7 LAPISAN BUMI DAN LAPISAN LAUTAN



 
 
Tulisan kali sebenarnya melanjutkan dari TULISAN :
 
HAMPARAN BUMI (baca)

BUMI TERCIPTA LEBIH DAHULU DARIPADA LANGIT (baca)

UMUR BUMI DAN ALAM SEMESTA (baca)

 
Dengan melihat surah Ath-Thalaaq [65] ayat 12 :
 
 

ALLahu Al-LadhI Khalaqa Sab`a Samawatin Wa Mina Al-'Ardi Mithlahunna Yatanazzalu Al-'Amru Baynahunna Lita`lamu 'Anna ALLaha `Ala Kulli Shay'in Qadirun Wa 'Anna ALLaha Qad 'Ahata Bikulli Shay'in `Ilmaan
 
[[Allah lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah, ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu. (QS. 65:12)]]
 
 
Ayat di atas di dahului dengan :
 
"Allahu l-ladzii khalaqa sab'a samaawaatin wamina l-ardhi mitslahunna"....,
[Allah, Dia menciptakan tujuh langit dan bagi bumi seperti halnya mereka (langit)...].
 
 
Allah mengindikasikan bahwa sebagaimana dia menciptakan tujuh langit yang berlapis-lapis, Allah pun menjadikan tujuh bumi sebagaimana langit, seperti yang di sebutkan dalam surah Al-Mulk [67] ayat 3. 
 
[67:3] Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis (thibaaqan) ...
 
 
Didalam hadist sahih Bukhari di katakan :
 
Dari Ali bin Abdullah; tuturnya: Kami mendapat khabar dari Ibnu Ulayyah; dari Ali bin Al-Mubarak; tuturnya: Kami mendapat hadis dari Yahya bin Abu Katsir; dari Muhammad bin Ibrahim bin Al-Harits; dari Abu Salamah bin Abdurrahman: Syahdan ia terlibat sengketa tanah dengan seseorang. Ia kemudian menemui Aisyah ra. dan menceritakan permasalahan yang terjadi. Aisyah ra. pun berkata: Wahai Abu Salamah, jauhilah permasalahan tanah, karena Rasulullah SAW pernah bersabda: Barangsiapa berbuat kezaliman (menyerobot tanah orang lain meski hanya) sebatas satu jengkal saja, maka ia akan dikalungkan kepadanya dari tujuh (lapis) bumi.
 
 
Serupa tapi tak sama. Luas langit dan bumi jelas tidaklah sama, tetapi di sini penekanannya adalah pada tujuh lapisan yang ada pada langit, maka bumi pun terdiri dari tujuh lapisan..
 
Al-ardh" di dalam surah Ath-Thalaaq[65] ayat 12 di atas -------> adalah [bentuk tunggal], sedangkan "sab'a samaawaatin" -------> [adalah bentuk jamak], mengindikasikan bahwa bagi "Al-ardh" pun di jadikan "thibaaqan".
"Thibaaqan " menurut Arabic-English Lan'es Lexicon mulai dari hal.1285 ketika membicarakan kata ini dan turunannya, selain berarti satu di atas yang lain (one above another) juga berarti satu meliputi yang lain (cover).
 
 
Saat ini di ketahui bahwa bumi terdiri dari 7 lapisan, dimulai dari Kerak-Bumi (crust) di bagian atas sampai bagian inti dalam bumi. 
 
Menurut website Oracle ThinkQuest ketika membahas tentang lapisan bumi
berdasarkan situs tersebut bahwa lapisan bumi adalah :
  1.  0- 40 km - Crust (kerak bumi) 
  2.  40- 400 km - Upper mantle (mantel atas) 
  3.  400- 650 km - Transition region (zona transisi) 
  4.  650-2700 km - Lower mantle (mantel bawah) 
  5.  2700-2890 km - D'' layer (lapisan D") 
  6.  2890-5150 km - Outer core (inti luar) 
  7.  5150-6378 km - Inner core (inti dalam)  


 
Ya, sebagaimana Allah menciptakan langit menjadi 7 lapis, Allah pun menciptakan bumi menjadi 7 lapis. Jika orang-orang terdahulu mengartikan "al-ardhi mitslahunna" sebagai indikasi bahwa adanya 7 bumi yang serupa dengan bumi kita, maka hanya Allah yang lebih tahu, wallahu a'lam, manusia sampai saat ini belum dapat membuktikan hal tersebut. Tidak salah, hanya saja belum dapat dibuktikan oleh manusia. 
 
Yang pasti, penggunaan kata "Al-Ardh" (bumi dalam bentuk tunggal), BUKANya "Ardhin" (bumi dalam bentuk jamak), --------> mengacu kepada karakteristik "sab'aa samaawaatin" yang dijelaskan di ayat yang lain, yaitu "thibaaqan" atau berlapis.
 
-----
 
 
Untuk setiap lautan dan samudra, masing-masing memiliki karakteristik fisik masing-masing yang meliputi temperatur, salinitas (kadar-garam), rasio isotopik, dan kuantitas fisik lainnya.
 
Didalam Oceanografi dikenal apa yang dinamakan dengan watermass (massa-air), yaitu suatu kumpulan air yang memiliki karakteristik yang berbeda di bandingkan dengan karakteristik air-air di sekitarnya. 
 
Di dalam buku Principles of Oceanography karangan Richard A. Davis halaman 92-93, diambil contoh : mengenai laut Mediterania yang bertemu dengan Samudera Atlantik di selat Gibraltar. Laut Mediterania yang bersifat lebih hangat dan memiliki salinitas lebih tinggi tidak bercampur dengan samudera Atlantik yang belih dingin dan bersalinitas lebih rendah. Salah satu faktor yang menjadi "penghalang" bagi kedua laut itu untuk bercampur adalah adanya Gibraltar sill (undakan Gibraltar), yang mana menurut buku itu menjadi partial barier (penghalang parsial), yang mencegah terjadinya sirkulasi dan pencampuran, dimana sebagian air dari laut Mediterania akan mengalir menuruni undakan ini menuju samudera Atlantik dan stabil di kedalaman 1000 meter dan membentang sampai ratusan kilometer ke arah samudera Atlantik. Air laut Mediterania yang berada di samudera Atlantik stabil di kedalaman 1000 kilometer ini, dikarenakan walaupun memiliki tingkat salinitas yang lebih tinggi (yang seharusnya lebih tenggelam ke dasar) akan tetapi air laut mediterania bersifat lebih hangat, sehingga memiliki kepadatan yang lebih kurang di bandingkan dengan air samudera atlantik di bagian bawahnya. 
 
Dengan demikian di samudera Atlantik ini, mengalir dua laut, yaitu samudera Atlantik itu sendiri dan air dari laut mediterania sepanjang beberapa kilometer dari selat Gibraltar, yang mendasari "water-mass". Dikatakan air laut mediterania ini mampu mengalir "without appreciable mixing", karena meskipun terjadi pencampuran seiring dengan semakin menjauh dari Gibraltar sill, tetapi tidak begitu mempengaruhi karakteristik fisik air itu sendiri. Sehingga laut mediterania "didalam" samudera atlantik tetap dapat di bedakan berdasarkan sifatnya. Dalam hal ini, karakteristik fisik dan juga adanya Gibraltar sill, menjadi penghalang bagi kedua lautan itu untuk bercampur.
 
 
 
 
Contoh lain : dari Water Mass ini adalah di laut Antartika yang ditunjukkan pada gambar di bawah :
 
 
 
Lebih lanjut, ketika membicarakan pertemuan antara air tawar dan air laut, Al-Qur'an menjelaskan :
 
Al-Furqan [25] Ayat 53
 
 
 
 
 
Wa Huwa Al-Ladhi Maraja Al-Bahrayni Hadha `Adhbun Furatun Wa Hadha Milhun 'Ujajun Wa Ja`ala Baynahuma Barzakhaan Wa Hijraan Mahjuraan
 
[[Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding/Partisi/Pembatas yang menghalangi. (QS. 25:53)]]
 
 
 
Jika pertemuan dua laut asin di atas hanya dikatakan ada "barzakh" atau dinding (barrier), maka ketika membicarakan air tawar dan asin bertemu, Allah menekankan selain "barzakh", ada pula "hijran" atau partisi/pembatas.
 
Saat ini diketahui bahwa ketika sungai dan laut bertemu, ada suatu daerah yang dinamakan "estuari". Begitu pula dengan air laut yang meresap dan bertemu dengan air tawar bawah tanah, ada yang dinamakan dengan zona-dispersi (zone of dispersion). Estuari ini membentuk suatu zona perantara antara sungai-sungai yang bermuara ke laut dengan lingkungan laut, sehingga estuari ini memiliki sifat dari kedua air ini. Sifat dari laut, antara lain pasang, gelombang, dan salinitas, bercampur dengan sifat dari sungai, antara lain aliran air tawar dan sediment, yang membuat estuari sebagai salah satu dari habitat alami yang paling produktif di dunia. Jika sifat dan karakteristik masing-masing air menjadi "barzakh", maka estuari ini yang menjadi "hijran" bagi sungai dan laut. Dan pada resapan air bawah tanah, yang menjadi "hijran" bagi air tawar dan air laut adalah zona dispersi, yang menghalangi kedua air ini untuk bercampur, wallahu a'lam....






------

 
 
OMBAK DI-ATAS OMBAK
 
Allah berfirman di dalam surah An-Nuur [24] ayat 40 :
 
 
 
 
 
 
'Aw Kazulumatin Fi Bahrin Lujjiyin Yaghshahu Mawjun Min Fawqihi Mawjun Min Fawqihi Sahabun Zulumatun Ba`duha Fawqa Ba`din 'Idha 'Akhraja Yadahu Lam Yakad Yaraha Wa Man Lam Yaj`ali ALLahu Lahu Nuraan Fama Lahu Min Nurin
 
[[Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang tindih-bertindih, apabila dia mengeluarkan tangannya, hampir- hampir dia tiada dapat melihatnya, (dan) barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun. (QS. 24:40)]]
 
 
 
Dari surah An-Nuur[24] ayat 40 di atas, Allah mengatakan bahwa di dalam lautan terdapat ombak yang di atasnya ada ombak pula. Telah diketahui bahwa ombak tidak hanya terjadi di permukaan laut sebagaimana  yang terlihat oleh manusia. Ada yang dinamakan dengan "ombak internal" (internal waves), yang terjadi karena adanya kepadatan (density) air yang berbeda-beda di setiap kedalaman laut. 
 
Dalam contoh diatas, adanya Laut-mediterania dalam Samudera-Atlantik tentu saja menimbulkan ombak internal, ombak di atas ombak di dalam lautan itu sendiri karena perbedaan kepadatan.
 
 

Namun, bahkan di tempat yang bukan pertemuan dua laut pun terjadi ombak internal. temperatur air laut semakin dalam akan semakin berkurang, dengan demikian, kepadatan air laut akan semakin dalam akan semakin bertambah. Hal ini menyebabkan laut yang dalam akan terbagi menjadi lapisan-lapisan, dimana air dengan kepadatan tinggi di dasar lautnya dengan air dengan kepadatan yang paling rendah di permukaannya. Di antara lapisan-lapisan dengan kepadatan air yang berbeda inilah terjadi apa yang dinamakan ombak internal (internal waves), ombak di atas ombak, yang akhirnya sampai kepada ombak di permukaan.
 
 
 
-------



KEGELAPAN DI DALAM SAMUDERA
 
Masih dengan surah An-Nuur [24] ayat 40, dimana Allah berfirman :
[24:40] Atau seperti gelap gulita di lautan (bagian) dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang tindih-bertindih, apabila dia mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat melihatnya, (dan) barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun.
 
 
Allah secara tersurat memberitahukan kepada manusia bahwa keadaan di lautan bagian dalam adalah gelap gulita. Lebih spesifik di katakan gelap-gulita yang bertindih-tindih, sampai akhirnya menjadi sangat gelap yang apabila seseorang di kegelapan itu mencoba melihat tangannya tanpa bantuan lampu, maka orang tersebut hampir tidak bisa melihatnya.

Ilmu pengetahuan moden mengungkapkan bahwa air laut menyerap spektrum cahaya dengan tingkatan yang berbeda-beda seiring dengan kedalaman. Spektrum biru dan Spektrum hijau adalah spektrum yang diserap paling dalam, sementara Spektrum merah yang paling dangkal. Hal ini penting bagi habitat-laut terutama tanamannya, karena tanaman-laut yang berbeda membutuhkan spektrum cahaya yang berbeda pula untuk fotosintesis sehingga berbedaan penyerapan spektrum cahaya menentukan penyebaran habitat laut di setiap kedalaman.
Namun sekitar kedalaman 100 Mtr di bawah laut, tidak ada spektrum cahaya lagi yang yang mampu diserap, sehingga keadaan menjadi sangat gelap gulita. Ya, gelap gulita yang bertindih-tindih, mulai dari permukaan laut yang tidak gelap, semakin ke dalam semakin gelap akibat semakin sedikit spektum cahaya yang mampu di serap oleh air laut, sampai akhirnya menjadi sangat gelap.
 
Zhuluumatuha ba'dhuha fawqa bha'din secara literal berarti ----------> "kegelapan yang beberapa darinya di atas yang lain", berarti juga kegelapan yang berangsur-angsur, berlapis-lapis, bertindih-tindih.

Penggunaan kata ba'dhuha, dikarenakan untuk zona laut yang berbeda, spektrum cahaya yang mampu di serap sampai kedalaman tertentu pun berbeda pula. Pada gambar di bawah di tunjukkan penyerapan spektrum cahaya pada :

  •  Air Laut Dalam 
  •  Air Pesisir-Pantai
  •  Air Estuari



 
 

 
Baik ombak internal maupun "gelap gulita yang bertindih-tindih" tidak diketahui di masa saat Al-Qur'an di turunkan, terlebih lagi Nabi Muhammad SAW tinggal di gurun pasir yang kering. Namun, Allah melalui Al-Qur'an menyampaikan sesuatu yang dapat di terima di masa  Al-Qur'an diturunkan, dan bersesuaian dengan ayat-ayat (baca: tanda-tanda) Allah di bumi yang dibuktikan berabad-abad setelahnya dengan ilmu pengetahuan.
 
-----------
 
 
FENOMENA YANG MENARIK TENTANG PEMBENTUKAN MUTIARA
 
 
Ar-Rahman [55] Ayat  22
 
 
 
 
Yakhruju Minhuma Al-Lu'ulu'uu Wa Al-Marjanu
[[Dari keduanya keluar mutiara dan marjan. (QS. 55:22)]]
 
 
 
Para penerjemah dua puluh tahun yang lalu, dengan satu atau dua pengecualian, menerjemahkan "marjan" dengan "batu koral". Padahal mayoritas ahli tafsir mengartikan dengan marjan, yang mengandung mutiara kecil yang lebih berkilau.
 
Tetapi ahli tafsir modern , misalnya "Sayyid Quthb", berbicara tentang "batu koral". Disadari bahwa banyak ahli tafsir yang menghadapi persoalan dengan ayat ini. Menurut pengetahuan mereka pada waktu itu, mutiara hanya datang dari air laut. Padahal ayat ini barangkali menjelaskan bahwa mutiara bisa terbentuk baik di dalam air laut maupun air tawar. Bagaimana bisa? "Abu Ubaidah", seorang penulis terdahulu, sangat yakin bahwa mutiara hanya datang dari air laut, sehingga ia mencoba berkelit untuk menafsirkan ayat tersebut dengan sesuatu yang lain. Maka ia menulis, "Mutiara hanya datang dari salah satu nya".

Tetapi kini telah diketahui bahwa mutiara bisa terbentuk di dalam air tawar. Encyclopedia Britannica, Micropaedia 1977, menulis bahwa di sungai-sungai rimba Bavaria (Eropa) mutiara
dibudidayakan. Bahkan budidaya mutiara Air-Tawar di Cina telah dikenal sejak sebelum tahun 1000 SM.
 
Dengan demikian, pernyataan Al-Qur'an dalam surat ini sesuai dengan arti harfiahnya, tanpa memerlukan penafsiran yang dipaksakan.
 
 
 
 
-Wallahu a'lam-
 

2komentar:

  1. Kajian yang menarik, ilmu agama dan ilmu geologi dipadukan menjadi satu agar berhubungan. Makasih ya...

    BalasHapus
  2. Harus dibuka pula tafsir-tafsir klasik spy penjelasan otentik

    BalasHapus