Mengapa
“PROSES” menjadi bagian penting dalam beribadah? Tulisan yang dibuat
dengan judul seperti di atas terutama ditujukan untuk mengingatkan diri penulis
dan mudah-mudahan juga bermanfaat bagi pembaca. Tidak jarang dan bahkan sering
di antara kita termasuk penulis merasa kurang memperhatikan “Sebuah Proses”
dalam melakukan ibadah kepada Alloh SWT. Karena mengabaikan “proses” tersebut,
ibadah yang dilakukan sering menjadi terasa hambar dan kurang membekas di
dalam hati. Selama ini, melakukan ibadah seperti sholat, puasa, zakat,
dan haji hanya sekedar menggugurkan kewajiban, sehingga ibadah yang telah
dilakukan tidak memiliki dampak bagi kehidupan sehari-hari dalam arti tidak
banyak atau bahkan tidak ada perubahan yang terjadi sebagai akibat dari
menjalankan ibadah. Yang ada hanyalah menjalankan rutinitas saja.
Kita tahu
ada hubungan antara INPUT dan OUTPUT. Hubungan antar keduanya dilalui melalui
PROSES, seperti digambarkan sebagai berikut:
Misal,
PUASA adalah INPUT dan TAQWA adalah
OUTPUT
dari puasa. Maka agar Puasa menghasilkan Taqwa harus melalui sebuah PROSES
berpuasa.
Sesungguhnya
dalam sejumlah ayat dalam Al Quran, meskipun kata “proses” tidak secara
eksplisit disebutkan, dampak dari sebuah ibadah terhadap peningkatan kualitas
manusia secara langsung dinyatakan dalam Al Quran dengan menggunakan kata-kata
seperti “la’allakum” yang dapat diartikan dengan “mudah-mudahan” atau “semoga”
atau “agar supaya”. Al Quran tidak menggunakan kata yang berarti “pasti”.
Misalnya QS Al Baqarah 183 “Wahai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan
atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar
kamu menjadi orang yang bertaqwa”. Jelas bahwa pernyataan yang
digunakan adalah “agar kamu menjadi orang yang bertaqwa” BUKAN dengan peryataan
“pasti kamu menjadi orang yang bertaqwa”.
Dari contoh
ayat di atas, jelas kiranya bahwa seseorang akan menjadi orang yang bertaqwa
kalau dalam menjalankan PROSES puasanya dengan baik dan benar. Jadi orang yang
berpuasa tidak secara otomatis menjadi orang yang bertaqwa. Pentingnya PROSES
ini mungkin akan sangat mudah dipahami dengan ilustrasi berikut:
Katakan ada
3 orang yang diminta untuk membuat sebuah kue (OUTPUT) dengan bahan dasar
(resep) yang telah disiapkan sebagai INPUT dan masing-masing orang boleh
menambahkan resep tambahan untuk pembuatan kue tersebut. Orang I adalah seorang
Chef (ahli memasak), Orang II adalah hanya bisa masak ala kadarnya, dan Orang
III adalah orang yang belum pernah memasak. Tentunya kita bisa langsung menilai
masakan orang mana yang selain jadi kue yang diharapkan rasanya juga enak dan
kita bisa langsung menebak Orang I. Mengapa? Orang I mengetahui bagaimana cara
membuat kue yang enak dan tentunya bisa menambahkan bahan-bahan lain akan kue
yang dibuatnya akan terasa lebih enak dari hanya berdasarkan bahan dasar yang
ada. Orang II mungkin bisa membuat kue yang diharapkan tetapi rasanya tidak
bisa dijamin enak. Orang III kemungkinan besar kuenya kurang enak atau bahkan
tidak jadi kue yang diharapkan karena tidak mengetahui cara atau proses
pembuatannya.
Analog di
atas jika diterapkan pada perintah puasa, maka Orang I adalah orang yang
memiliki pengetahuan/ilmu bagaimana melaksanakan puasa yang baik dan benar dan
mengetahui apa saja yang seharusnya dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan
serta mengetahui amalan-amalan yang dapat meningkatkan kualitas puasanya. Orang
dalam kelompok ini tentunya akan menjalani proses puasa dengan kualitas yang
baik. Kelompok ini merupakan kelompok “khushushul Khushush” atau sangat-sangat
khusus seperti yang sering diceritakan pada da’i. Orang II dapat diibaratkan
sebagai orang yang hanya tahu apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh
dilakukan. Ibdah puasa yang dijalani mungkin diterima Alloh karena sesuai
dengan syariat, tetapi kualitas puasanya mungkin tidak sama dengan Orang I.
Orang III diibaratkan orang yang tiak mengetahui ilmunya berpuasa dan apa yang
dia dapatkan hanyalah lapar dan haus.
Dari analog
di atas jelas bahwa ketaqwaan hanya dapat dicapai seseorang jika proses ibadah
yang dijalaninya dilakukan dengan baik dan benar, meskipun kategori Orang I dan
Orang II juga mungkin bisa jadi gagal dalam membuat kue karena tergelincir oleh
hal-hal yang di luar dugaan dan sama halnya godaan syetan yang bisa
menggelincirkan siapapun dalam beribadah.
Hal serupa
juga dapat diterapkan pada ibadah sholat. Sejauhmana sholat yang kita
laksanakan mampu mencegah perbuatan keji dan mungkar seperti yang dinayatakan
dalam Al-Quran bahwa “sesungguhnya sholat itu
mencegah perbuatan keji dan mungkar ”. Itu sangat tergantung bagaimana
kita melaksanakan sholat. Apakah proses yang dilakukan sudah baik dan benar?
Atau karena saking hafalnya bacaan sholat, kita bisa dengan cepat menyelesaikan
sholatnya tanpa pernah tahu apa yang kita ucapkan dalam sholat seperti orang
mabuk melaksanakan sholat dan tidak pernah meresapi bacaan yang ada dalam
sholat. Jika sholat seperti itu yang dilakukan, maka jelas bahwa sholat yang
dilakukan tidak dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar.
Begitupun
ibadah haji yang dilakukan. Sudah biaya mahal yang harus dikeluarkan tetapi
proses ibadah haji tidak dijalaninya dengan baik, sungguh bisa menjadi sia-sia
ibadah haji yang dikerjakan. Alhamdulillah begitu banyak “ibroh” atau pelajaran
yang bisa diambil penulis ketika menjalankan ibadah haji. Banyak sekali jamaah
yang hanya sekedar menyelesaikan syarat dan rukun haji tetapi melupakan proses
selama ibadah haji itu sendiri. Misalnya, ada jamaah yang sedang antri Kamar
Mandi/WC saking lamanya menunggu dia marah dan mengumpat sampai mengatakan “ sedang mandi kembang kali ”
(astaghfirullah, na’udzubillah min dzaalik). Dan masih banyak lagi hal-hal yang
tidak sepantasnya diucapkan bagi seorang yang sedang menjalani ibadah haji di
tanah suci.
Kesimpulannya,
marilah kita perhatikan apakah ibadah yang kita lakukan telah dijalankan
dengan melalui proses yang benar atau hanya sekedar menggugurkan kewajiban.
Untuk dapat menjalani proses ibadah yang baik dalam rangka mencapai derajat
taqwa tentunya diperlukan ilmu atau pengetahuan tentang berbagai hal terkait
masalah ibadah. Semoga ibadah yang kita lakukan tidak sia-sia dan diterima oleh
Alloh SWT. Amiin.
PESAN
: JANGAN BERLINDUNG DI BALIK PROSES !!!
-WalahuAlam-
0 komentar "PENTINGNYA MEMPERHATIKAN “SEBUAH PROSES” DALAM BERIBADAH KEPADA ALLAH ", Baca atau Masukkan Komentar
Posting Komentar