Membahas mengenai asal muasal alam
semesta selalu dapat menjadi topik yang menarik karena disinilah kesesuaian
antara agama dan ilmu pengetahuan di uji. Agama mungkin menyatakan, akan tetapi
ilmu pengetahuan yang akan membuktikan. Setiap kitab suci mungkin menceritakan
mengenai bagaimana penciptaan alam semesta, karena dari penciptaan alam semesta
itulah semua yang berada di alam "fana" ini bermula, baik dimensi
ruang maupun waktu.
Ilmu pengetahuan saat ini sendiri belum
dapat sepenuhnya mengungkapkan seluruh proses penciptaan alam semesta dengan
bukti-bukti ilmiah, akan tetapi sudah banyak data mengenai alam semesta ini
yang diyakini kebenarannya disertai dengan bukti-bukti secara ilmiah, seperti
awal keberadaan alam semesta yang berasal dari ledakan-besar
("big bang"), kemudian umur bumi, matahari, bulan,
dan bintang-bintang pun telah dapat ditentukan dengan ilmu pengetahuan saat
ini.
Al-Qur'an, dalam hal ini, memuat banyak
ayat mengenai penciptaan langit dan bumi. Disini Al-Qur'an, sebagaimana pula
kitab suci lainnya yang diklaimkan berasal dari Tuhan Yang Maha Sempurna dan
Maha Tahu, harus mau "mempertaruhkan" dan
mempertanggung-jawabkan kebenarannya mengenai penciptaan alam semesta (baca:
langit dan bumi) dengan cara membandingkannya menggunakan data-data ilmu
pengetahuan saat ini.
-------------------------------------------
Enam Hari, Delapan Hari atau 13.5
milyar tahun ??
Salah satu perbedaan besar antara data
ilmu pengetahuan dengan kitab-kitab agama adalah masalah waktu penciptaan. Di
mana data ilmu pengetahuan menunjukkan Alam-Semesta tercipta 13,5 milyar tahun yang lalu dan bumi tercipta 4,5 milyar tahun yang
lalu.
Kitab-kitab agama merujuk penciptaan
alam semesta dalam hitungan hari, termasuk pula dalam hal ini Al-Qur'an.
Al-Qur'an menggunakan kata "ayyam" dalam menerangkan penciptaan langit
dan bumi. "sittati ayyam" [Enam hari] digunakan dalam 7 ayat Al-Qur'an berikut :
1). Al-'A`raf [7] Ayat 54
'Inna Rabbakumu Allahu Al-Ladhi
Khalaqa As-Samawati Wa Al-'Arda Fi Sittati 'Ayyamin
Thumma Astawa `Ala Al-`Arshi Yughshi Al-Layla An-Nahara Yatlubuhu Hathithaan Wa Ash-Shamsa Wa Al-Qamara Wa An-Nujuma Musakhkharatin Bi'amrihi~ 'Ala Lahu Al-Khalqu Wa Al-'Amru Tabaraka Allahu Rabbu Al-`Alamina
[[Sesungguhnya Rabb kamu ialah Allah yang telah menciptakan
langit dan bumi dalam ENAM MASA (Sittati 'Ayyamin), lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia
menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan
(diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing)
tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintahkan hanyalah
hak Allah. Maha suci Allah, Rabb semesta alam. (QS. 7:54)]]
2). Yunus [10] Ayat 3
'Inna Rabbakumu ALLahu Al-Ladhi Khalaqa As-Samawati Wa Al-'Arda
Fi Sittati 'Ayyamin Thumma Astawa `Ala Al-`Arshi Yudabbiru Al-'Amra Ma Min Shafi`in 'Illa Min Ba`di 'Idhnihi Dhalikumu ALLahu Rabbukum Fa`buduhu 'Afala
Tadhakkaruna
[[Sesungguhnya Rabb kamu ialah AllahYang menciptakan langit dan bumi
dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy (singgasana) untuk mengatur
segala urusan. Tiada seorangpun yang akan memberi syafa'at kecuali sesudah ada
keizinan-Nya. Yang demikian itulah Allah, Rabb kamu, maka sembahlah Dia. Maka
apakah kamu tidak mengambil pelajaran? (QS. 10:3)]]
3). Hud [11] Ayat 7
Wa Huwa Al-Ladhi Khalaqa As-Samawati Wa Al-'Arda Fi
Sittati 'Ayyamin Wa Kana `Arshuhu `Ala Al-Ma'i Liyabluwakum 'Ayyukum 'Ahsanu `Amalaan Wa La'in Qulta 'Innakum Mab`uthuna Min Ba`di Al-Mawti Layaqulanna Al-Ladhina Kafaru 'In Hadha 'Illa Sihrun Mubinun
[[Dan Dialah yang
menciptakan langit dan bumi dalam enam masa dan adalah 'Arsy-Nya di atas air, agar Dia menguji
siapakahdi antara kamu yang lebih baik amalnya , dan jika kamu berkata (kepada
penduduk Mekah): "Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan sesudah mati",
niscaya orang-orang yang kafir itu akan berkata: "Ini tidak lain hanyalah
sihir yang nyata". (QS. 11:7)]]
4). Al-Furqan [25] Ayat 59
Al-Ladhi Khalaqa As-Samawati Wa Al-'Arda Wa Ma Baynahuma
Fi Sittati 'Ayyamin Thumma Astawa `Ala Al-`Arshi Ar-Rahmanu Fas'al Bihi Khabiraan
[[Yang Menciptakan
langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia
bersemayam di atas Arsy, (Dialah) Yang Maha Pemurah, maka
tanyakanlah (tentang Allah) kepada yang lebih mengetahui (Muhammad) tentang Dia.
(QS. 25:59)]]
5). As- Sajdah [32]
Ayat 4
ALLahu Al-Ladhi Khalaqa As-Samawati Wa Al-'Arda Wa Ma
Baynahuma Fi Sittati 'Ayyamin Thumma
Astawa `Ala Al-`Arshi Ma Lakum Min
Dunihi Min Wa Liyin Wa La Shafi`in 'Afala Tatadhakkaruna
[[Allah-lah yang
menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam
masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy. Tidak ada bagi kamu selain daripada-Nya seorang penolongpun dan
tidak (pula) seorang pemberi syafa'at. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?
(QS. 32:4)]]
6). Qaf [50] Ayat 38
Wa Laqad Khalaqna As-Samawati Wa Al-'Arda Wa Ma Baynahuma Fi Sittati 'Ayyamin Wa Ma Massana Min Lughubin
[[Dan
sesungguhnya telah Kami ciptakan
langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, dan Kami sedikitpun tidak ditimpa
keletihan. (QS. 50:38)]]
7). Al- Hadid [57]
Ayat 4
Huwa Al-Ladhi
Khalaqa As-Samawati Wa Al-'Arda Fi Sittati 'Ayyamin Thumma Astawa `Ala
Al-`Arshi Ya`lamu Ma
Yaliju Fi Al-'ArdiWa Ma Yakhruju Minha Wa Ma Yanzilu Mina As-Sama'i Wa Ma
Ya`ruju Fiha Wa Huwa Ma`akum 'Ayna Ma Kuntum Wa Allahu Bima Ta`maluna Basirun
[[Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam
enam masa; Kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi
dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang
naik kepadanya . Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu
berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (QS. 57:4)]]
Ketika dihadapkan dengan fakta-fakta yang ada, 6 hari dibandingkan milyaran
tahun, maka apakah Al-Qur'an dalam hal ini salah ? "Imani saja, wahyu
selalu lebih benar daripada ilmu
.
Belum tentu ilmu pengetahuan benar" mungkin bisa dijadikan alasan bagi
sebagian orang yang mengedepankan wahyu. "Al-Quran memang tidak ditujukan
sebagai kitab ilmu pengetahuan, tetapi sebagai kitab petunjuk hidup",
adalah jawaban lain yang sering kita dengar. Ya, memang benar ilmu pengetahuan
belum mengungkapkan keseluruhan proses penciptaan, tapi sudah dapat
mengungkapkan umur alam semesta dan umur bumi, matahari dan bulan, yang tentu
saja berselisih tidak dalam hitungan hari. Jadi, apakah Al-Qur'an dalam ini
salah ?
Alhamdilliah, Al-Qur'an memberikan petunjuk, mengindikasikan bahwa "ayyam" [jamak] atau "yaum" [tunggal] apabila
disebutkan dalam Al-Qur'an TIDAK
HARUS BERARTI 24 Jam.
Al-Ma`arij [70]
Ayat 4
Ta`ruju
Al-Mala'ikatu Wa Ar-Ruhu 'Ilayhi Fi Yawmin Kana Miqdaruhu Khamsina 'Alfa Sanahin
[[Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada
Rabb dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun. (QS. 70:4)]]
As-Sajadah [32] Ayat 5
Yudabbiru Al-'Amra Mina As-Sama'i 'Ila Al-'Ardi Thumma Ya`ruju 'Ilayhi
Fi Yawmin Kana Miqdaruhu 'Alfa Sanatin Mimma Ta`udduna
[[Dia
mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya
dalam satu
hari yang kadarnya (lamanya) adalah seribu tahun menurut perhitunganmu. (QS.
32:5)]]
Dalam hal ini Al-Qur'an menyatakan,
dalam kaitannya dengan "langit dan bumi" (baca : alam semesta), satu
hari bisa berarti berapapun menurut perhitungan kita. Oleh sebab itu, "ayyam" pada "sittati ayyam" dapat di terjemahkan sebagai "enam
periode" atau "enam masa", wallahu a'lam..
Salah satu penjelasan yang ditawarkan
mengenai berapakah lama sebenarnya satu hari penciptaan menurut Al-Qur'an
telah diuraikan di : "UMUR BUMI DAN
ALAM SEMESTA (baca)".
PERTANYAAN
Mengapa Al-Qur'an tidak langsung mengatakan
"langit dan bumi di ciptakan dalam enam hari, yang sehari kadarnya
sama dengan dua milyar tahun menurut perhitunganmu", misalnya ?
JAWABAN :
- Pertama, penulis sendiri tidak yakin kata "milyar" sudah dikenal pada jaman Nabi Muhammad dimana Al-Qur'an diturunkan.
- Kedua, Allah membiarkan manusia yang menemukan sendiri satu hari yang disebutkan itu kadarnya berapa tahun, sebagai bagian dari tanda-tanda kekuasaan-Nya. Adapun lamanya tiap masa dalam enam masa tersebut, bisa saja tidak sama satu sama lain, dimana tiap masa dibandingkan dengan masa yang lain lamanya menurut perhitungan manusia di bumi dapat berbeda-beda, ataupun dapat pula sama akan tetapi relatif dari mana pengamatan "masa" atau "waktu" tersebut dilakukan, wallahu a'lam. Yang pasti, "masa" atau "hari" disini tidak berarti 24 jam waktu bumi.
Masalah lain timbul dan menjadi
pertanyaan ketika seseorang membaca surah Fushshilat [41] ayat 9 s/d 12 :
Qul 'A'innakum Latakfuruna Bial-Ladhi Khalaqa Al-'Arda Fi Yawmayni Wa Taj`aluna Lahu 'Andadaan Dhalika Rabbu Al-`Alamina
[[Katakanlah: "Sesungguhnya patutkah kamu kafir
kepada Yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu- sekutu bagi-Nya
(Yang bersifat) demikian itulah Rabb semesta alam". (QS. 41:9)]]
Wa Ja`ala Fiha Rawasiya Min Fawqiha Wa Baraka Fiha Wa Qaddara Fiha 'Aqwataha Fi 'Arba`ati 'Ayyamin Sawa'an Lilssa'ilina
[[Dan Dia menciptakan di bumi itu gunung- gunung yang kokoh di
atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan
(penghuninya) dalam empat masa.(Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi
orang-orang yang bertanya. (QS. 41:10)]]
Thumma Astawa 'Ila As-Sama'i Wa Hiya Dukhanun Faqala Laha Wa Lil'ardi Ai'tiya Taw`aan 'Aw Karhaan Qalata 'Atayna Ta'i`ina
[[Kemudian Dia menuju langit dan langit itu masih
merupakanasap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu
keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". Keduanya
menjawab: "Kami datang dengan suka hati" (QS. 41:11)]]
Faqadahunna Sab`a Samawatin Fi Yawmayni Wa 'Awha Fi Kulli Sama'in 'Amraha Wa Zayyanna As-Sama'a Ad-Dunya Bimasabiha Wa Hifzaan Dhalika
Taqdiru Al-`Azizi Al-`Alimi
[[Maka
Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap
langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang
cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan
Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. (QS. 41:12)]]
Keempat ayat di atas menceritakan mengenai penciptaan langit dan bumi dalam delapan
masa. Dua masa penciptaan bumi, empat masa pemberkahan bumi, dua masa
penciptaan langit. Dua ditambah empat
ditambah dua sama dengan delapan. Sementara di tujuh ayat lain Allah
menerangkan bahwa Dia menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, di surah
Fushhilat [41] Ayat 9 s/d 12 ini Allah mengatakan prosesnya adalah dua tambah empat tambah
dua. Apakah Al-Qur'an salah ?
Kuncinya adalah pada ayat ke sepuluh
surah Fushhilat di atas. Terjemahan kata per kata dari ayat ke-10 tersebut adalah :
[Ayat 10]
: "Dan dia meletakkan baginya
gunung-gunung yang kokoh di atasnya, dan Dia memberkahinya, dan menetapkan
baginya rezekinya, dalam empat masa TOTAL (Sawa'an), bagi
mereka yang bertanya".
|
"Sawa'an" dalam [bahasa arab berarti "menyamakan, sama dengan (equal), total, atau
keseluruhan"]. Orang yang hanya berpatokan pada
terjemahan mungkin akan merasa bingung, akan tetapi Al-Qur'an dengan jelas
mengatakan bahwa empat masa itu adalah totalnya.
Penggunaan kata "Sawa'an" dalam Al-Qur'an mengindikasikan bahwa proses pemberkahan dan
pemberian rezeki bagi bumi memakan waktu dua masa, yang apabila
digabung dengan penciptaan bumi dari awal, total keseluruhannya adalah empat masa.
Juga mengindikasikan bahwa, karena itu
total, belum berarti berurutan. proses penciptaan bumi dan pemberkahannya dalam
empat hari belum tentu berurutan. Merupakan satu paket, ya, tapi belum tentu
satu paket tersebut dalam waktu yang berurutan, karena Fushshilat [41] ayat 9 s/d 10 disini sebetulnya berfokus pada
penciptaan bumi dalam yang disebutkan di ayat ke-9. Jadi tidak ada
pertentangan di sini. Semuanya tetap mengacu kepada enam masa
penciptaan.
-------------------------------------------
LANGIT ATAU BUMI YANG LEBIH DAHULU DI
CIPTAKAN.??
Beberapa orang meyakini apa yang
dikatakan Al-Qur'an, mengatakan bahwa bumi-lah yang terlebih dahulu diciptakan
daripada langit (berarti termasuk matahari, bulan, dan planet-planet),
berdasarkan surah Fushshilat [41] ayat 9 s/d 10 di atas.
"Telah jelas di dalam
keempat ayat tersebut Allah mengatakan bahwa penciptaan langit terjadi sesudah
penciptaan bumi", begitulah argumen mereka,
dengan menyertakan ayat lain yang mendukung :
Al-Baqarah [2] Ayat 29
Huwa Al-Ladhi Khalaqa Lakum Ma Fi Al-'Ardi Jami`aan Thumma Astawa 'Ila As-Sama'i Fasawwahunna Sab`a Samawatin Wa Huwa Bikulli Shay'in `Alimun
[[Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi
untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh
langit! Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. 2:29)]]
Sementara menurut data ilmu pengetahuan mengatakan bahwa matahari
diciptakan 4.57 milyar tahun yang lalu, bumi 4.567 milyar tahun yang lalu, dan
bulan 4.53 milyar tahun yang lalu. Bahkan alam semesta diperkirakan mulai
tercipta 13.7 milyar tahun yang lalu. Berarti secara ilmu pengetahuan, langit
diciptakan terlebih dahulu daripada bumi.
Jadi manakah yang benar, Al-Qur'an
ataukah ilmu pengetahuan ?
PROSES PEMBENTUKAN ALAM SEMESTA
Segalanya berawal dari suatu ledakan
besar (big bang), tidak diragukan lagi, begitulah pendapat mayoritas ilmuwan
saat ini. Dari big bang segalanya berawal, menurut mereka. Dan begitu pula yang
disebutkan oleh Al-Qur'an tentang penciptaan, begitulah masa pertama penciptaan
dimulai dengan suatu ledakan besar :
Al-Anbiya [21] Ayat 30
'Awalam Yara Al-Ladhina Kafaru 'Anna As-Samawati Wa
Al-'Arda Kanata Ratqaan Fafataqnahuma Wa Ja`alna Mina Al-Ma'i Kulla Shay'in Hayyin 'Afala Yu'uminuna
[[Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui
bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dulu adalah
suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka
mengapakah mereka tidak juga beriman? (QS. 21:30)]]
"Fataqnahunna" (Kami pisahkan mereka), ---------> berasal
dari akar kata "fataqa", yang artinya menurut Lane's Lexicon
Arabic-English adalah [memisahkan (disjoined), mencerai beraikan (disunited),
atau memisahkan dengan cara merusak strukturnya (unstitch)].
Al-Anbiyaa [21] ayat 30 di atas, menerangkan bahwa langit dan bumi pada
mulanya adalah sesuatu yg satu, satu entitas, tidak ada yang namanya langit dan
tidak ada yang namanya bumi, masih merupakan suatu kesatuan. Entitas ini yang
kemudian di fataqa (dipisahkan), yang mengakibatkan suatu ledakan besar
(Big-Bang).
Pertanyaan
selanjutnya muncul :
apakah yang kemudian
dibentuk menurut Al-Qur'an ?
Penciptaan
langitkah, atau penciptaan bumi ?
Sebelum membahas itu, perlu diingatkan bahwa Al-Qur'an diturunkan pada masa
dimana mayoritas penduduk bumi menganut paham geo-sentris, bumilah pusat alam
semesta dan semuanya mengelilingi bumi. Bahkan hampir semua orang saat itu
menganggap bahwa bumi itu datar.
Mengatakan bahwa langit diciptakan terlebih dahulu daripada bumi
mungkin akan memperoleh banyak cemoohan. Bagaimana mungkin bumi yang menjadi
pusat alam semesta di ciptakan setelah langit. Sepatutnyalah bumi sebagai pusat
diciptakan terlebih dahulu sebelum langit, matahari, bulan, bintang dan yang
lainnya, sebagaimana logikanya, fondasi sebuah bangunan harus diciptakan
terlebih dahulu sebelum atap-atapnya.
Allah Maha Mengetahui dan Maha Benar, akan tetapi Allah menggunakan istilah
yang dapat diterima pada masa itu, namun dapat dibuktikan kebenarannya di masa
yang akan datangnya, wallahu a'lam. Perhatikan bahwa berbicara tentang
penciptaan dalam enam masa, Allah
selalu mengatakan "langit dan bumi", BUKAN "bumi
dan langit".
Surah Ath-Thaahaa [20] ayat 4 di sebutkan tentang "bumi dan
langit" (dimana "bumi" disebut terlebih dahulu) tetapi bukan
dalam kaitannya dengan penjelasan penciptaan dalam enam masa. Untuk surah Ath-Thaahaa
[20] ayat 4 ini akan ada pembahasan lebih lanjut di bawah. Seperti halnya
Allah selalu mengatakan "malam dan siang", bukan "siang
dan malam", karena malam lebih dulu ada daripada siang. Dan juga
"matahari dan bulan", bukan "bulan dan matahari", karena
matahari telah ada lebih dulu daripada bulan.
Perhatikan pula pada surah Fushhilat [41] ayat 11 :
Thumma Astawa 'Ila As-Sama'i Wa Hiya Dukhanun Faqala Laha Wa Lil'ardi Ai'tiya Taw`aan 'Aw Karhaan Qalata 'Atayna Ta'i`ina
[[Kemudian Dia menuju langit dan langit itu masih
merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah
kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa".
Keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka hati" (QS. 41:11)]]
Dalam memahami Al-Qur'an lebih jauh, selalu mengacu kepada redaksi aslinya.
Terjemahan kata per kata dari ayat 11 ini adalah :
- Kemudian (Thumma)
- Dia pergi menuju langit (samaa-i ) dan
- dia berupa asap (hiya dukhaanun ) ...
1. "tsumma" disini berarti kemudian, berfokus kepada ayat ke-9, yaitu setelah penciptaan
bumi, bukan ayat-10 (setelah pemberkahan bumi). Di atas telah diuraikan bahwa
penggunaan kata "sawa-an" [total/keseluruhan] dapat mengindikasikan sesuatu yang tidak berurut. -------------> JADI : ayat 10 menjelaskan ayat 9, dan ayat 11 melanjutkan ayat 9.
2. Perhatikan pula Allah menggunakan kata "samaa-i", [langit bentuk
tunggal]. "Kemudian Allah menuju "langit" (tunggal)",
-------------> menjelaskan bahwa pada saat itu langit
sudah ada !!! .
3. Jadi, dalam rangka proses penciptaan bumi, termasuk di dalamnya
adalah proses penciptaan langit pertama (yang pada saat itu belum
disebutkan sebagai "langit pertama" atau "langit
dunia" karena hanya ada satu lapis langit).
Mengapa ? karena proses penciptaan langit pertama (galaksi-galaksi pertama,
matahari dan sebagainya) ini sebelum bumi, sangat penting peranannya bagi
penciptaan bumi itu sendiri, dalam menciptakan keseimbangan yang sempurna.
4. Tetapi dijelaskan pula, pada saat bumi terbentuk, langit pertama itu sebagian besar masih merupakan asap (gas) yang
panas. "Dukhaanun" -------------> merupakan bentuk indefinitif dari Al-dukhn yang berarti ["asap yang berasal dari api"] dengan kata lain panas. Kata "gas" pada jaman Nabi Muhammad
belum diketahui, sehingga Allah menggunakan kata
"dukhaan" untuk menunjukkan sebagian besar alam semesta masih
merupakan gas yang panas.
5. Di ayat ke dua belasnya Allah mengatakan : [41:12] faqadahunna sab'a
samaawaatin fi yaumayni ...
"fadahunna" berarti ["dan di lengkapi bagi mereka"]. -------------> "Mereka" disini adalah "langit" [samaa-i] dan "bumi" [ardh-i]. Berarti langit dan bumi saat itu sudah ada, akan tetapi Allah melengkapi bagi
keduanya dengan menjadikan "samaa-i" -------------> menjadi "sab'a
samaawaatin".
6. Di ayat ke 12 ini juga Allah menerangkan bahwa di
langit terdekat (samaa-i duniya) Allah memberikan lampu-lampu. -------------> Berarti dalam
proses ini Allah memperbanyak pengadaan (menghias dengan) bintang-bintang dan
benda-benda langit lainnya yang sebelumnya masih berupa gas yang panas. Bukan
berarti sebelumnya tidak ada bintang, akan tetapi bintang-bintang di awal penciptaan
tidak sebanyak setelah penciptaan sab'a samaawaatin, karena bintang-bintang di awal penciptaan
berfokus untuk kepentingan penciptaan bumi, dimana sebagian besar benda langit
masih berupa gas, termasuk juga bumi, telah di bentuk bulat akan tetapi masih
berupa gas, wallahu a'lam.
[Qs.2:29] Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang
ada di bumi untuk kamu, kemudian Dia berkehendak (menuju) langit, lalu
dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala
sesuatu.
|
Dalam Al-Baqarah ayat 29 ini juga Allah
mengatakan :
"tsumma istawaa' ila as-samaa-i fasawwahunna sab'a samaawaatin" -------------> yang diartikan : "kemudian Dia pergi
menuju langit (samaa-i) dan dijadikannya tujuh langit (sab'a samaawaatin), berarti langit sebelumnya sudah ada, tetapi
belum menjadi tujuh langit .
Tunggu dulu, apakah
Al-Baqarah ayat 29 ini menjelaskan bahwa pembentukan tujuh langit setelah
Allah menciptakan segala sesuatu di bumi ? Jawabannya adalah Ya
dan Tidak. Perhatikan
penggunaan kata "untukmu (lakum)"
dan "semuanya (jamii'an)" pada ayat
ini. Berarti Al-Qur'an menyatakan, setidaknya pada zaman ketika ayat itu
turun, bahwa semua yang ada di bumi (dari dulu, sampai saat itu, dan
dimasa yang akan datang, semuanya) adalah untuk kebutuhan manusia.
|
Jadi lebih tepat jika dikatakan bahwa ayat ini menerangkan bahwa
Allah mengkondisikan bumi sehingga bumi beserta isinya nantinya dapat menjadi
tempat yang mampu dihuni dan diolah oleh manusia. "Dialah Allah yang menciptakan apa-apa yang ada di bumi untuk
kamu semuanya", bukan berarti saat itu telah terbentuk semuanya di bumi,
akan tetapi bumi pada awal penciptaan semuanya dirancang sedemikian rupa untuk
mendukung kehidupan manusia, ukurannya, struktur inti buminya, elemen-elemen
pembentuknya, semuanya dipersiapkan demi kepentingan manusia, yang akan
memasuki masa pemberkahan.
Masa pemberkahan itu sendiri di jelaskan
di ayat yang lain beserta dengan penjelasan proses-sebelumnya,
yang merangkum keseluruhan proses penciptaan, yaitu di surah An-Naazi'aat
[79] ayat 27-32 :
'A'antum
'Ashaddu
Khalqaan 'Ami As-Sama'u Banaha
[[Apakah
kamu lebih sulit penciptaanya ataukah langit (As-Sama'u)? Allah telah
membangunnya (79:27)]]
Rafa`a Samkaha
Fasawwaha
[[Dia
telah meninggikan bangunannya dan menyeimbangkannya (79:28)]]
Wa
'Aghtasha Laylaha Wa 'Akhraja Duhaha
[[Dia menggelapkan malamnya dan nenampakkan cahaya pagi-nya (Duhaha)
(79:29)]]
Wa Al-'Arda Ba`da Dhalika Dahaha
Dan bumi setelah itu di hamparkan-Nya (dahaha) (79:30)
'Akhraja Minha Ma'aha Wa Mar`aha
[[Ia mengeluarkan daripadanya mata airnya, dan tumbuh-tumbuhannya
(79:31)]]
Wa Al-Jibala 'Arsaha
[[dan gunung-gunung, dikokohkan-Nya (79:32)]]
Dari Surah An-Naazi'aat dapat kita
lihat :
1. Ayat ke-27 menjelaskan mengenai penciptakan langit pertama dan bumi . Darimana kita tahu bahwa ayat ke-27
menjelaskan mengenai penciptaan bumi juga ? Ini kaitannya dengan ayat ke 29. Adanya malam dan siang terjadi setelah ada bumi. Jadi ayat
ke-27 sebetulnya menyatakan dua masa penciptaan bumi yang disebutkan di
surah Fushshilat ayat 9. "Allah telah membangunnya".
Sebagaimana Allah menyebutkan "langit pertama sudah terbentuk saat bumi
terbentuk, karena terciptanya langit pertama sebelum bumi diperlukan dalam
penciptaan bumi itu sendiri" secara tersirat di Fushshilat
[41] Ayat 9 s/d 12, di surah An-Naazi'aat ini pun secara tersirat Allah
menyatakan bahwa "bumi pun terbentuk ketika
langit pertama telah terbentuk". Langit pertama adalah fondasi bagi
pembentukan bumi , dan dimasa ini sebagian besar benda
langit masih merupakan gas panas, termasuk pula matahari dan permukaan bumi.
2. Ayat ke-28 adalah proses penciptaan ["sab'a samaawaatin"], dimana saat itu Allah meninggikan langit dengan cara
menjadikannya menjadi tujuh langit, dan menyeimbangkan semua benda-benda langit
sehingga tidak cenderung saling betubrukan dan semuanya berjalan dengan
keseimbangan yang sempurna. Juga dengan "menghiasi langit
dengan lampu-lampu" (baca : komet, meteor, bintang, dsb) sehingga
memperkokoh keseimbangan langit. Tujuan penciptaan
"lampu-lampu" ini tidak lain agar menjadi "tiang yang tidak
terlihat" dengan adanya gaya gravitasi
dan juga dark matter (materi gelap) antara "lampu-lampu" tersebut, sebagaimana yang disebutkan Allah dalam surah Ar-Rad [13] ayat 2 : Allah-lah
Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat..."
dan juga surah Luqman [31] ayat 10 Dia menciptakan langit
tanpa tiang yang kamu melihatnya ...". Proses ini masuk dalam dua masa
penciptaan tujuh langit (sab'a samaawaatin). Termasuk pula di bagian akhir dua masa penciptaan tujuh langit
ini (atau dapat pula di awal dua masa pemberkahan bumi, wallahu a'lam) ini
matahari telah terbentuk menjadi sempurna.
3. Kemudian memasuki memasuki masa-masa
awal dua masa proses pemberkahan bumi. Ayat ke-29 menjelaskan
tentang penciptaan lapisan-lapisan Atmosfer, akan tetapi karena adanya atmosfir
yang mengubah "dhiyaan" [(sinar) matahari], menjadi "dhuhaa" [cahaya pagi] , sehingga siang hari di bumi terang dan berwarna biru. Telah
diketahui bahwa atmosfir-bumi pun terdiri atas tujuh lapis. Dari sudut
pandangan manusia di bumi, awan, atmosfir, matahari, bulan, bintang, semuanya
berada di "langit", sehingga terkadang Al-Qur'an menggunakan kata
"dari langit kami turunkan air", atau "rezeki dari langit",
atau "air dari langit", karena semuanya berada dalam lingkup langit
pertama.
4. Ayat ke-30 juga menjelaskan mengenai dua masa proses pemberkahan bumi. kata
"dahaha", sebagaimana yang sudah
dijelaskan dalam tulisan "HAMPARAN BUMI (baca)" , berarti menggerakkan bumi sehingga menjadi terasa datar. Bukan
berarti sebelumnya bumi tidak bergerak dan berputar, akan tetapi jika
sebelumnya bumi masih berputar dengan sangat kencang dalam rangka memadatkan
diri, dalam masa ini putaran dan pergerakannya disesuaikan sedemikian rupa
sehingga bumi itu terasa datar bagi makhluk yang nantinya tinggal di
permukaannya. Termasuk pada masa ini, batuan-batuan padat telah terbentuk dan
pembentukan gunung pun telah dimulai pada masa ini.
5. Ayat ke-31 dan ke-32 masih merupakan kelanjutan penjelasan
dari dua masa pemberkahan bumi, termasuk di dalamnya pengadaan air, pengadaan
tumbuh-tumbuhan dan pengokohan gunung-gunung yang sebelumnya telah mulai
terbentuk, sehingga berfungsi sebagai pasak dan penyeimbang bagi bumi.
Penyempurnaan pembentukan bulan pun terjadi pada dua masa pemberkahan bumi ini
karena bulan dibutuhkan sebagai penyeimbang bumi dan berfungsi dalam mengatur
ombak serta pasang surut air laut.
Dalam menerangkan penciptaan dalam enam masa,
Allah menyebutkan langit terlebih dahulu daripada bumi dengan sebutan "samaawaati wal ardh" [langit dan
bumi], karena
"sama-i" yang belakangan disempurnakan Allah menjadi "sab'a
samaawaatin", diciptakan
lebih dahulu daripada bumi karena terkait untuk mendukung pembentukan bumi,
walaupun "sab'a samaawaatin"
diciptakan setelah pembentukan bumi. Hal ini menyebabkan secara umum "samaawaatin" (bukan "sab'a samaawaatin") diciptakan lebih dulu daripada "ardh ".
Bagaimana dengan surah Ath-Thaahaa [20] ayat 4 yang berbunyi :
Tanzilaan Mimman Khalaqa
Al-'Arda Wa As-Samawati Al-`Ula
[[yaitu diturunkan dari Allah yang menciptakan bumi dan langit yang
tinggi. (QS. 20:4)]]
Pertama, ayat ini tidak menjelaskan lamanya
penciptaan, tetapi berupa penegasan bahwa Al-Quran di turunkan oleh sebagai
peringatan bagi orang yang takut karena diturunkan dari Allah sang pencipta.
Kedua, secara morfologi, ayat ini mengatakan "Allah yang menciptakan (1) bumi dan (2) langit yang tinggi
(al-samaawati al-'ula/highest heavens)", BUKAN "bumi dan langit" (tanpa kata keterangan
sebagaimana ayat-ayat yang lain). Pemberian kata keterangan "yang tinggi" (al-'ula) -------------> untuk "langit" menjadi
satu frasa "langit yang tinggi", dan di sebut sesudah "bumi", -------------> mengindikasikan bahwa peninggian langit memang terjadi sesudah
penciptaan bumi, yaitu di dua masa penciptaan tujuh langit.
Lihatlah bagaimana Allah menggunakan
bahasa yang dapat dimengerti dan diterima oleh orang-orang dijaman Nabi
Muhammad SAW, akan tetapi akan dapat dibuktikan kebenarannya oleh ilmu
pengetahuan. Pembentukan alam semesta sendiri masih merupakan misteri bagi
manusia, akan tetapi pernyataan Al-Qur'an mengenai penciptaan alam semesta tidak
ada yang bertentangan dengan data ilmu pengetahuan saat ini, dan juga tidak
akan bertentangan dengan data ilmu pengetahuan dimasa yang akan datang, insya
Allah.
Dihapuskannya tanda malam, pembentukan
bulan menurut Al-Qur'an .Allah berfirman dalam surah Al-Isra [17] Ayat 12
Wa
Ja`alna Al-Layla Wa An-Nahara 'Ayatayni Famahawna 'Ayata Al-Layli Wa Ja`alna 'Ayata An-Nahari Mubsiratan Litabtaghu Fadlaan Min Rabbikum Wa Lita`lamu `Adada As-Sinina Wa Al-Hisaba Wa Kulla
Shay'in Fassalnahu Tafsilaan
[[Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda,
lalu Kami hapuskan tanda malam dan Kami jadikan tanda siang itu terang, agar
kamu mencari kurnia dari Rabbmu, dan supaya kamu mengetahui bilangan
tahun-tahundan perhitungan. Dan segala sesuatu telah Kami terangkan dengan jelas. (QS. 17:12)]]
Ilmu pengetahuan membuktikan bahwa di
awal pembentukan bulan, bulan memiliki lautan magma akibat dampak dari giant
impact. Hal ini membuat bulan pada masa itu terang benderang. Dari buku
"The magma ocean concept and lunar evolution" karangan Warren, P. H. (1985) disebutkan bahwa : The newly formed Moon would also have
had its own lunar magma ocean; estimates for its depth range from about
500 km to the entire radius of the Moon
Hal ini mengakibatkan dari sudut pandang
bumi, bumi seolah-olah memiliki dua matahari. Akan tetapi Allah menghilangkan
magma dari bulan yang saat itu menjadi tanda malam, sebagai proses
"penghapusan tanda malam". Kemudian Allah menyempurnakan lapisan
atmosfir bumi yang membuat "tanda siang" menjadi lebih terang
benderang, karena mampu menyaring cahaya matahari dan menyebarkannya di bumi
sehingga siang menjadi berwarna biru dan terang. Salah satu tujuannya adalah
"agar kamu mencari karunia Rabb-mu dan mengetahui bilangan tahun dan
perhitungan", yang akan sulit jika bumi memiliki "dua matahari",
karena manzilah-manzilah atau fasa-fasa bulan tidak terjadi jika bulan memiliki
cahaya sendiri sebagaimana matahari.
-------------------------------------------
BENTUK ALAM SEMESTA
Dalam Tulisan yang berjudul "HAMPARAN BUMI MENURUT AL-QUR'AN (baca)", dijelaskan bahwa seperti halnya bumi, Al-Qur'an pun menyatakan
bahwa langit memiliki banyak diameter (aqthar), yang mana mengacu kepada bentuk elipsoid, sebagaimana dinyatakan dalam surah Ar-Rahmaan [55] Ayat 33 . Namun "elipsoid-alam" semesta ini tidak seperti "elipsoid-bumi ", akan tetapi suatu bentuk elipsoid yang sangat pipih
relatif datar, seperti yang dikatakan dalam ayat berikut :
Adh-Dhariyat [51] Ayat 47
Wa As-Sama'a Banaynaha Bi'ayydin Wa 'Inna Lamusi`una
[[Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan
sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya. (QS. 51:47)]]
"Lamuusi'uuna" berasal dari kata -------------> "wasi'a" [yang berarti "terus menerus
melapangkan/meluaskan"]. Ilmu pengetahuan menyatakan bahwa
jarak antar objek di alam semesta dalam hal ini antar-galaksi semakin lama
semakin jauh dan berkembang, sehingga alam semesta menjadi semakin luas.
Menurut Big Bang model, : alam semesta berkembang dari keadaan yang sangat padat dan panas
menjadi keadaan seperti sekarang ini, dan akan terus meluas/berkembang.
Rem B. Edward dalam paparenya yang berjudul "What Caused The Big
Bang" menganalogikan perkembangan alam semesta ini ini dengan ". . like raisins in a rising loaf of bread, or dots on the surface of
an inflating balloon."
Disini alam semesta di analogikan
seperti adonan roti kismis yang awalnya berbentuk adonan bulat padat, yang
terus mengembang, dan jarak antar kismis-kismis nya pun semakin jauh. Hal ini
membuat bentuk alam semesta yang bulat pipih menjadi semakin pipih, hampir
datar, dengan meluasnya alam semesta, sehingga seolah-olah dapat
"digulung" atau "dilipat" seperti yang
dinyatakan Allah dalam firman-Nya :
Al-Anbiya [21] Ayat 104
Yawma Natwi As-Sama'a Katayyi As-Sijilli Lilkutubi Kama Bada'na 'Awwala Khalqin Nu`iduhu Wa`daan `Alayna 'Inna Kunna Fa`ilina
[[(Yaitu) pada hari Kami gulung (lipat)
langit sebagai menggulung lembaran-lembaran kertas. Sebagaimana Kami telah memulai
penciptaan pertama begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah janji yang pasti
Kami tepati; sesungguhnyaKamilah yang akan melaksanakannya. (QS. 21:104)]]
Memipihnya alam semesta sehingga
menjadi seperti "lembaran-lembaran kertas" diungkapkan
Al-Qur'an. Dikatakan oleh NASA bahwa :
" The
simplest version of the inflationary theory, an extension of the Big Bang
theory, predicts that the density of the universe is very close to the
critical density, and that the geometry of the universe is flat, like a sheet
of paper.
|
Saat ini belum "equal to the critical density" akan
tetapi "very close to the critical density" menyebabkan alam semesta
semakin berbentuk bulat pipih/elipsoid relatif datar "seperti
kertas", hingga pada akhir nanti akan dapat "digulung/dilipat
seperti menggulung/melipat lembaran-lembaran kertas" saat "less than
the critical density", wallahu a'lam
-------------------------------------------
TIDAK ADA/BERKURANG KADAR UDARA
(OKSIGEN) DI LUAR ANGKASA
Allah berfirman dalam surah Al-An'aam
[6] Ayat 125
Faman Yuridi ALLahu 'An Yahdiyahu YashraH Sadrahu Lil'islami Wa Man Yurid 'An Yudillahu Yaj`al Sadrahu Dayyiqaan Harajaan Ka'annama Yassa``adu Fi As-Sama'i Kadhalika Yaj`alu ALLahu Ar-Rijsa
`Ala Al-Ladhina La Yu'uminuna
[[Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya
petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan
barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya
sesak lagi sempit, seolah-olah
ia sedang mendaki ke langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak
beriman.(QS. 6:125)]]
PERHATIKAN
PERNYATAAN :
"Niscaya Allah menjadikan dadanya "sesak (dayyiqan)" lagi sempit (harajaan)" seperti halnya dia sedang mendaki menuju "langit (samaa-i)"
|
Lihat bagaimana Allah menyatakan
"jika kamu pergi menuju langit, maka
semakin tinggi kamu pergi, akan semakin terasa sesak dan sempit dadamu
".
|
Hal ini dikarenakan karena semakin jauh dari permukaan bumi, maka kadar
oksigen (O2) semakin berkurang, sampai akhirnya tidak akan ada oksigen sama
sekali. Hal ini menyebabkan dada sesek orang akan terasa sesak dan sempit
karena kesulitan bernafas.
Sesuatu yang sudah dinyatakan 15 abad
yang lalu dan baru dapat dibuktikan dengan ilmu pengetahuan saat ini,
=================
wallahu a'lam
0 komentar "BUMI TERCIPTA LEBIH DAHULU DARIPADA LANGIT", Baca atau Masukkan Komentar
Posting Komentar