AL-QUR’AN VERSUS TEORI EVOLUSI


 

Ketika Charles Darwin mengeluarkan bukunya yang berjudul On the Origin of Species pada tanggal 24 November 1859 yang menjelaskan mengenai keragaman makhluk hidup melalui apa yang dinamakan evolusi oleh seleksi alam, berkembanglah berbagai teori yang menyatakan bahwa semua makhluk hidup yang ada sekarang lahir karena adanya evolusi atau perubahan secara perlahan-lahan dari sisi anatomi dan morfologi akibat adanya seleksi alam.
 
Teori Premodial Soup [Sup purba] menjadi salah satu teori yang populer untuk menjelaskan asal-usul kehidupan di bumi, yang menyatakan dari sup purba di bumi awal melahirkan makhluk hidup ber sel satu pertama yang kemudian berevolusi menjadi berbagai macam makhluk hidup. Manusia sendiri dikatakan merupakan puncak evolusi dari kera, apalagi di masa sekarang diketahui adanya kemiripan DNA manusia dan kera, dengan perbedaan sekitar 5%-1%. Berbagai bukti dari hasil eskavasi pun telah dipaparkan sebagai hal yang mendukung teori evolusi ini.
 
Terkait dengan asal usul kehidupan, timbul pertanyaan mengenai bagaimana pandangan Islam mengenai teori evolusi ini ? Apa yang dikatakan Al-Qur'an mengenai teori evolusi ?
 
Umat muslim percaya dan mengimani bahwa dalam segala penciptaan, cukuplah bagi Allah mengatakan "Jadilah " maka jadilah ciptaan itu . Dalam hal ini, penciptaan spontan, dari sesuatu yang tidak ada langsung menjadi ada dan sempurna, sama sekali bukanlahhal yang sulit bagi Allah.
An-Nur [24] Ayat 45 
Wa Allahu Khalaqa Kulla Dabbatin Min Ma'in Faminhum Man Yamshi `Ala Batnihi Wa Minhum Man Yamshi `Ala Rijlayni Wa Minhum Man Yamshi `Ala 'Arba`in Yakhluqu ALLahu Ma Yasha'u 'Inna ALLaha `Ala Kulli Shay'in Qadirun
 
[[Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian dari hewan itu ada yang melata di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki, sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empatkaki; Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. 24:45)]]
 
As-Sajdah [32] Ayat 7 
Al-Ladhi 'Ahsana Kulla Shay'in Khalaqahu Wa Bada'a Khalqa Al-'Insani Min Tinin
 
[[Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah. (QS. 32:7)]]
 
 
Mengenai penciptaan hewan dan tumbuhan, Al-Qur'an tidak menolak adanya proses evolusi dari ciptaan tersebut. Hanya saja proses evolusi yang dikatakan sebagai hasil seleksi alam itu dalam kontrol, kehendak dan ijin Allah, dengan kata lain selalu ada campur tangan Allah, evolusi yang terkendali, bukan evolusi acak, sebagaimana yang tercantum dalam surah:
Al-`Ankabut [29] Ayat 19-20
 
'Awalam Yaraw Kayfa Yubdi'u ALLahu Al-Khalqa Thumma Yu`iduhu 'Inna Dhalika `Ala ALLahi Yasirun
  [[Dan apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian mengulanginya (kembali). Sesungguhnya yang demikian itu mudah bagi Allah. (QS. 29:19)]]
 
Qul Siru Fi Al-'Ardi Fanzuru Kayfa Bada'a Al-Khalqa Thumma ALLahu Yunshi'u An-Nash'ata Al-'Akhirata 'Inna ALLaha `Ala Kulli Shay'in Qadirun
  [[Katakanlah: "Berjalanlah di (muka) bumi, maka perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian Allah menjadikannya sekali lagi. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. 29:20)]]


Yunus [10] Ayat 34
 
Qul Hal Min Shuraka'ikum Man Yabda'u Al-Khalqa Thumma Yu`iduhu Quli ALLahu Yabda'u Al-Khalqa Thumma Yu`iduhu Fa'anna Tu'ufakuna
  [[Katakanlah: "Apakah di antara sekutu- sekutumu ada yang dapat memulai penciptaan makhluk, kemudian mengulanginya (menghidupkannya) kembali?" katakanlah: "Allah-lah yang memulai penciptaan makhluk, kemudian mengulanginya (menghidupkannya) kembali; maka bagaimanakah kamu dipalingkan (kepada menyembah yang selain Allah)?" (QS. 10:34)]]
 
Al-Waqi`ah [56] Ayat 62 s/d Ayat 65
Wa Laqad `Alimtumu An-Nash'ata Al-'Ula Falawla Tadhkkaruna
  [[Dan sesungguhnya kamu telah mengetahui penciptaan yang pertama, maka mengapakah kamu tidak mengambil pelajaran (untuk penciptaan yang kedua)? (QS. 56:62)]]
 
'Afara'aytum Ma Tahruthuna
[[Maka terangkanlah kepadaku tentang yang kamu tanam (QS. 56:63)
 
'A'antum Tazra`unahu 'Am Nahnu Az-Zari`una
[[Kamukah yang menumbuhkannya atau Kamikah yang menumbuhkannya (QS. 56:64)]]
 
Law Nasha'u Laja`alnahu Hutamaan Fazalaltum Tafakkahuna
[[Kalau Kami kehendaki, benar-benar Kami jadikan dia kering dan hancur; maka jadilah kamu heran tercengang. (QS. 56:65)]]
 
Proses Evolusi melalui seleksi alam ini menggunakan apa yang telah ada sebelumnya, menyilangkannya, menyebabkan kerjadinya diversifikasi atau keaneka-ragaman makhluk hidup, akan tetapi tidak menciptakan sesuatu dari yang tidak hidup. Teori seleksi alam gagal menjelaskan bagaimana atau darimana kehidupan awal mulanya tercipta, dan tetap berpegang pada prinsip yang dinamakan kebetulan. Bagaimana makhluk hidup dapat menjadi hidup dari sesuatu yang mati? Mengapa sesuatu yang telah mati tidak dapat dihidupkan kembali (oleh manusia) walaupun telah di perbaiki dan diperbaharui semua organnya? Di dalam Islam, konsep seperti ini kembali lagi kepada apa yang dinamakan ruh, elemen dasar kehidupan, walaupun dikatakan pula di dalam Al-Qur'an bahwa sebagian besar pengetahuan tentang ruh itu tidak dibagikan oleh Allah kepada manusia.

Al-Isra [17] Ayat 85
Wa Yas'alunaka `Ani Ar-Ruhi Quli Ar-Ruhu Min 'Amri Rabbi Wa Ma 'Utitum Mina Al-`Ilmi 'Illa Qalilaan
 
[[Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan Rabb-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". (QS. 17:85)]]
 
 
Untuk setiap makhluk hidup, Allah dapat menciptakannya secara spontan, dapat pula memvariasikan dan mendiversifikasikannya melalui sunnatullah-Nya, yaitu dengan penukaran informasi DNA/RNA secara alami sehingga menghasilkan makhluk hidup dengan varian yang baru, sebagaimana telah dijabarkan sekilas dalam SEL DAN GENETIKA PADA PENCIPTAAN MANUSIA (baca), yang mana semuanya dengan kehendak dan ijin Allah.

Demikian pula dengan manusia, banyaknya suku dan bangsa di antara umat manusia membuktikan adanya diversifikasi manusia, namun semuanya tentu saja dengan kehendak Allah, dan tidak menjadikan diversifikasi ini suatu kaum superior terhadap kaum lainnya, karena di dalam Al-Qur'an dikatakan :

Az-Zukhruf [49] Ayat 13
 
Litastawu `Ala Zuhurihi Thumma Tadhkuru Ni`mata Rabbikum 'Idha Astawaytum `Alayhi Wa Taqulu Subhana Al-Ladhi Sakhkhara Lana Hadha Wa Ma Kunna Lahu Muqrinina
 
[[Supaya kamududuk di atas punggungnya kemudian kamu ingat ni'mat Rabbmu apabila kamu telah duduk di atasnya; dan supaya kamu mengucapkan: "Maha Suci Dia yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal sebelumnya kami tidak mampu menguasainya,(QS. 43:13)]]
 
Namun, asal-usul manusia dari persfektif Islam jelaslah bukan berasal dari kera sebagaimana yang dikatakan oleh teori evolusi, walaupun di masa sekarang ditemukan bahwa adanya kemiripan DNA antara manusia dengan perbedaan 1%. Perlu di perhatikan bahwa DNA manusia pun memiliki kedekatakan dengan babi, namun tidak dikatakan bahwa manusia merupakan hasil evolusi dari babi. Perbedaan 5%-1% DNA dari sekian puluh milyar DNA yang ada didalam manusia, kera dan babi, cukup sebagai pembeda dan menjadikan manusia itu manusia, kera itu kera dan babi itu babi (silakan Lihat di "MANUSIA, KERA DAN BABI (baca).
 
 
Manusia yang diciptakan pertama kali adalah Adam, melalui penciptaan spontan, tanpa ada pendahulunya, baik berupa manusia maupun bukan, sebagaimana yang dikatakan di dalam Al-Qur'an dalam surah Ali 'Imran [3] ayat 59 :
 
'Inna Mathala `Isa `Inda ALLahi Kamathali 'Adama Khalaqahu Min Turabin Thumma Qala Lahu Kun Fayakunu
 
[[Sesungguhnya misal (penciptaan)'Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: "Jadilah" (seorang manusia), maka jadilah dia. (QS. 3:59)]]
 
Dalam ayat di atas ada sebagai bentuk penjelasan kaum-Yahudi yang tidak mempercayai anak yang dilahirkan Maryam tanpa adanya laki-laki yang terlibat, sehingga mereka menuduh Maryam berzina. Allah membandingkan penciptaan Isa yang lahir tanpa bapak tidaklah lebih sulit daripada penciptaan Adam, yang dilahirkan tanpa ibu dan bapak,Ya, Adam diciptakan secara spontan dari tanah, walaupun untuk keturunan selanjutnya diciptakan dari air (mani), sebagaimana jin yang diciptakan secara spontan dari api. Namun baik adam maupun jin diciptakan pertama kali sudah dalam wujudnya yang sempurna dan sebaik-baiknya, karena Allah menciptakan segala sesuatu dengan sebaik-baiknya, sebagaimana yang diceritakan dalam surah  :
 
Faathir [35] Ayat 11
Wa Allahu Khalaqakum Min Turabin Thumma Min Nutfatin Thumma Ja`alakum 'Azwajaan Wa Ma Tahmilu Min 'Untha Wa La Tada`u 'Illa Bi`ilmihi Wa Ma Yu`ammaru Min Mu`ammarin Wa La Yunqasu Min `Umurihi 'Illa Fi Kitabin 'Inna Dhalika `Ala ALLahi Yasirun
 
[[Dan Allah menciptakan kamu dari tanah kemudian dari air mani, kemudian Dia menjadikan kamu berpasangan (laki-laki dan perempuan). Dan tidak ada seorang perempuanpun mengandung dan tidak (pula) melahirkan melainkan dengan pengetahuan-Nya. Dan sekali-kali tidak dipanjangkan umur seorang yang berumur panjang dan tidak pula dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan) dalam Kitab (Lauh Mahfuz). Sesungguhnya yang demikian itu bagi Allah adalah mudah. (QS. 35:11)]]
  
As-Sajdah [32] Ayat 7-8
Al-Ladhi 'Ahsana Kulla Shay'in Khalaqahu Wa Bada'a Khalqa Al-'Insani Min Tinin
  [[Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah. (QS. 32:7)]]
Thumma Ja`ala Naslahu Min Sulalatin Min Ma'in Mahinin
[[Kemudian Dia menjadikan keturunannya darisaripati air yang hina (air mani). (QS. 32:8)]] 
 
At-Tin [95] Ayat 4
Laqad Khalaqna Al-'Insana Fi 'Ahsani Taqwimin
[[Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik- baiknya. (QS. 95:4)]]

 
Al-Hijr [15] Ayat 26 s/d Ayat 31
Wa Laqad Khalaqna Al-'Insana Min Salsalin Min Hama'iin Masnunin
  [[Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. (QS. 15:26)]]
 
 
Wa Al-Janna Khalaqnahu Min Qablu Min Nari As-Samumi
 [[Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas. (QS. 15:27)]]
 
 
Wa 'Idh Qala Rabbuka Lilmala'ikati 'Inni Khaliqun Basharaan Min Salsalin Min Hama'iin Masnunin
[[Dan (ingatlah), ketika Rabbmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. (QS. 15:28)]]
 
 
Fa'idha Sawwaytuhu Wa Nafakhtu Fihi Min Ruhi Faqa`u Lahu Sajidina
[[Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadianya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduk kamu kepadanya dengan bersujud. (QS. 15:29)]]
 
 
Fasajada Al-Mala'ikatu Kulluhum 'Ajma`una
[[Maka bersujudlah para malaikat itu semuanya bersama-sama, (QS. 15:30)]]
 
 
'Illa 'Iblisa 'Aba 'An Yakuna Ma`a As-Sajidina
[[kecuali iblis. Ia enggan ikut bersama-sama (malaikat) yang sujud itu. (QS. 15:31)]]
 
 
Perhatikan disini bahwa pembentukan dan penyempurnaan manusia itu adalah sebelum peniupan roh. Para pendukung teori evolusi manusia, menyatakan bahwa manusia pada mulanya diciptakan tidak sempurna, dari makhluk yang lain, setelah itu baru disempurnakan bentuk "anatomi" dan morfologi tubuh-nya. Hal ini tentu saja bertentangan dengan Al-Qur'an karena dengan jelas dikatakan bahwa manusia di sempurnakan terlebih dahulu kemudian di tiupkan roh ke dalamnya sehingga menjadi hidup.
As-Sajdah [32] Ayat 9
Thumma Sawwahu Wa Nafakha Fihi Min Ruhihi Wa Ja`ala Lakumu As-Sam`a Wa Al-'Absara Wa Al-'Af'idata Qalilaan Ma Tashkuruna
 
[[Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh)nya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur. (QS. 32:9)]]
 

Sad [38] Ayat 72 
Fa'idha Sawwaytuhu Wa Nafakhtu Fihi Min Ruhi Faqa`u Lahu Sajidina
 
[[Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya ruh (ciptaan)-Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan sujud kepadanya". (QS. 38:72)]]
 
Dengan segala kemampuan dan kesempurnaan manusia, jika mengacu kepada "teori evolusi-manusia" yang berpegang kepada prinsip kebetulan, maka kemungkinan yang ada dari setiap trilyunan trilyun bahkan lebih kebetulan acak selama 4.5 milyar tahun umur bumi, yang akan mengarah kepada terbentuknya makhluk dengan keadaan dan kemampuan seperti manusia, adalah mustahil dan tidak realistik. Pasti ada campur tangan zat Yang Maha Kuasa di dalmnya, yang menciptakan makhluk dengan kapasitas manusia melalui penciptaan spontan.
------- 
 
MANUSIA BERASAL DARI TANAH ATAU AIR ??
Sebagian orang mempertanyakan isi surah Al-Furqaan ayat 54 yang menyatakan bahwa manusia berasal dari air (H2O). Hal ini bertentangan dengan ayat-aat lain yang menyatakan bahwa manusia berasal dari tanah liat. Jadi manakah yang benar, manusia berasal dari air ataukah dari tanah liat ? Apakah dalam hal ini Al-Qur'an saling bertentangan ? Ayat yang dimaksud adalah sebagai berikut :
Al-Furqaan [25] Ayat 54
 
Wa Huwa Al-Ladhi Khalaqa Mina Al-Ma'i Basharaan Faja`alahu Nasabaan Wa Sihraan Wa Kana Rabbuka Qadiraan
 
[[Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air, lalu Dia jadikan manusia itu (punya) keturunan dan mushaharah dan adalah Rabbmu Maha Kuasa. (QS. 25:54)]]
 
 
Tidak diragukan lagi, sebagaimana yang telah disebutkan di atas bahwa awal penciptaan manusia itu adalah dari tanah liat. Setelah itu, keturunannya di ciptakan dari air, yang dikatakan sebagai saripati air yang hina atau Air-Mani.
As-Sajdah [32] Ayat 7-8
 
Al-Ladhi 'Ahsana Kulla Shay'in Khalaqahu Wa Bada'a Khalqa Al-'Insani Min Tinin
[[Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah. (QS. 32:7)]]
 

 
Thumma Ja`ala Naslahu Min Sulalatin Min Ma'in Mahinin
[[Kemudian Dia menjadikan keturunannya darisaripati air yang hina (air mani). (QS. 32:8)]]
 
 
 
Jadi jelas bahwa Al-Furqaan [25] ayat 54 di atas menceritakan kejadian manusia setelah adam, yaitu ketika manusia kemudian diciptakan dari "setetes air mani", sebagaimana juga yang dikatakan di ayat yang lain, yaitu Ya-Sin [36] Ayat 77, Al-Mursalat [77]Ayat 20 , dan At-Tariq [86] Ayat 6. Lagipula dengan perumpamaan jika sebuah roti yang terbuat dari air, terigu dan gula, dan ada yang mengatakan "roti itu dari terigu" atau "roti itu dari air", maka kedua pernyataan itu tidaklah salah.
Ya -Sin [36] Ayat 77
 
'Awalam Yara Al-'Insanu 'Anna Khalaqnahu Min Nutfatin Fa'idha Huwa Khasimun Mubinun
  [[Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air (mani), maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata! (QS. 36:77)]]
 
Al-Mursalat [77] Ayat 20
'Alam Nakhluqkum Min Ma'in Mahinin
[[Bukankah Kami menciptakan kamu dari  air yang hina, (QS. 77:20)]]
 
At-Tariq [86] Ayat 6
Khuliqa Min Ma'in Dafiqin
[[Dia diciptakan dari air yang terpancar, (QS. 86:6)]]
 
 
Yang menarik dari surah Al-Furqaan [25] ayat 54 di atas adalah pernyataan selanjutnya setelah mengatakan bahwa Allah menciptakan manusia dari air, yaitu "faja'alahu nasaban wasih'ran" atau arti kata per katanya adalah ["dan telah dijadikan baginya nasab dan sih'ran"] . 
- Nasab berarti [hubungan darah], 
- Sih'ran" artinya [hubungan pernikahan]. 
 
Ayat Tersebut memberitahukan bahwa dengan adanya penciptaan manusia dengan air ini, Allah memungkinkan manusia menelusuri kembali Nasab dan Sih'ran-nya. Sebagaimana yang kita ketahui, baik spema maupun "sel-telur" yang dua-duanya berada dalam cairan, membawa informasi yang dinamakan DNA. Informasi DNA inilah yang nantinya akan di kombinasikan, diturunkan dan membentuk sifat-sifat fisik dan mental calon manusia yang akan lahirkan. Dengan DNA ini pula manusia, dibantu dengan teknologi dan ilmu pengetahuan yang ada, dapat menelusuri kembali mengenai leluhur atau nenek moyangnya.
 
Ya, dengan penciptaan manusia yang berasal dari air inilah, yang mana dikarenakan air ini membawa pasangan DNA yang berisi informasi genetis seseorang, Allah menjadikan manusia mampu mengetahui nasab dan sih'ran dari leluhurnya (lebih lanjut tentang DNA dalam Al-Qur'an ini silakan lihat di ; [SEL DAN GENENETIKA PADA PENCIPTAAN MANUSIA (Baca)  dan "SEMUANYA DI CIPTAKAN BERPASANGAN (baca)] 
 
Penciptaan manusia dari tanah liat (bukan hanya tanah, tetapi tanah liat/clay) sebagai bahan dasar pembentuknya ini sendiri secara ilmu pengetahuan sangat memungkinkan. Hal ini ditunjukkan dalam laporan hasil eksperimen yang dapat dilihat di
 
Two of the crucial components for the origin of life - genetic material and cell membranes - could have been introduced to one another by a lump of clay, new experiments have shown. 
 
The study of montmorillonite clay, by Martin Hanczyc, Shelly Fujikawa and Jack Szostak at the Massachusetts General Hospital in Boston, revealed it can sharply accelerate the formation of membranous fluid-filled sacs.
 
These vesicles also grow and undergo a simple form of division, giving them the properties of primitive cells. Previous work has shown that the same simple mineral can help assemble the genetic material RNA from simpler chemicals. "Interestingly, the clay also gets internalised in the vesicles," says Leslie Orgel, an origin of life expert at the Salk Institute for Biological Sciences in San Diego, California. "So this work is quite nice in that it finds a connection between the mechanism that creates RNA and encloses it in a membrane."
 
 
 ~wallahu a'lam~
 

0 komentar "AL-QUR’AN VERSUS TEORI EVOLUSI", Baca atau Masukkan Komentar

Posting Komentar