhkan dalam membuat api sebagai bahan
bakarnya.
Masih di surah Al-An'aam (6) ayat ke 99 , di akhir ayatnya
Allah berFirman :
[6:99] ... Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah, dan
(perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada
tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman. <------------- Disini Allah secara
spesifik menekankan kita untuk memperhatikan keadaan buah dan sekitarnya, mulai
ketika buah tersebut masih muda sampai menjadi matang, bagaimana keadaan
daun-daun di sekitar buah tersebut, sampai akhirnya pohon tersebut akhirnya
tidak menghasilkan buah lagi. Dari daun yang awal mulanya berwarna hijau
menjadi mulai memudar dan menjadi berwarna kuning (disebagian jenis pohon), akibat sel-sel hijau daunnya telah mati.
Demikianlah Allah menunjukkan tanda-tandanya kepada manusia,
sebagaimana yang difirmankan-Nya dalam surah Fushshilat [41] Ayat 53 :
Sanurihim 'Ayatina Fi Al-'Afaqi Wa
Fi 'Anfusihim
Hatta Yatabayyana Lahum 'Annahu Al-Haqqu 'Awalam Yakfi Birabbika 'Annahu `Ala Kulli Shay'in Shahidun
[[Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda
(kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga
jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur'an itu benar.Dan apakah Rabbmu tidak cukup
(bagikamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu? (QS. 41:53)]]
-Wallahu
a'lam-
0 komentar "INFORMASI TENTANG OKSIGEN & KLOROFIL", Baca atau Masukkan Komentar
Posting Komentar