"Apakah Al-Qur'an mengajarkan bahwa tata surya itu geosentris?" wajar di pertanyakan mengingat banyaknya ayat di dalam Al-Qur'an bahwa matahari, bulan, dan bintang "beredar", tetapi sepertinya tidak ada satupun ayat yang mengatakan dengan jelas bahwa bumi beredar.
Jadi, apakah Al-Qur'an menyatakan bahwa tata surya kita itu geosentris, dimana bumi menjadi pusatnya dan matahari, bulan, dan benda langit lainnya mengelilingi bumi? Sementara ilmu pengetahuan saat ini menyatakan bahwa bumi mengelilingi matahari, dan matahari pun beredar bersama-sama galaksi. Manakah yang harus lebih kita percayai, wahyu ataukah ilmu?
Terlebih lagi Al-Quran diturunkan pada masa dimana mayoritas penduduk dunia menganggap bahwa bumi itu tetap, diam, tak bergerak dan matahari serta bulan beredar mengelilingi bumi ke atas dan ke bawah bumi, karena seperti itulah yang terlihat dan dirasakan oleh orang-orang di bumi. Pernyataan bahwa bumi bergerak mengelilingi matahari pada saat diturunkannya Al-Quran, tentu saja akan menimbulkan bahan olok-olokan terhadap Islam, dan bahkan kecaman dari beberapa kalangan ahli kitab."Bumi bergerak? Apakah kau merasa bumi ini bergerak? Ide yang bodoh. Jelas-jelas kita melihat matahari terbit di timur, bergerak ke atas dan tenggelam di barat, setelah itu bulan muncul seperti halnya matahari", mungkin seperti itulah tanggapan orang-orang terdahulu tentang ide heliosentris ataupun ide bahwa bumi, bulan, bintang, dan bahkan matahari bergerak di orbitnya masing-masing dan bahwa bumi mengelilingi matahari.
Jadi, apakah Al-Qur'an menyatakan bahwa tata surya kita itu geosentris, dimana bumi menjadi pusatnya dan matahari, bulan, dan benda langit lainnya mengelilingi bumi? Sementara ilmu pengetahuan saat ini menyatakan bahwa bumi mengelilingi matahari, dan matahari pun beredar bersama-sama galaksi. Manakah yang harus lebih kita percayai, wahyu ataukah ilmu?
Terlebih lagi Al-Quran diturunkan pada masa dimana mayoritas penduduk dunia menganggap bahwa bumi itu tetap, diam, tak bergerak dan matahari serta bulan beredar mengelilingi bumi ke atas dan ke bawah bumi, karena seperti itulah yang terlihat dan dirasakan oleh orang-orang di bumi. Pernyataan bahwa bumi bergerak mengelilingi matahari pada saat diturunkannya Al-Quran, tentu saja akan menimbulkan bahan olok-olokan terhadap Islam, dan bahkan kecaman dari beberapa kalangan ahli kitab."Bumi bergerak? Apakah kau merasa bumi ini bergerak? Ide yang bodoh. Jelas-jelas kita melihat matahari terbit di timur, bergerak ke atas dan tenggelam di barat, setelah itu bulan muncul seperti halnya matahari", mungkin seperti itulah tanggapan orang-orang terdahulu tentang ide heliosentris ataupun ide bahwa bumi, bulan, bintang, dan bahkan matahari bergerak di orbitnya masing-masing dan bahwa bumi mengelilingi matahari.
Muslim percaya dan tidak membantah bahwa Al-Quran merupakan wahyu Allah yang Maha Sempurna, yang karenanya, isinya tidak perlu dipertanyakan lagi kebenarannya. Di sisi lain, setiap muslim pun percaya bahwa Al-Quran diturunkan Allah dengan ilmu, menjelaskan dan membenarkan tanda-tanda Allah yang tersebar di alam. Jadi, bagi muslim, hanya ada dua kemungkinan, Al-Quran membenarkan bahkan mendahului ilmu pengetahuan, ataukah ilmu pengetahuan yang salah.
Sekarang mari kita lihat, benarkah Al-Qur'an menyatakan bumi itu pusat tata surya? Berikut adalah beberapa ayat yang menyatakan peredaran matahari dan bulan :
Yasin [36] Ayat 37-40
Wa 'Ayatun Lahumu Al-Laylu Naslakhu Minhu An-Nahara Fa’idha Hum Muzlimuna
[[Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar)
bagi mereka adalah malam; Kami tanggalkan siang dari malam itu, maka dengan
serta merta mereka dalam kegelapan, (QS. 36:37)]]
Wa Ash-Shamsu Tajri Limustaqarrin Laha Dhalika Taqdiru Al-`Azizi Al-`Alimi
[[dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah
ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.
(QS.
36:38)]]
Wa Al-Qamara Qaddarnahu Manazila
Hatta `Ada
Kal`urjuni Al-Qadimi
[[Dan telah Kami tetapkan
bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang
terakhir) kembalilah diasebagai bentuk tandan yang tua . (QS. 36:39)]]
La Ash-Shamsu Yanbaghi Laha 'An Tudrika Al-Qamara Wa La Al-Laylu Sabiqu An-Nahari Wa Kullun Fi Falakin
[[Tidaklah mungkin bagi mataharimendapatkan bulan dan malampun
tidak dapat mendahului siang. Dan masing- masing beredar pada garis
edarnya.
(QS. 36:40)]]
Dari surah Yaasiin
ayat 37-40 di atas, dapat diambil KESIMPULAN :
- Allah menggunakan bahasa menanggalkan siang dari malam, menandakan bahwa sesungguhnya alam semesta itu didominasi oleh malam (gelap), dan siang itu adalah sesuatu yang "ditempelkan" kepada kegelapan (malam) itu. Menanggalkan pigura dari tembok, berarti yang dominan adalah temboknya dimana piguranya sebelumnya ditempelkan di tembok.
- Matahari pun ber-evolusi ( berjalan) mengitari orbitnya sendiri, mengitari pusat dari galaksi, menuju "tempat peristirahatannya".
Limustaqarrin Laha" [[yang diartikan "di tempat peredarannya"]] ---------> yang
secara literal [[berarti
"menuju (tempat/waktu) yang telah ditentukan"]] berarti pula :
·
"menjadi keadaan stabil/tetap”
·
"menuju tempat peristirahatan/pemberhentiannya"
Garis edar sendiri
bahasa arabnya adalah ["falak"].
Ayat ini ingin menunjukkan bahwa matahari beredar "sampai waktu yang ditentukan, ketika telah sampai ke tempat
peristirahatannya atau dalam kondisi stabil/tidak bergerak lagi".
- Penetapan Manzilah-manzilah bagi bulan, hanya dapat dilakukan apabila bumi juga berotasi serta berevolusi dan bulan juga mengelilingi bumi, akan dipaparkan di bawah insya Allah.
- Orbit [ falakin ] yang berbeda antara matahari dan bulan (masing-masing).
- Garis edar matahari dan Garis edar bulan hal sebagai penegasan "Tidak mungkin matahari mendapatkan bulan" karena masing-masing memiliki garis edar yang berbeda, matahari mengelilingi galaksi, bulan mengelilingi bumi, dan "malam tidak dapat mendahului siang", karena bumi berbentuk bulat dan berputar . Matahari dan bulan mungkin saja sejajar, tetapi tetap "matahari tidak mungkin mendapatkan bulan".
Dalam kaitannya dengan pernyataan peredaran
matahari dan bulan, Allah selalu menyertakan malam dan siang bisa jadi dengan
maksud ( wallahu a'lam) :
- Agar peredaran matahari dan bulan tidak disamakan dengan pergantian malam dan siang, karenamatahari beredar tidak mengelilingi bumi, akan tetapi sebaliknya bumi yang mengelilingimatahari, sehingga penyertaan siang dan malam itu sebagai penegasan bahwa "peredaran matahari dan bulan" dan "pergantian malam dan siang " adalah dua hal yang berbeda.
- Penggunaan kata "malam dan siang " [ laila wan nahaar], dimana kata "malam" selalu disebutkan lebih dulu daripada " siang", menandakan bahwa malam lebih dulu diciptakan daripadasiang, sebagaimana matahari diciptakan terlebih dahulu daripada bulan, menurut Al-Qur'an, karena kata " matahari" selalu disebut lebih dahulu daripada " bulan", dengan pengecualian surah Nuh ayat 16, namun dalam konteks dan objek yang berbeda, yang akan dijelaskan kemudian di bawah,insya Allah .
- Selain itu penggunaan kalimat "malam dan siang", bukannya "siang dan malam", dimaksudkan agar tidak dapat dipasangkan dengan "matahari dan bulan", apabila seseorang melihat kedua kalimat tersebut dari segi urutan kata-katanya, sehingga semakin jelas bahwa "peredaran matahari dan bulan" berbeda dengan "pergantian malam dan siang", karena matahari yang selalu lebih dulu disebut daripada bulan , hal ini berbeda dengan malam (yang berasosiasi dengan bulan/ gelap) yang disebut lebih dulu daripada siang (yang berasosiasi dengan matahari/ terang ).
- Ayat-ayat lain yang menyebutkan mengenai beredarnya matahari danbulan, yang dapat kita lihat selalu pula disebutkan " malam" dan " siang", juga dimaksudkan agar orang-orang dapat mengerti bahwa "peredaranmatahari danbulan " dan " malam dan siang" merupakan dua hal yang berbeda . Ayat-ayat itu adalah Q.S 14:33, 21:33, 31:29, 35:13 , dan 39:5 .
Sekarang kita lihat di ayat yang lain :
Ar-Ra`d [13 ] Ayat 2
ALLahu Al-Ladhī Rafa`a As-Samāwāti Bighayri `Amadin Tarawnahā Thumma Astawá `Alá Al-`Arshi Wa Sakhkhara Ash-Shamsa Wa Al-Qamara Kullun Yajrī Li'jalin Musammáan Yudabbiru Al-'Amra Yufaşşilu Al-'Āyāti La`allakum Biliqā'i Rabbikum Tūqinūna
[[Allah-lah
yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia
bersemayam di atas 'Arsy, dan menundukkan matahari
dan bulan. Masing- masing beredar hingga
waktu yang ditentukan . Allah mengatur urusan (makhluk-Nya),
menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan(mu)
dengan Rabbmu. (QS. 13:2)
"masing-masing
beredar" ---------> adalah terjemahan dari "wa kullun yajri". ---------> Lihat
penggunaan kata "kullun " disini,
yang berarti "semua" ( indefinite ). Perhatikan bagaimana Al-Qur'an menggunakan
bentuk indefinite "kullun" (tidak mengacu secara spesifik kepada
objek tertentu), bukannya kata indefinite " killahunna
" yang berarti "keduanya".
Al-Qur'an ingin mengatakan bukan hanya matahari dan
bulan yang beredar, tapi semua yang ada di alam semesta, dilangit, itu beredar.
Matahari, bumi, bulan, planet-planet dan bintang-bintang semuanya beredar.
Kata "kullun
" ini
dipakai di semua ayat yang menyatakan peredaran matahari dan bulan seperti di
surah Yaasiin (36) ayat 40 diatas, diikuti pula kata
benda/sifat/keterangan bentuK indefinite,
seperti kata kata "musamman"
yang berarti "ditentukan" merupakan bentuk indefinite, yang berarti
tidak terbatas pada matahari dan bulan.
--------------------------------------
INFORMASI DARI AL-AQUR'AN TENTANG ADANYA
ROTASI DAN REVOLUSI BUMI
Mengenai pernyataan Al-Quran tentang apakah bumi berotasi dan
berevolusi, atau dengan kata lain bergerak, marilah kita lihat surah Luqman
ayat 29, dimana Allah berfirman :
Luqman [31] Ayat 29
'Alam Tará 'Anna ALLaha Yūliju Al-Layla Fī An-Nahāri Wa Yūliju An-Nahāra Fī Al-Layli Wa
Sakhkhara Ash-Shamsa Wa Al-Qamara Kullun Yajrī 'Ilá 'Ajalin Musammáan Wa 'Anna ALLaha Bimā Ta`malūna Khabīrun
[[Tidakkah kamu
memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah
memasukkan malam ke dalam
siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan Dia tundukkan matahari dan bulan
masing-masing berjalan sampai kepada waktu yang telah ditentukan, dan
sesungguhnyaAllah Maha Mengetahui apa yangkamu kerjakan. (QS. 31:29)]]
Perhatikan kata-kata memasukkan ( yuuliju ) malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam
menandakan bahwa bumi berotasi, Menandakan bahwa bumi berotasi. Sebagian bagian bumi yang mengalami
siang "dimasukkan" ke daerah yang membelakangi matahari sehingga mengalami
malam dan demikian pula sebaliknya. Itu sebabnya Al-Qur'an menggunakan kata
"memasukkan (yuuliju)" untuk mendiskripsikan pergantian siang dan
malam.
Di surah An-Naml [27] ayat 88 Allah berfirman :
Wa Tará Al-Jibāla Taĥsabuhā Jāmidatan Wa Hiya Tamurru Marra As-Saĥābi Şun`a ALLahi Al-Ladhī 'Atqana Kulla Shay'in 'Innahu Khabīrun Bimā Taf`alūna
[[Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap
di tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan.(Begitulah) perbuatan Allah
yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
apa yang kamu kerjakan. (QS. 27:88)]]
Al-Qur'an sejak 15
abad yang lalu menyatakan bahwa gunung-gunung itu tidaklah diam, akan
tetapi bergerak sebagaimana yang disebutkan dalam ayat diatas. Surah An-Naml
(27) ayat 88 di atas menjelaskan dua hal.
PERTAMA
Gunung-gunung dihasilkan oleh lempengan-lempengan
tektonik bumi, dimana lempengan-lempengan itu terus bergerak. Sesuatu yang baru
dapat dibuktikan berabad-abad setelah turunnyaAl-Qur'an .
KEDUA
Gunung-gunung sebagai hasil dari pergerakan dan
tumbukan lempengan-lempengantektonik bumi, dimana kokoh dan diam, yang dalam
hal ini merepresentasikan tanah dan bumi itu sendiri dikatakan bergerak
"sebagaimana jalannya awan".
Awan, di ketinggian tertentu dari permukaan bumi, dalam hampir semua kasus selalu bergerak dari barat ke timur, dengan pengecualian di daerah equatorial dan kutub dimana terkadang awan bergerak dari timur ke barat. Hal ini dikarenakan karena rotasi bumi yang juga dari barat ke timur. Maka ayat ini juga menerangkan bahwa bumi bergerak dan arah pergerakannya (rotasi-nya) adalah yang "sebagaimana jalannya awan", yaitu dari barat ke timur. Meskipun lempengan-lempengan tektonik yang mana membentuk gunung-gunung itu sendiri bergerak tidak selalu dari barat ke timur, namun gunung-gunung yang kokoh sebagai hasil dari tabrakan lempengan-lempengan ini bergerak dari barat ke timur, yang mana merepresentasikan bumi itu sendiri, bergerak dari barat ke timur sebagai akibat dari rotasi bumi.
Sekarang mari kita lihat surah Al-Furqaan [25] ayat
45-46 berikut :
'Alam Tará 'Ilá Rabbika Kayfa Madda Až-Žilla Wa Law Shā'a Laja`alahu Sākināan Thumma Ja`alnā
Ash-Shamsa `Alayhi Dalīlāan
[[Apakah kamu tidak
memperhatikan (penciptaan) Rabbmu, bagaimana Dia memanjangkan (dan memendekkan)
bayang-bayang; dan kalau Dia menghendaki niscaya Dia menjadikan tetap
bayang-bayang itu, kemudian Kami jadikan matahari sebagai petunjuk atas bayang-bayang itu,(QS. 25:45)]]
Thumma Qabađnāhu 'Ilaynā Qabđāan Yasīrāan
[[kemudian Kami menarik bayang- bayang itu kepada Kami dengan tarikan yang
perlahan- perlahan. (QS. 25:46)]]
Perhatikan kalimat "Kami jadikan
matahari atas bayang-bayang itu sebagai petunjuk (syamsa 'alaihi
daliilan)". Sesuatu yang dijadikan sebagai petunjuk/patokan (dalil dalam
bahasa arab) adalah sesuatu yang tetap, relatif terhadap objek yang dimaksud.
Jika seseorang berkata "Kamu pergilah
kesana, petunjuk bahwa kamu sudah sampai adalah kamu melihat ada pohon jambu
yang besar disamping rumah berwarna merah" disini "pohon jambu
yang besar disamping rumah berwarna merah" adalah petunjuk, sesuatu yang
secara relatif diam terhadap orangnya. Atau jika seseorang mengatakan
"Mobil berkecepatan 100 km/jam" berarti mengacu terhadap sesuatu yang
secara relatif diam terhadap mobil tersebut. Atau jika seseorang berkata
"kita membutuhkan dalil yang kuat untuk masalah ini", maka dalil yang
dimaksud adalah sesuatu petunjuk yang relatif tetap terhadap sang masalah,
tidak berubah-ubah.
Lihatlah bagaimana Allah melakukan pemilihan kata,
agar menjadi suatu kalimat yang diterima pada masa itu, diterima pula pada masa
sekarang, dan tidak bertentangan dengan ilmu pengetahuan, karena sesungguhnya
segala ilmu datangnya dari Allah.
"Dan kalau Allah menghendaki niscaya dia
menjadikan tetap bayang-bayang itu ... kemudian Kami menarik bayang-bayang itu
kepada Kami sedikit demi sedikit" .
Posisi bumi dalam mengitari matahari mengikuti
orbit yang elips dengan posisi tidak tegak lurus terhadap matahari. Ayat ini
mengindikasikan pula bahwa bumi berrevolusi terhadap matahari dengan posisi
yang tidak tegak lurus dan tidak tetap, sehingga ada kalanya bayang-bayang di
jam yang sama menjadi lebih pendek atau lebih panjang, tergantung pada musim
yang terjadi. Kalau Allah menghendaki, Allah menjadikan bayang-bayang itu tetap
panjangnya di jam yang sama, akan tetapi Allah menghendaki lain.
Di dalam surah An-Naba' [78] ayat 6, Allah berfirman :
'Alam
Naj`ali Al-'Arđa Mihādāan
[[Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan? (QS. 78:6)]]
Hamparan disini
adalah terjemahan dari "mihaadan" dimana
arti kata "mihaadan" ini adalah [[" tempat
beristirahat" atau "ayunan/buaian (cradle)"]], <-------- dari akar kata "al-mahd". Di terjemahkan sebagai "hamparan"
kemungkinan dengan mengambil akar kata "madaad"
yang dipakai di ayat lain dengan arti "hamparan". Penggunaan kata
mihaadan [sebagai "tempat
beristirahat"] dapat dilihat di ayat lain di dalam Al-Qur'an yaitu
di dalam Q.S 7:41, 13:18, 38:56, 3:197. 3:12, dan 2:206.
Al-'A`raf [7] Ayat 41
Lahum Min Jahannama Mihādun Wa Min Fawqihim Ghawāshin Wa Kadhalika Najzī Až-Žālimīna
[[Mereka mempunyai
tikar tidur(Tempat Istrahat) dari api
neraka dan di atas mereka ada selimut (api neraka). Demikianlah Kami memberi
balasan kepada orang-orang yang zalim. (QS. 7:41)]]
Ar-Ra`d [13] Ayat 18
Lilladhīna Astajābū Lirabbihimu Al-Ĥusná Wa Al-Ladhīna Lam Yastajībū Lahu Law 'Anna Lahum Mā Fī Al-'Arđi Jamī`āan Wa Mithlahu Ma`ahu Lāftadaw Bihi 'Ūlā'ika Lahum Sū'u Al-Ĥisābi Wa Ma'wāhum Jahannamu Wa Bi'sa Al-Mihādu
[[Bagi
orang-orang yang memenuhi seruan Rabbnya, (disediakan) pembalasan yang baik.
Dan orang-orang yang tidak memenuhi seruan Rabb, sekiranya mereka mempunyai
semua (kekayaan) yang ada di bumi dan (ditambah) sebanyak isi bumi itu lagi
besertanya, niscaya mereka akan menebus dirinya dengan kekayaan itu.
Orang-orang itu disediakan baginya hisab yang buruk dan tempat kediaman mereka
ialah jahannamdan itulah seburuk-buruk tempat
kediaman [ Tempat Istrahat ]. (QS. 13:18)]]
Şād [38] Ayat 56
Jahannama Yaşlawnahā Fabi'sa Al-Mihādu
[[(yaitu
neraka Jahannam, yang mereka masuk ke dalamnya; maka amat buruklah Jahannam itu
sebagai tempat
tinggal [ Tempat Istrahat ]. (QS. 38:56)]]
'Ali `Imran [3] Ayat 12
Qul Lilladhīna Kafarū Satughlabūna Wa Tuĥsharūna 'Ila Jahannama Wa Bi'sa Al-Mihādu
[[Katakanlah kepada orang-orang yang kafir: "Kamu pasti akan
dikalahkan (di dunia ini) dan akan digiring ke dalam neraka Jahannam. Dan
itulah tempat yang seburuk- buruknya [Tempat Istrahat]". (QS. 3:12)]]
'Ali `Imran [3] Ayat 197
Matā`un Qalīlun Thumma Ma'wāhum Jahannamu Wa Bi'sa Al-Mihādu
[[Itu hanyalah kesenangan sementara, kemudian tempat tinggal mereka
ialah Jahannam; dan Jahannam itu adalah tempat yang seburuk- buruknya [Tempat
Istrahat]. (QS. 3:197)]]
Al-Baqaraah [2] Ayat 206
Wa 'Idhā Qīla Lahu Attaqi ALLaha 'Akhadhat/hu Al-`Izzatu Bil-'Ithmi Faĥasbuhu Jahannamu Wa Labi'sa Al-Mihādu
[[Dan apabila
dikatakan kepadanya: "Bertaqwalah kepada Allah", bangkitlah
kesombongannya yang menyebabkannya berbuat dosa. Maka cukuplah (balasannya)
neraka Jahannam. Dan sungguh neraka Jahannam itu tempat tinggal yang seburuk- buruknya [Tempat Istrahat].(QS. 2:206)]]
Yang menarik adalah
penggunakan "mihaadan" dengan artian ayunan/buaian, dimana kata yang sejenis
digunakan di dalam surah Maryam [19] ayat 29 :
Fa'ashārat 'Ilayhi Qālū Kayfa Nukallimu
Man Kāna Fī Al-Mahdi Şabīyāan
[[maka Maryam
menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata: "Bagaimana kami akan berbicara
dengan anak kecil yang masih dalam ayunan".
(QS. 19:29)]]
Disini Al-Qur'an menggunakan mihaadan dalam bentuk Al-Mahdi
[ tunggalnya ] yang di artikan ayunan atau
buaian. Buaian atau ayunan untuk anak bayi biasanya di buat bergoyang ke kiri
dan ke kanan, sehingga sang bayi pun merasa nyaman dan tertidur. Demikianlah
Al-Qur'an mendeskripsikan bumi seolah-olah berada dalam ayunan/buaian, sehingga
surah An-Naba' ayat 78 dapat di terjemahkan "Bukankah kami telah menjadikan bumi itu seperti
ayunan/buaian ?"
Fakta ilmu pengetahuan mengatakan bahwa dalam
perputaran bumi mengelilingi sumbunya dan matahari tidak tegak lurus melainkan
miring dan tidak tetap, bergerak kadang menjauhi kadang mendekati sumbu tegak
lurus orbitnya. Fakta yang baru-baru saja diketahui ini sudah disebutkan di
dalam Al-Qur'an 15 abad yang lalu.
Bahkan di ayat selanjutnya Allah menyatakan dalam Al-Qur'an An-Naba' [78] Ayat 7
Wa Al-Jibāla 'Awtādāan
[[dan gunung-gunung sebagai pasak? (QS.78:7)]]
Di sini Allah menyatakan bahwa gunung-gunung di jadikan di bumi sebagai dan seperti
pasak. Tentunya timbul pertanyaan, apa tujuannya Allah menjadikan gunung
sebagai pasak? Mengenai hal ini Allah menjelaskan di ayat yang lain :
An-Nahl [16] Ayat 15
Wa 'Alqá Fī Al-'Arđi Rawāsiya 'An Tamīda Bikum Wa 'Anhārāan Wa Subulāan Lla`allakum Tahtadūna
[[Dan Dia
menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak goncang bersama kamu,
(dan Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat
petunjuk, (QS. 16:15)]]
Luqman [31] Ayat 10
Khalaqa As-Samāwāti Bighayri `Amadin Tarawnahā Wa 'Alqá Fī Al-'Arđi Rawāsiya 'An Tamīda Bikum Wa Baththa Fīhā Min Kulli Dābbatin Wa 'Anzalnā Mina As-Samā'i Mā'an Fa'anbatnā Fīhā Min Kulli Zawjin Karīmin
[[Dia menciptakan langit tanpa
tiang yang kamu melihatnya dan Dia meletakkan gunung- gunung (di permukaan)
bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu;dan memperkembang biakkan padanya
segala macam jenis binatang. Dan Kami turunkan air hujan dari langit, lalu Kami
tumbuhkan padanya segala macam tumbuh- tumbuhan yang baik. (QS. 31:10)]]
Jadi salah satu fungsi
dijadikan gunung-gunung di bumi adalah sebagai penyeimbang, menstabilkan rotasi
bumi, yang bersama-sama dengan gravitasi bumi, mengakibatkan goyangan akibat
rotasi bumi tidak dirasakan oleh manusia, sehingga manusia di bumi tetap
merasakan bahwa bumi itu "datar" dan "diam", tidak ikut menggoyangkan manusia yang hidup
di permukaannya. Demikianlah ketetapan Allah, Rabb semesta alam.
Al-'Anbya' [21] Ayat 31
Wa Ja`alnā Fī Al-'Arđi Rawāsiya 'An Tamīda Bihim Wa Ja`alnā Fīhā Fijājāan Subulāan La`allahum Yahtadūna
[[Dan telah Kami jadikan di
bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi
ini (tidak) goncang bersama mereka,dan telah Kami jadikan (pula) dibumi itu
jalan-jalan yang luas, agar mereka mendapat petunjuk. (QS. 21:31)]]
Qaf [50]
Ayat 7
Wa Al-'Arđa Madadnāhā Wa 'Alqaynā Fīhā Rawāsiya Wa 'Anbatnā Fīhā Min Kulli Zawjin Bahījin
[[Dan Kami hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh dan Kami tumbuhkan padanya segala
macam tanaman yang indah dipandang mata. (QS. 50:7)]]
Di dalam surah Al-Anbiyaa (21) ayat 31 dan
surah Qaf (50) ayat 7 di atas,
- "Rawasiya" adalah terjemahan Yang Kokoh yang di nisbatkan pada gunung-gunung.
- "Gunung" sendiri dalam bahasa arab adalah "jabal" atau "jibala".
- "Rawasiya" merupakan turunan dari " arsa" yang berarti "kokoh/stabil", dalam bentuk partisipal aktif-nya sering diartikan gunung-gunung. Dengan demikian rawasiya sendiri dapat diartikan sebagai pengokoh, penstabil, atau gunung-gunung penstabil/pengokoh.
"Dan telah Kami jadikan di bumi ini (gunung-gunung) penstabil supaya bumi itu tidak goncang bersama mereka ...",
sekali lagi dikarenakan karena
salah satu fungsi gunung-gunung adalah sebagai penyeimbang, menstabilkan rotasi
bumi, yang bersama-sama dengan gaya gravitasi bumi, mengakibatkan goyangan dan
putaran akibat rotasi bumi tidak dirasakan oleh manusia. Dengan
jelas dalam Q.S 16:15, 31:10, dan 21:31 di
sebutkan bahwa bumi itu sebetulnya bergerak, bergoyang dan bergoncang, akan tetapi Allah menciptakan gunung-gunung sehingga
pergerakan bumi itu mencapai gaya dan kecepatan yang sesuai dan stabil sehingga
manusia yang tinggal di permukaannya tidak merasakan goyangan itu.
Hal lain yang dikatakan Al-Qur'an adalah mengenai
peredaran bulan, seperti yang difirmankan Allah dalam surah Yaasiin [39] ayat 36 :
Wa Al-Qamara Qaddarnāhu Manāzila Ĥattá `Āda Kāl`urjūni Al-Qadīmi
[[Dan telah
Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah
yang terakhir) kembalilah diasebagai bentuk tandan
yang tua . (QS. 36:39)]]
"'Urjuuni" disini di artikan sebagai "tandan"
dimana arti sebenarnya adalah "batang pohon
kurma ". Penterjemahan kata-perkata dari ayat di atas adalah
menjadi : "
"dan bulan
telah kami tetapkan baginya fasa-fasa sampai dia kembali lagi (berulang-ulang), seperti halnya batang pohon
kurma yang tua (kal 'urjuuni al qadiimi)".
Pernyataan
Al-Qur'an mengenai kal 'urjuuni al
qadiimi disini patut di cermati,
karena orbit bulan , baik dalam paham geosentris maupun heliosentris
harusnya adalah berbentuk lingkaran atau elips, tetapi di sini
dijelaskan bahwa bagi bulan sudah di tetapkan fasa-fasa (bulan mati, bulan
baru, bulan sabit, purnama) dan terus berulang, seperti halnya batang pohon
kurma yang tua, yang juga menjelaskan bahwa bumi sebenarnya berotasi dan
beredar mengelilingi matahari, karena fasa-fasa bulan akan menjadi seperti
"batang pohon kurma" hanya terjadi jika bumi bergerak.
Gambar di bawah akan menjelaskan, betapa ayat ini
tidak hanya membuktikan bahwa bumi dan bulan ber-rotasi, akan tetapi bumi yang
diiringi oleh bulan pun ber-revolusi mengelilingi matahari.
[70:40] Maka aku bersumpah dengan Tuhan Yang
memiliki (semua) timur (masyaariq - plural) dan (semua) barat (maghaaribi -
plural), sesungguhnya Kami benar-benar Maha Kuasa.
Seperti yang telah dijelaskan di "HAMPARAN BUMI MENURUT AL-QUR'AN (baca)", bahwa adanya banyak barat dan banyaknya timur pada
ayat ini menandakan bahwa bumi itu bulat. Akan tetapi dijelaskan pula di
postingan tersebut bahwa dalam bahasa Arab, Masyaariq dan
maghaaribi selain berarti sebagai "timur" dan
"barat" juga berarti "tempat
terbit matahari" dan "tempat terbenam matahari", sehingga
ayat ini pun menyatakan bahwa bumi dalam melakukan rotasi (yang menyebabkan
matahari terbit dan terbenam, seperti yang terlihat dari bumi) tidak tegak lurus, melainkan condong atau miring dari
sumbu tegak lurus.
Ilmu pengetahuan membuktikan
bahwa bumi berotasi dalam sudut 23,5 derajat dari sumbu tegak lurus, kadang
bagian utara bumi mendekati matahari, kadang bagian selatan bumi yang mendekati
matahari (seiring dengan perubahan musim, karena kecondongan bumi terhadap
matahari untuk suatu tempat kadang mendekati dan menjauhi matahari).
Hal ini membuat titik terbit
dan terbenam matahari selalu berbeda-beda bagi orang-orang yang berada
di utara dan selatan ekuatorial (khatulistiwa), terutama pada
musim yang berbeda dan selalu tetap bagi orang berada di sekitar daerah
ekuatorial. Hal ini juga membuat tidak hanya tempat, waktu terbit dan
terbenamnya pun berbeda-beda di setiap tempat dan setiap hari, dan semuanya
diungkapkan Al-Qur'an dengan kata masyaariq
dan maghaaribi yang merupakan bentuk plural atau jamak ,,,,,Masyaariq dan maghaaribi hanya dapat ada apabila bumi
itu bulat, berotasi, berrevolusi dan lebih spesifik lagi dalam sudut yang miring
tidak tegak lurus !!!!
Jadi, Al-Qur'an menggunakan
gaya bahasa dan perumpamaan yang dapat diterima oleh orang-orang pada masanya,
akan tetapi sejalan dengan ilmu pengetahuan dan akan dapat dibuktikan
kebenarannya yang tersirat berabad-abad setelah Al-Qur'an diturunkan.
--------------------------------------
Surah Asy-Syams ayat 1 dan 2
menyatakan geo-sentris ?
"Tunggu dulu, bagaimana dengan Asy-Syams
ayat 1-2 ?", sebagian orang mungkin menanyakan hal tersebut.
"Bukankah jelas-jelas dikatakan bahwa bulan mengiringi matahari? berarti
matahari beredar yang diikuti dengan bulan, yang berarti mendukung dan
menyatakan mengenai geosentris ?"
Menjawab pertanyaan ini, mari kita lihat surah
Asy-Syams ayat 1-2 :
Asy-Syams [91] Ayat 1-2
Wa Ash-Shamsi Wa Đuĥāhā
[[Demi
matahari dan cahayanya di pagihari, (QS. 91:1)]]
Wa Al-Qamari 'Idhā Talāhā
[[dan bulan apabila mengiringinya
, (QS.91:2)]]
Dari kedua ayat tersebut dapat
dijelaskan :
- Sekali lagi ditegaskan bahwa tidak disebutkan bahwa yang dikelilingi adalah bumi, bahkan tidak ada kata-kata mengelilingi ataupun bumi dalam kedua ayat ini. Sebagai ayat yang diturunkan 15 abad yang lalu, kedua ayat ini tampak masuk akal, karena sebetulnya itulah yang terlihat dari bumi. Bulan mengiringi matahari setelah datangnya malam. Namun itu adalah pengertian berdasarkan pengamatan mata, yang mana dapat diterima orang 15 abad yang lalu.
- Kata "mengiringi" adalah terjemahan dari "talaha" dengan asal-kata "tala" yang berarti "mengikuti", atau "bergantung pada"..... "Tala" ini memiliki akar kata "talaw" (ta lam waw) yang berarti "membaca dan memperdengarkannya (recite)", dimana kata dengan akar kata "talaw" ini digunakan tidak kurang dari 60 kali dalam Al-Qur'an.
- Bulan adalah sesuatu yang "mengikuti" matahari. Sedangkan jika kita lihat di ayat lain dijelaskan bahwa orbit bulan berbeda dengan matahari, dan orbit bulan berbentuk seperti batang kurma yang tua, dimana bulan bersama-sama dengan bumi mengelilingi matahari. Ayat ini ternyata mengandung kebenaran ilmiah, dimana dibuktikan dengan ilmu pengetahuan saat ini yang menyebutkan bahwa bulan cenderung "mengikuti" matahari dikarenakan gaya tarik matahari (gravitasi matahari), seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut :
- Diketahui saat ini bahwa bulan sebenarnya ber-"talaha" yaitu "membaca" sinar matahari dan "memperdengarkannya" kepada bumi. Cahaya yang dimiliki bulan merupakan pantulan dari cahaya matahari. Itulah juga yang menyebabkan Al-Qur'an mengatakan bahwa matahari "bersinar (dhiyaan)" dan bulan "bercahaya (nuur)", karena "bersinar" ((berarti memiliki sumber cahaya sendiri)), sedangkan "bercahaya" ((bergantung pada objek lain yang memiliki sinar)).
Yunus [10] Ayat 5
Huwa Al-Ladhī Ja`ala Ash-Shamsa Điyā'an Wa Al-Qamara Nūrāan Wa Qaddarahu Manāzila Lita`lamū `Adada As-Sinīna Wa Al-Ĥisāba Mā Khalaqa ALLahu Dhālika 'Illā Bil-Ĥaqqi Yufaşşilu Al-'Āyāti Liqawmin Ya`lamūna
[[Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan
bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi
perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan
(waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia
menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui. (QS. 10:5)]]
Mengenai point 4 di atas, lebih lanjut dijelaskan di surah Qs. Nuh [71]
ayat 16
Wa Ja`ala Al-Qamara Fīhinna Nūrāan Wa Ja`ala Ash-Shamsa Sirājāan
[[Dan Allah menciptakan
padanya bulan sebagai cahaya dan
menjadikan matahari sebagai pelita (QS. 71:16)]]
Dalam ayat ini bulan di
sebutkan lebih dulu sebelum matahari bukan berarti bulan lebih dulu ada
daripada matahari karena konteksnya tidak demikian.
Terjemahan literal kata per
kata ayat di atas adalah "dijadikan bulan baginya cahaya dan dijadikan
matahari sebagai lampu (bagi cahaya bulan)".
Jadi ayat Tersebut bukan
berfokus kepada bulan itu sendiri , akan tetapi berfokus kepada cahaya bulan (light of the moon)
tersebut, dimana dikatakan bahwa untuk bulan, Allah jadikan baginya
(bulan) cahaya, tapi cahaya itu berasal dari sumber lain, yaitu matahari
yang berfungsi sebagai lampu (sirajan di sini secara literal, menurut Arabic-English Lane's Lexicon, memiliki arti
"lampu" ).
Jika "matahari
sebagai lampu" disebut terlebih dahulu, menjadikan ayat ini hanya menginformasikan bahwa "matahari
bersinar" sebagaimana surah 10 ayat 5. Akan tetapi dengan
disebutkannya "matahari sebagai lampu"
setelah "dijadikan bagi bulan cahayanya",
menginformasikan bahwa cahaya bulan ini berasal dari "sang lampu", bukan berasal
dari dirinya sendiri. Jadi ayat ini menegaskan
lebih jauh point 4 di atas bahwa sebetulnya bulan itu ber-talaha .
Sebagai penutup :
Bukan cuma
menyatakan bahwa bumilah yang mengelilingi matahari, Al-Qur'an pun mengatakan
bahwa matahari pun beredar di orbitnya, mengelilingi pusat galaksi, sebagaimana
benda-benda lain pun beredar. Dan ini juga termasuk galaksi pun beredar
orbitnya sendiri , wallahu
a'lam.
Fatir [35] Ayat 41
'Inna ALLaha Yumsiku As-Samāwāti Wa Al-'Arđa 'An Tazūlā Wa La'in Zālatā 'In 'Amsakahumā Min 'Aĥadin Min Ba`dihi 'Innahu Kāna Ĥalīmāan Ghafūrāan
[[Sesungguhnya
Allah menahan langit dan bumi supaya jangan lenyap; dan sungguh jika
keduanya akan lenyap tidak
ada seorangpun yang dapat menahan keduanya selain Allah. Sesungguhnya Dia
adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun. (QS. 35:41)]]
"Tazula"
atau "zalata" memiliki asal-kata -------->"zala" yang [[artinya "menyimpang dari keadaan bergerak" atau
"menjadi bergerak tidak teratur dari sebelumnya
dalam keadaan bergerak yang teratur "]], menandakan bahwa
sesungguhnya langit (matahari, planet, bulan, bintang) dan bumi, pun bergerak
sesuai dengan orbit yang ditentukan masing-masing oleh Allah.
Kalaupun ada ayat-ayat di
dalam Al-Qur'an yang menyatakan matahari terbit dari timur (dalam kisah nabi
Ibrahim menghadapi orang-orang kafir , Q.S 2:258), atau tempat
terbenamnya matahari serta melihat matahari terbenam (dalam kisah zulkarnain, Q.S
18:86), Al-Qur'an menggambarkan bahwa itulah yang dirasakan oleh
orang-orang yang menjadi objek pengisahan itu (dalam hal ini nabi Ibrahim dan
Zulkarnain), dan bahkan itulah yang dirasakan semua orang dibumi, "matahari
terbit dari timur dan tenggelam di barat", akan tetapi tidak
menyatakan bahwa matahari mengelilingi bumi. Bukankah
kita di sekolah diajarkan bahwa "matahari terbit ditimur dan tenggelam di
barat" ? Istilah "matahari
terbit" atau "matahari terbenam" pun kita gunakan dalam
kehidupan sehari-hari, walaupun kita tahu (dan telah diajarkan) bahwa
sebetulnya bumi yang berotasilah yang menyebabkan hal tersebut.
Mengenai hadist nabi yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim yang mengatakan bahwa matahari berjalan sampai ke tempat beredarnya di bawah Arsy, kemudian bersujud dan setelah memperoleh ijin Allah kembali terbit dari tempat terbitnya, sehingga banyak yang megatakan berdasarkan hadis ini Islam mengajarkan bahwa matahari mengelilingi bumi, dapat di baca di dalam postingan "HADIST NABI : MATAHARI MEMPUNYA ORBIT (baca)"
Sekali lagi
perumpamaan-perumpamaan dibuat oleh Allah agar manusia mau berpikir, karena
potensi terbesar yang diberikan kepada manusia adalah akal pikiran untuk dapat
memahami tanda-tanda keberadaan dan kekuasaan Allah.
Al-`Ankabut [29] Ayat 43
Wa Tilka Al-'Amthālu Nađribuhā Lilnnāsi Wa Mā Ya`qiluhā 'Illā Al-`Ālimūna
[[Dan
perumpamaan- perumpamaan ini Kami buatkan untuk
manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali
orang yang berilmu. (QS. 29:43)]]
Wallahu a'lam
Sipp
BalasHapusYasin ayat 39 bukan 36, maaf tadi ada salah tulis
BalasHapusPergeseran lempeng bumi faktanya bukan dari barat ke timur tapi ke arah utara.
BalasHapusHasil penelitian geologi menunjukkan pergeseran lempeng bumi beegerak ke arah utara contohnya lempeng benua australia bergeser ke arah indonesia. Jadi bumi berputar tidak cocok dengan fakta dan hasil penelitian.
BalasHapus