Allah
melalui Al-Qur'an seringkali mengambil perumpamaan mengenai kebangkitan dengan
menceritakan bagaimana bumi dibangkitkan setelah matinya, yaitu bagaimana bumi
yang kering menjadi subur kembali setelah Allah menurunkan hujan atasnya. Salah
satu ayat yang menjabarkan hal tersebut adalah akhir surah Al-Hajj
[22]
ayat 5,
yang terjemahannya adalah sebagai berikut :
Ya 'Ayyuha An-Nasu 'In Kuntum Fi Raybin Mina Al-Ba`thi Fa'inna Khalaqnakum Min Turabin Thumma Min Nutfatin Thumma Min `Alaqatin Thumma Min Mudghatin Mukhallaqatin Wa Ghayri Mukhallaqatin Linubayyina Lakum Wa Nuqirru Fi Al-'Arhami Ma Nasha'u 'Ila 'Ajalin Musammaan Thumma Nukhrijukum Tiflaan Thumma Litablughu 'Ashuddakum Wa Minkum Man Yutawaffa Wa Minkum Man Yuraddu 'Ila 'Ardhali Al-`Umuri Likayla Ya`lama Min Ba`di `Ilmin Shay'aan Wa Tara Al-'Arda Hamidatan Fa'idha 'Anzalna `Alayha Al-Ma'a Ahtazzat Wa Rabat Wa 'Anbatat Min Kulli Zawjin Bahijin
[[Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari
kubur); maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah,
kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal
daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan
kepadamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu
yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian
(dengan berangsur-angsur) kamu sampai pada kedewasaan, dan diantara kamu ada
yang diwafatkan dan (ada pula) diantara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai
pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah
diketahuinya. Dan
kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila Kami turunkan air di
atasnya,hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam
tumbuh-tumbuhan yang indah
(QS. 22:5)]]
Akhir surah Al-Hajj [22] ayat 5 di atas, di kalimat terahir (huruf yang berwarna biru -- terjemahan) memiliki terjemahan kata per kata
nya adalah :
1. Dan kamu lihat bumi kering
2. kemudian ketika Kami menurunkan air ke
atasnya, dia bergetar [Ahtazzat ],
3. dan menelannya [Wa Rabat ],
4. dan menumbuhkan [Wa-Anbatat ]
5. dari setiap pasangan yang indah [Kulli Jawzin Bahiijin ].
Terlihat
bahwa melalui ayat ini Allah mencoba menjelaskan tahapan yang terjadi ketika
Allah menurunkan air ke bumi dalam bentuk hujan dengan mengambil pemisalan pada
bumi yang kering atau tandus.
Tahapan tersebut adalah :
- Huzzi/tahtazzu/ih'tazzat atau dia (bumi itu) bergetar
- Rabat atau dia (bumi itu) menelan
- Anbatat atau dia (bumi itu) menumbuhkan
Pada
Tahapan Pertama,
Air-hujan
turun dari ketinggian yang memungkinnya memiliki kecepatan terminal 9 m/s (32.4
km/jam) sampai 13 m/s (46.8 km/jam). Dengan kecepatan ini, ditambah dengan fakta
bahwa molekul air-hujan yang bersifat cair atau liquid, ketika menyentuh tanah,
molekul-molekulnya akan membombardir molekul tanah dengan radom dan momentum
gaya yang cukup kuat. Hal
ini menyebabkan
molekul-molekul tanah menjadi
bergerak dan bergetar.
Fenomena
ini secara teori dinamakan sebagai brownian
motion
, yaitu pergerakan
molekul atau partikel secara acak akibat benturan atau bombardir oleh atom atau
molekul air atau gas yang bergerak cepat
. Dinamakan brownian motion karena teori ini dikemukakan oleh seorang ahli
biologi Robert Brown pada tahun 1827 . Dalam halair hujan yang
menghantam tanah (rainsplash), perhitungan brownian motion ini biasanya menjadi
bagian dari pembahasan proses adveksi-dispersi (advection-dispersion process)
yang terjadi antara air hujan dan tanah.
Getaran tanah sebagai fenomena brownian motion ini bukanlah sesuatu yang dapat ditangkap atau dirasakan oleh indera manusia. Tidak seperti gempa dimana manusia mampu merasakan getaran tanah. Pergerakan acak molekul tanah akibat tumbukan keras dari molekul-molekul air ini sangat halus untuk dapat ditangkap oleh indera. Namunpun demikian, sesuatu yang baru dapat diungkapkan sekitar dua abad yang lalu oleh ilmu pengetahuan, Al-Qur'an telah menggambarkannya dengan istilah huzzi [bergetar] atauih'tazzat [dia bergetar ]. Di surah Fushshilat [41] ayat 39 pun menyatakan hal yang senada :
Wa Min 'Ayatihi 'Annaka Tara Al-'Arda Khashi`atan Fa'idha 'Anzalna `Alayha Al-Ma'a Ahtazzat Wa Rabat 'Inna Al-Ladhi 'Ahyaha Lamuhyi Al-Mawta 'Innahu `Ala Kulli Shay'in Qadirun
[[Dan sebagian dari tanda-tanda (kekuasaan)-Nya bahwa kamu melihat bumi
itu kering tandus, maka apabila Kami turunkan air di atasnya, niscaya ia
bergerak dan subur.
Sesungguhnya
(Rabb) Yang menghidupkannya tentu dapat menghidupkan yang mati; sesungguhnya Dia
Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. 41:39)]]
--
Pada
Tahapan Kedua
Bumi
menelan
air hujan
. Tanah terbentuk dari partikel-partikel tanah yang memiliki celah atau
ruang di antara partikel-partikel tersebut. Partikel-partikel air
yang bergerak bebas dan juga ion-ion dan nutrisi yang larut dengannya akan masuk
ke sela-sela partikel tanah ini sehingga terlihat seperti air pun "ditelan"
oleh tanah. Kadar kemampuan tanah untuk "menelan"
air ini tergantung dari besar kecilnya partikel tanah itu sendiri. Semakin kecil
partikel pembentuk tanah, semakin besar energi yang dibutuhkan air untuk mampu
"ditelan"
atau melewati celah diantara partikel tanah tersebut. Tanah berpasir (sandy
soil ) adalah tipe tanah yang paling menyerap air dan tanah liat
(clay)
adalah tipe karakteristik tanah yang paling sukar untuk menyerap
air.
Karakteristik
celah atau ruang di antara partikel tanah menentukan kualitas dari tanah
tersebut. Sebagai contoh, tanah yang bagus memiliki celah yang sempit tetapi
banyak, jika dibandingkan tanah yang kasar. Air, dan juga udara, dapat di simpan
dengan lebih baik di celah yang kecil dibandingkan dengan celah yang
besar.Kemampuan pergerakan-air dan juga udara ketika masuk ke dalam tanah dan
melewati celah-celah partikel tanah mempengaruhi kadar udara di "zona-akar"
(root-zone),
kelembapan, dan juga nutrisi yang terdi-fusi dan tersedia untuk keperluan
makanan tumbuhan. Tanah yang mampu menahan lebih banyak air di sela-sela
partikelnya (bukan di atas permukaan tanah-nya) cenderung lebih
subur.
Di dalam bahasa Al-Qur'an, terkait dengan penyerapan air, dikatakan dengan "rabat" [menelan], karena karakteristik tanah memang diciptakan sedemikian rupa oleh Pencipta-nya sehingga mampu menelan air dan mampu "bernafas" menelan udara. Hal ini akan menyebabkan terjadinya
--
Pada
Tahapan Ketiga
Yaitu
anbata[menumbuhkan].
Lebih jauh dikatakan bahwa yang ditumbuhkan adalah "segala
pasangan yang indah"
-[kullu
jawzin bahiijin
]. Pasangan di sini mengacu kepada tumbuh-tumbuhan, sebagaimana di jelaskan di
ayat yang lain, seperti surah Az Zumar [39]
ayat
21 :
'Alam Tara 'Anna ALLaha 'Anzala Mina As-Sama'i Ma'an Fasalakahu Yanabi`a Fi Al-'Ardi Thumma Yukhriju Bihi Zar`aan Mukhtalifaan 'Alwanuhu Thumma Yahiju Fatarahu Musfarraan Thumma Yaj`aluhu Hutamaan 'Inna Fi Dhalika Ladhikra Li'wli Al-'Albabi
[[Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah menurunkan
air dari langit, maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air itu tanaman- tanaman
yang bermacam-macam warnanya, lalu ia menjadi kering lalu kamu melihatnya
kekuning- kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai.
Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang
mempunyai akal. (QS. 39:21)]]
Dikatakan
sebagai pasangan, karena Allah mengindikasikan bahwa terdapat genderisasi
pada tumbuhan, walaupun tumbuhan tersebut termasuk jenis yang hemaphrodite dan
walaupun tumbuhan tersebut dapat dikembang-biakkan secara aseksual. Lebih
lanjut mengenai genderisasi pada tumbuhan menurut Al-Qur'an ini telah dibahas
dalam postingan
"SEMUANYA
DI CIPTAKAN BERPASANGAN (baca)".
Demikianlah
Allah menerangkan 3 proses atau tahapan "pembangkitan bumi sesudah matinya
(baca: kekeringan)" dengan gaya-bahasa yang tetap dapat diterima di masa ketika
Al-Qur'an diturunkan dan tidak bertentangan dengan fakta yang dapatkan oleh ilmu
pengetahuan di masa sekarang.
------
MATA-AIR DI DALAM BUMI MENURUT AL-QUR'AN
Pembahasan dalam postingan ini ditutup dengan melihat awal surah Az-Zumar ayat 21 di atas yang berbunyi :
[39:21] Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah
menurunkan air dari langit, maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi
...
Ayat di atas memiliki terjemahan kata per kata sebagai berikut :
"Tidakkah engkau melihat bahwa Allah menurunkan dari
langit (itu) air dan Dia memasukkan serta mengalirkan itu sehingga menjadi mata
air di (dalam) bumi [fasalakahu yanaabii'afi l-ardhi]
Fasalakahu berasal dari kata salaka yang berarti [memasukkan dan juga
dapat berarti mengalirkan]. Jika hanya"mengalirkan", Al-Qur'an
menggunakan kata jaray atau tajri yang digunakan tidak kurang dari 57x di dalam Al-Qur'an.
Penggunaan kata: salaka sebagai pengganti
dari jaray sebagai arti [mengalirkan] hanya di pakai 1x yaitu di surah
Az-Zumar ayat 21 ini.
"Salaka" di sebelas tempat lainnya di dalam Al-Qur'an banyak digunakan
dengan arti ["memasukkan" atau "mengikuti"]. Dan menurut Arabic-Englis Lane's Lexicon halaman 1411 tentang salaka ini pun di
katakan penggunaan kata salaka dapat berarti memasukkan [insert] dan melewati/mengalir [go
or pass through].
Kata "Fii" dilain pihak secara umum berarti ---------> "di" akan tetapi biasanya digunakan dengan
arti "di dalam",contohnya dalam surah An-Nuur [24] ayat
35 :
ALLahu NUru As-Samawati Wa Al-'Ardi Mathalu Nurihi Kamishkaatin Fiha Misbahun Al-Misbahu Fi Zujajatin.....[[ "Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan
bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus,
yangdi dalamnya ada pelita besar. Pelita itudi dalam kaca ..."
Jika mengacu kepada permukaan bumi, Al-Qur'an
juga menggunakan kata "'alayha" ["diatasnya"] sebagaimana yang digunakan di surah Al
Hajj [22] ayat 5 atau Fushshilat [41] ayat 39 di atas.
Jadi melalui permulaan ayat Az-Zumar ayat
21 di atas Allah ingin memberitahukan melalui Al-Qur'an bahwa Allah
mengatur untuk mengadakan sumber-sumber mata-air tidak hanya di permukaan bumi
[seperti sungai dan danau], akan tetapi juga "di dalam"bumi,
yang ditunjukkan dengan penggunaan kata "fii", dan sumber-sumber mata-air itu-pun mengalir , yang ditunjukkan
dengan penggunaan kata "salaka" [yang berarti masuk dan mengalir ].
Ya, Al-Qur'an telah menjelaskan 15 abad yang lalu bahwa air mengalir masuk melalui celah-celah partikel tanah dan membentuksumber-sumber mata-air di bawah tanah, yang kemudian di gunakan sebagai sarana bagi pertumbuhan tumbuh-tumbuhan dan juga makhluk hidup lainnya termasuk manusia. Jumlah air di dalam tanah, baik yang menjadi sumber mata-air yang dapat digunakan manusia saat ini ini, maupun yang berada di lapisan zona transisi , bahkan diperkirakan 5 kali dari air yang ada di permukaan sebagaimana yang telah dibahas di "DEMI LAUT YANG MEMILIKI ALIRAN API (baca)".
Fakta bahwa sumber mata-air bawah tanah berasal dari air-hujan baru dinyatakan sebagai pernyataan ilmiah sekitar abad 16, salah satunya adalah yang dinyatakan Bernard Palissy dalam bukunya Discours admirables, de la nature des eaux et fontaines, tant naturelles qu'artificielles, des metaux, des sels et salines, des pierres, des terres, du feu et des maux (Paris, 1580) .
Sedangkan Al-Quran, 15 abad yang lalu, dengan Az-Zumar
ayat 21 di atas beserta beberapa ayat lain sebagaimana yang telah dibahas
di "TERJADINYA HUJAN DAN PETIR (baca)" telah merumuskan aliran-air (water
cycle), yaitu dari hasil penguapan air laut yang menjadi awan, dengan proses
"pengawinan" dengan partikel-debu mengalami kondensasi yang pada
akhirnya menjadi hujan yang jatuh ke bumi, baik permukaan maupun bawah
tanah menjadi sumber-sumber mata-air.
~Wallahu
a'lam~
Bagus sekali. Izin copas ya
BalasHapus